cerita ini adalah cerita fiksi yang menceritakan tentang seorang wanita yang bernama Aulia. Dia diberi kesempatan hidup sang pencipta untuk memperbaiki hidupnya yang selalu menderita. Bagaimana kisah Aulia dalam hidupnya yang kedua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenanga Rb, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Dirumah mertua Aulia
Ibu Ningrum pulang dan menaruh rantang di meja makan. Dia pergi berbelanja untuk kebutuhan besok.Hatinya sangat senang karena selama ini didesa tempat tinggalnya Arya anaknya selalu saja jadi bulanan gosip tetangga.
Setelah dari belanjaan ibu Ningrum menata belanjaan di dapur.
"Bu, ini makanan enak dari siapa?. "Tanya pak Harjo.
"Kamu pinjam uang lagi atau hutang diwarung. "Ucapnya lagi.
" Bu, kita makan seadanya saja. Sama nasi dan garam saja sudah bersyukur. "
"Itu dari anak kita Aulia pak, kamu tahu sendiri kita itu tidak punya uang. Nunggu bapak dapat bayaran dari buruh sawah, itu kurang pak. Selain itu yang punya sawah selalu saja memberikan uang seenaknya"
"Ya, itu resiko sebagai buruh sawah bu.Apalagi tenaga tua seperti aku ini.Masih ada yang pakai saja ya sudah bersyukur.
Ibu Ningrum melihat isi rantang yang belum disentuh suaminya itu. Dia sungguh terkejut didalamnya ada tiga potong dada ayam goreng dan satu rantang berisi sayur.
"Pak, semenjak Aulia sadar sepertinya dia berubah.Dia malah memberi kita makanan enak seperti ini biasanya cuma uang seadanya."Ucap ibu Ningrum.
"Lha, itu kan salah ibu sendiri dulu. Baru saja mereka menikah malah kamu mintai menantu kamu itu macam-macam. Jangan salahkan Aulia bu. "
"..... "
Ibu Ningrum terdiam cukup lama. Dia memikirkan perkataan suaminya itu.
"Apa anak kita sudah kirim uang?. "Tanya pak Harjo.
"Tidak pak, dia itu kirim uang kalau ada sisanya. Uangnya kan untuk kebutuhan dia dan anaknya. "
Pak Harjo hanya terdiam sesaat.
"Oh ya mbok, itu mau ada slametan siapa kok beli barang sebanyak itu. "
"Mau slametan untuk kendaraan yang dibeli anak kita Arya. "
"Arya, beli kendaraan?. Bukankah dia baru saja menyewa sawah satu sanggan.
" Iya, besok coba saja bapak membantu Arya.Kata Aulia nanti kalau padinya bagus bisa untuk kita semua."
Pak Harjo tidak menyangka, kalau istrinya Arya selalu memikirkan mertuanya yang kekurangan.Dulu tanpa sepengetahuan Arya. Aulia sering memberi uang pada pak Harjo mertuanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di rumah Aulia
"Aulia, sepertinya ada ayam goreng nih. "Ucap Arya yang baru datang dari sawah.
"Sudah sana mandi, sebentar lagi magrib kita beribadah bersama dulu baru makan malam. "Ucap Aulia sambil tersenyum.
"Baik bos. " Ucap Arya bercanda sambil pergi ke kamar mandi.Setelah mendengar suara adzan magrib mereka menjalankan ibadah bersama.
Sudah beberapa hari ini Aulia membaca kitabnya walau satu dua lembaran saja.
Arya yang di sisinya mendengarkan suara merdu Aulia.Walau dia masih membaca dengan terbata-bata.
"Mas, lambat laun aku bisa melihat terangnya tulisan ini dan mengingat semua bacaan ini semuanya. "
"Alhamdulillah, ini semua merupakan kebesaran sang pencipta. "
"Benar, semua yang terjadi karena kebesaran dan keagungan dariNya.
" Aulia setelah makan malam kita bicara banyak hal. Apa kamu mau?. "
"Tentu, banyak yang ingin aku tanyakan pada kami. "
Setelah mereka makan dan menjalankan ibadah terakhir mereka pada hari itu.
Aulia dan Arya duduk di ruang keluarga.
"Mas dulu yang tanya atau Aulia."Ucap Aulia pada suaminya.
"Aulia saja dulu. "
"Pertama ini tentang ayah dan ibu mas Arya.Kamu tahu, aku masih belum mengingat tentang mereka sepenuhnya. "Ucap Aulia sambil menunduk sedih.
"Tadi ibu kemari, dia meminta satu petak sawah yang kamu sewa untuk hidup mereka. "
"Aulia, saat ini kamu sudah banyak memberi keluarga aku. Ibuku yang sudah lama tidak bekerja dan ayahku yang sudah tua masih sebagai buruh sawah. "
"Hasil mereka tergantung bagaimana mereka itu diminta untuk bekerja. Jika tidak mereka tidak akan mendapatkan uang untuk makan. "Ucap Aulia.
