NovelToon NovelToon
Why And Who ( Uncover The Whispers Of The Forgotten)

Why And Who ( Uncover The Whispers Of The Forgotten)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Fantasi Wanita
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: veluna

Ketika mimpi berubah menjadi petunjuk samar, Nadira mulai merasakan keanehan yang mengintai dalam kehidupannya. Dengan rahasia kelam yang perlahan terkuak, ia terjerat dalam pusaran kejadian-kejadian mengerikan.

Namun, di balik setiap kejaran dan bayang-bayang gelap, tersimpan rahasia yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk—sebuah misteri yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bisakah ia mengungkap arti dari semua ini? Atau, akankah ia menjadi bagian dari kegelapan yang mengejarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veluna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pertemuan ditengah kesedihan

Hari ini aku termenung di dalam kamar. Sudah lima hari aku mengurung diri di sini. Kepergian Tante Rina benar-benar meninggalkan luka yang teramat dalam. Meski dia "hanya" adik ibu dan statusnya adalah tanteku, dia adalah sosok yang sangat berarti dalam hidupku. Sosok yang selama ini seperti pengganti ibu di saat ibu sibuk. Dia tempatku bercerita, tempatku menangis, tempatku tertawa.

Aku memandang keluar jendela. Hujan turun deras, seolah ikut menyuarakan kesedihanku. Rintikannya menciptakan ritme monoton di atap, yang biasanya menenangkan, tapi kali ini justru terasa seperti pengingat akan kehampaan. "Hahhh," helaku berat. Semua terasa terlalu berat. Aku menutup jendela dengan perlahan, melangkah menuju kasur, dan menjatuhkan diriku di atasnya.

Entah mengapa, kepergian Tante Rina juga membawa semangat hidupku pergi bersamanya. Jangankan untuk pergi ke sekolah, bahkan hanya keluar kamar untuk makan pun aku enggan. Aku hanya menyuruh adik kecilku, Dina, meletakkan makanan di depan pintu. Meski begitu, sering kali makanan itu tak kusentuh. Rasanya, kenapa harus makan kalau hidupku sendiri seperti kehilangan rasa?

Ari dan Maya, dua temanku, berkali-kali mencoba menghiburku, membujukku untuk bangkit. Mereka bahkan nekat datang ke rumah, mengetuk pintu kamarku sambil membawa donat kesukaanku. Namun, semua ucapan mereka hanya berlalu seperti angin. Tak satu pun mampu menembus dinding kesedihanku. Aku terlalu tenggelam dalam rasa kehilangan.

“Anggi, kamu nggak bisa terus kayak gini.” Itu suara ibu tadi pagi. Aku hanya diam, tidak menjawab. Sungguh, aku tidak punya energi untuk menjelaskan. Lagi pula, apa yang bisa dijelaskan? Rasanya seperti ada lubang besar di dalam diriku, yang menganga semakin lebar setiap aku mencoba bergerak.

Ketika hujan di luar semakin deras, aku memeluk bantal erat-erat, berharap bisa tertidur. Tapi, justru sebaliknya. Pikiran-pikiranku terus berputar, membawaku ke masa-masa bersama Tante Rina. Senyumnya, suaranya, bahkan caranya mengelus kepalaku ketika aku sedih—semuanya terasa begitu nyata, begitu dekat, tapi sekaligus begitu jauh.

Aku menutup mataku, berharap waktu berhenti sejenak. Namun, saat aku sedang tenggelam dalam lamunan, tiba-tiba sesuatu terjadi.

---

Sosok itu muncul lagi.

Sosok nenek yang selama ini sering muncul di dalam mimpiku kini berdiri di depanku—nyata, bukan sekadar bayangan. Rambutnya yang memutih tergerai panjang, kulitnya keriput, tapi ada sesuatu yang anggun dalam caranya berdiri. Dia mengenakan kebaya berwarna cokelat tua, yang mengingatkanku pada foto-foto lama nenekku dulu.

Aku terkejut, mengira ini adalah mimpi lagi. Aku mencubit lenganku untuk memastikan. "Aduh!" Rasanya sakit. Jadi, aku tidak sedang bermimpi. Nenek itu hanya tersenyum, melihat kekonyolanku. Matanya, yang berwarna abu-abu terang, terasa seperti menatap langsung ke dalam jiwaku.

Anehnya, kali ini aku tidak merasa takut. Sebaliknya, ada perasaan akrab dan hangat yang entah datang dari mana.

“Sudah besar, ya, kamu,” ucapnya sambil tersenyum.

