Sebenarnya, cinta suamiku untuk siapa? Untuk aku, istri sahnya atau untuk wanita itu yang merupakan cinta pertamanya
-----
Jangan lupa tinggalkan like, komen dan juga vote, jika kalian suka ya.
dilarang plagiat!
happy reading, guys :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Rii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbelanja
Kejadian malam itu, ternyata hanyalah sebuah mimpi. Bukan mimpi Aira, melainkan mimpi Aryan.
Laki-laki itu benar-benar tak menyangka kalau ia akan memimpikan istrinya lagi, tapi dalam versi bahagia.
Sewaktu bangun, Aryan tak hentinya tersenyum, meski ia berusaha menahan senyuman itu, agar tidak terlihat seperti orang gila.
Pagi ini, Aryan duduk dengan tenang sembari menikmati sarapannya. Sesekali ia melirik istrinya yang sudah lahap makan, ia pun kembali tersenyum karena teringat mimpi semalam.
"Mas kenapa?" tanya Aira setelah mendapati suaminya tersenyum lagi. Aira kira ia salah lihat, tapi, total sudah 4 kali suaminya senyum-senyum sendiri.
"Saya? Kenapa?" sahut Aryan dengan kening berkerut.
"Senyum-senyum dari tadi."
"Emangnya saya gak boleh senyum?" tanya Aryan mengambil tisu, lalu membersihkan sudut bibirnya.
"Boleh sih, tapi tumben aja gitu senyum mulu. Kayak orang lagi jatuh cinta," ucap Aira masih menatap suaminya yang seperti salah tingkah, tapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi kaku. Hanya gerakan badan laki-laki itu yang terlihat sedang salah tingkah.
"Saya juga manusia, punya hak buat senyum. Oh ya, hari ini kita belanjaanya kan? Saya udah selesai sarapan, mau ke ruang kerja bentar. Kamu selesain sarapannya, baru nanti siap-siap ya."
"Emangnya mas gak siap-siap juga? Masa ke luar pakai kain sarung gini sih?" celetuk Aira menatap kain sarung suaminya, bekas shalat subuh tadi.
"Selesai kamu mandi, saya lanjut mandi nanti. Kamu kan dandan lagi, jadi, saya gampang ngejarnya," sahut Aryan lalu berdiri dan mengelus kepala Aira saat ia melalui istrinya itu.
"Makan yang banyak," ucap Aryan sebelum benar-benar pergi.
Aira pun menyentuh kepalanya, lalu tersenyum manis.
Ia suka sekali saat kepalanya di elus suaminya.
"Cie, ehem, " goda bu Imas membuat Aira langsung salah tingkah.
"Bu Imas ngintip ya."
"Gak sengaja, non."
Beberapa menit kemudian.
Aira baru saja selesai mandi dan alangkah terkejutnya ia, saat mendapati suaminya ada di depan pintu kamar mandi.
"Mas ngapain?" tanya Aira menutup bagian dadanya yang sedikit terekspos.
"Saya mau mandi, tapi kamu lama banget. Takutnya ada apa-apa di dalam, saya khawatir. "
Khawatir? Aira sedikit geli mendengar itu, kosa kata baru yang diucapkan suaminya.
"Malah bengong. Pakai baju sana, nanti kamu masuk angin." Aira langsung tersadar dari lamunannya, lalu segera bergeser dari hadapan suaminya.
"Atau mau saya bantuin pakai baju?" sambung Aryan membuat Aira menoleh dengan mata yang menyipit.
"Barangkali kamu kesusahan, karena kan perut kamu udah besar. Kalau mau saya bantu, bilang."
"Genit," ucap Aira secara spontan. Setelah itu, Aira langsung masuk ke ruang ganti, sedangkan Aryan, laki-laki itu tertawa pelan karena di cap genit.
Entahlah, ia rasa ia memang cukup genit pagi ini. Tidak tau nanti siang dan malam. Semoga tidak terlalu parah.
Setelah bersiap-siap, barulah pasangan suami-istri ini berangkat ke pusat perbelanjaan khusus untuk bayi dan ibu hamil.
Sebenarnya, untuk kebutuhan bayi yang berukuran besar, sudah di beli. Papa Heri dan mama Elisa juga ikut menyiapkan. Hanya saja, ada beberapa perlengkapan yang memang sengaja di beli akhir-akhir.
"Aira, ke sini sebentar."
Aira yang sedang memilih pakaian bayi, langsung berjalan mendekati suaminya.
"Kayaknya ini cocok buat kamu, coba dulu." Aryan menunjukan dress tidur ibu hamil pada Aira, membuat istrinya itu seperti kebingungan.