Aku hanya menatapnya tanpa kata, terlalu bingung untuk merespons. Dia bicara seolah kami sudah lama kenal, tapi aku yakin aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya—setidaknya tidak dalam dunia nyata.

“Maaf karena selama ini aku membuatmu takut,” lanjutnya, suaranya pelan, tapi penuh ketegasan.

Aku akhirnya memberanikan diri bertanya, “Siapa sebenarnya dirimu?”

Nenek itu menghela napas pelan, seolah pertanyaanku adalah sesuatu yang sudah dia duga. “Aku ingin sekali memberitahumu. Tapi belum waktunya, Sayang,” jawabnya lembut, suaranya seperti desahan angin yang tenang.

“Kalau begitu, kapan?” desakku lagi, kali ini lebih tegas. Aku merasa aneh sendiri—aku yang biasanya lebih pendiam tiba-tiba mendesak nenek ini untuk memberikan jawaban.

Dia hanya tersenyum. Senyuman yang terasa penuh misteri, seolah ada ribuan rahasia yang dia sembunyikan di baliknya. “Hari ini aku hanya ingin menyampaikan satu hal, karena waktuku tidak banyak. Berhati-hatilah. Sekarang, semakin banyak yang mengincarmu,” katanya pelan namun tegas.

Kata-katanya menghantamku seperti petir. Siapa yang dia maksud? Mengincar apa? Aku ingin bertanya lebih lanjut, tapi sebelum aku sempat membuka mulut, kilatan petir menyambar di luar jendela. Suaranya menggema keras, membuatku terlonjak. Ketika aku menoleh kembali ke arah nenek itu, dia sudah tidak ada.

Aku terduduk di kasur, masih berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Banyak pertanyaan berputar di benakku, tapi jawabannya entah kapan akan kudapatkan. Siapa nenek itu? Apa maksudnya? Dan yang paling membuatku resah—siapa yang dia bilang sedang mengincarku?

---

Pikiran-pikiran itu terus menghantuiku sepanjang malam.

Aku tidak bisa tidur. Mataku terus menatap langit-langit kamar, mencoba mencari penjelasan dari semua yang terjadi. Aku memutar ulang setiap detail pertemuan itu di dalam kepalaku, berharap bisa menemukan petunjuk. Tapi semuanya terasa seperti teka-teki yang terlalu rumit untuk dipecahkan.

Keheningan malam hanya ditemani suara hujan yang mulai reda. Samar-samar, aku mendengar suara langkah kaki di luar kamarku. Mungkin ibu, pikirku. Tapi langkah itu terdengar aneh—berat dan lambat, seperti seseorang yang menyeret kakinya. Jantungku mulai berdegup lebih cepat.

Aku memberanikan diri bangun dari kasur dan membuka pintu sedikit. Tidak ada siapa-siapa. Tapi perasaan aneh itu tidak hilang. Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang mengawasi.

Aku menutup pintu kembali dan mengunci rapat-rapat. Napasku tersengal, tubuhku gemetar. Rasanya seperti ada yang mengintai dari kegelapan, meskipun aku tidak tahu apa atau siapa. Apakah ini yang dimaksud oleh nenek itu? Tapi kenapa aku? Apa yang mereka inginkan dariku?

------。⁠♡

1
diegodirga111
bagus
flowers: terimakasih sdh mampir
total 1 replies
banana87
menarik.
lolapaza
next thor
lolapaza
keren thorr
flowers: trmksih
total 1 replies
🎀⍣⃝ꉣꉣ.𝔔𝔲𝔢𝔢𝔫 🅡.🅡🅐🅣🅤❀
semangat /Smile/
flowers: terimakasih udh mampir 🙏
total 1 replies
🇮🇩 LianaLyrashiaa_1805
waduh.. mereka siapa nih?
flowers: hayooo... tebakkk 😼😼
total 1 replies
Cevineine
Semangat thor, semoga banyak yang baca
Cevineine: mampir jg thor
flowers: terimakasih sudah mampir kk
total 2 replies
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚 menuju Hiatus.
Ceritanya bagus, tapi seperti sedang baca diary/Slight/
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚 menuju Hiatus.: Memang bagus, saya merasakan mimpi tersebut.
flowers: makasih review nya kk
total 2 replies
Ahmad Rezky
terima kasih author sudah Singga
Jihan Hwang
keren thor..
mampir juga dikerya ku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Ahmad Rezky
semangat author singgah di novel ku ya🤗
flowers: terimakasih dukungannya kk 🙏
total 1 replies
rxluna
bagus
rxluna
bagusss lanjuttt
lapilotita12
Gak sabar next chapter.
Achewalt
Pengalaman yang luar biasa
rxluna
❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!