"Baju tidur aku udah banyak, mas. Kemarin mama juga beli banyak loh."
"Itukan dari mama, bukan dari saya. Kayaknya saya belum pernah beliin kamu baju secara langsung, jadi, coba dulu ini."
"Tapi--
"Ini bagus kan? Warnanya soft, kainnya lembut."
"Seksi banget, mas."
"Ya gak papa, saya suk---
"Kenapa, mas?" tanya Aira saat suaminya tak melanjutkan ucapan.
"Kalau kamu mau, ambil, kalau enggak, yaudah." Aryan meletakkan dress yang ia pegang, lalu berpindah ke pakaian anak bayi.
"Loh, ngambek?" gumam Aira menatap baju pilihan suaminya. Tentunya ia harus mengambil pemberian suaminya, agar suaminya merasa di hargai.
Setelah selesai berbelanja, Aryan meletakkan semua belanjaan mereka di bagasi mobil.
"Mau makan dulu?" tanya Aryan. Lama juga mereka belanja, cukup menguras tenaga.
"Boleh, di situ ada tempat makan, mas."
"Yaudah, ayo."
Karena tempat makannya tidak terlalu jauh, hanya berjarak 2 ruko saja. Aryan dan Aira memilih jalan kaki menuju tempat makan.
"Kamu mau makan apa?" tanya Aryan setelah mereka tiba di tempat makan.
"Mie goreng sama jus jeruk aja."
"Nasi?"
"Enggak."
"Oke."
"Aryan," panggil seseorang membuat Aryan dan Aira menoleh secara bersamaan.
"Bener Aryan, gue kita mirip doang. Tumben nih jalan berdua sama istri, bukan sama mantan, ups."
Aryan menatap jengkel temannya itu yang sudah duduk di hadapannya, tanpa izinnya.
"Mas Ibra, apa kabar?" sela Aira mencoba mencairkan suasana. Meski sebenarnya ia sedikit sakit saat mendengar ucapan Ibra. Berarti suaminya memang sering jalan berdua dengan Diana.
"Alhamdulillah, baik. Kamu gimana, Aira? Baik?"
"Alhamdulillah, baik juga, mas. Oh ya, mas Ibra mau makan juga di sini?" tanya Aira merasa sedikit aneh dengan sikap suaminya yang tiba-tiba saja sering membuang nafas kasar.
"Udah selesai malahan. Saya ke sini karena gak sengaja ngeliat Aryan, kirain dia berduaan lagi sama mantannya, ternyata saya salah paham. Baguslah kalau gitu," jelas Ibra tersenyum manis ke arah Aira, tanpa memperdulikan tatapan marah dari Aryan.
"Kalau gitu saya duluan ya, Aira. Semoga kamu sama bayi sehat selalu ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam, mas Ibra juga. Semoga sehat selalu."
"Aamiin, makasih doanya. Yan, gue balik dulu ya, assalamualaikum. "
"Wa'alaikumussalam, " sahut Aryan pelan, masih dengan ekspresi tak sukanya.
Sepeninggalan Ibra, Aira lanjut makan karena kebetulan juga makanan sudah datang. Ia memilih acuh dengan sikap suaminya, karena menurutnya suaminya mungkin sedang mencoba menutupi keburukan karena ketahuan jalan dengan mantan berulang kali.
Malam harinya.
Aira memilih menggunakan pakaian tidur yang dibeli suaminya siang tadi, meski suaminya terlihat cuek setelah mereka pulang belanja. Lebih tepatnya, setelah bertemu Ibra.
"Ini ceritanya aku lagi ngegodain mas Aryan ya? Kok bajunya seksi bener, tapi cantik sih."
Dengan sedikit tak percaya diri, Aira keluar dari ruang ganti, lalu berjalan menuju ranjang.
"Mas," panggil Aira membuat Aryan yang sedang fokus dengan laptop, langsung menoleh.
Seketika pupil mata Aryan membesar melihat penampilan istrinya malam ini. Tak di sangka, bibir laki-laki itu langsung tersenyum, tanpa diminta.
"Cantik," puji Aryan membuat pipi Aira memerah.
"Bajunya," lanjut Aryan. Seketika Aira langsung cemberut, karena baru saja terbang ke awan, eh malah di banting ke lantai.
"Tapi kamu lebih cantik. Saya suka ngeliatnya. Sini, duduk sini, saya mau liat lebih dekat."
"Hah? Liat apa, mas?"
Aryan udah tobat
padahal bagus ini cerita nya
tapi sepi
apalagi di tempat kami di Kalimantan,
jadi harus kuat kuat iman,jangan suka melamun