Helaan napas Aulia.
"Aku sendiri juga jarang memberi pada orang tua aku. Dulu aku bekerja sebagai tambal ban di tempat seseorang. Itupun cuma dibayar sehari sepuluh ribu."
"Setiap hari uang itu cuma untuk beli rokok saja, sampai aku bertemu dengan kamu. "
".... "
"Kamu yang merubah hidupku Aulia, dulu aku suka merokok. Aku jarang pulang dan suka main Judi."
"Kamu yang merubah aku menjadi orang yang berguna seperti sekarang dan kamu mau menerima aku apa adanya. "Ucap Arya sambil tersenyum dan memegang tangan Aulia istrinya.
"..... "
"Saat ini mungkin kamu masih belum mengingat semuanya, nanti kamu juga akan tahu. "
"Aku akan tanya Aulia dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu. "
"Maksud mas Arya. Untuk uang sewa sawah sudah Aulia jelaskan kemarin"
"Untuk beli kendaraan itu dari mana uangnya Aulia. "
"Itu dari uang Asuransi mas, uangnya sudah keluar, " Ucap Aulia bohong.
"Uang Asuransi baru keluar sore ini, itu terlihat dari notifikasi pihak bank lewat pesan singkat. "
Helaan napas Arya.
"Besok kita akan adakan slametan buat kendaraan itu, dan aku sudah memberikan uang sama ibu."Ucap Aulia.
" Besok, sekalian mas Arya bilang ke ayah jangan jadi buruh sawah lagi.Nanti minta ayah bantu kamu mengelola sawah sewaan itu."
"Aulia kamu yang dulu dan sekarang masih terlalu baik dengan keluarga aku." Ucap Arya dalam batinnya.
"Aulia untuk biaya traktornya per petak sawah seratus dua puluh lima, karena kita sewa tiga petak menjadi tiga ratus tujuh puluh lima. "
"Nanti untuk makannya enaknya kamu kasih apa?. "
"Semuanya kuserahkan pada mas Arya saja."
"Untuk satu petak benih dan orang yang menanamnya empat ratus rupiah kalau tiga ya Satu juta dua ratus. "
"Aulia anggap dua juta ya mas, besok Aulia kasih uangnya dan mas Arya yang mengurusnya."
"Nanti mas Arya ke rumah ibu mas, kamu bisa lihat apa yang diperlukan mereka selama satu bulan. Kita belikan dulu."
"Aulia."Ucap Arya sambil menahan air matanya.Dia sungguh terharu dari dulu Aulia memperhatikan orang tuanya.Perbedaannya sekarang lebih besar dari dulu.
"Mas, tadi pagi ada orang yang memanggilku adik, kalau tidak salah namanya kak Mulia. " Ucap Aulia mencoba mengingat nama orang itu."
"Dia kakak kamu yang kedua.Kamu sudah bertemu dengannya.Mas juga senang. "
"..... "
"Apa dia orang baik?. "
"Dia sama saja selalu saja meminta bantuan kamu saat itu. Nanti kamu akan menilai keluarga akan sendiri seiringnya waktu. "
"Mas, aku tadi bertemu dengan seseorang yang menagih kita."
"Nama yang tertera di kartu itu nama kamu dan aku. "
"..... "
"Kamu bertemu dengannya.? "
Aulia menunjukan foto yang dia potret tadi siang.
"Aulia, sebenarnya hutang itu milik ibu dan kakak kamu Rindu."
"Sebelum kamu sakit, kamu menandatangani hutang itu. Namun uangnya mereka yang menggunakannya. "
"Berarti aku ikut andil dalam hutang itu.Aku akan melunasinya nanti. "
"Aku mau cerita tadi sewaktu aku pulang dari....," Ucap Aulia terhenti. Dia tidak ingin memberitahu suaminya kalau dia pergi ke bank.
"beli jajanan untuk Arga, aku bertemu seseorang. Namun wajahnya tidak kelihatan."
"Dia bilang, aku melakukan sesuatu hal yang memalukan.? "
Helaan napas Arya.
"Bagaimana kalau lusa kita ke tempat guru. "
Aulia menyetujuinya.
"Saat ini aku sedikit heran dengan kak Rindu, aku pergi dipagi hari dia sudah tidak ada dan pulangnya dia juga belum pulang."
"Aku dengar kalau suami kakak kamu berhutang dimana-mana dan dia menggunakan nama kakak kamu Rindu."
"Selain itu seharusnya Arga sekolah taman kanak-kanak, namun dia berhenti karena tunggakan bayaran."
"..... "
"Apa kabut hitam itu adalah permasalahan kakak aku Rindu?."Batin Aulia, namun dia masih ragu tentang batinnya ini.
"Kita pergi menginap dirumah ibu kamu, jika sawah sudah selesai ditanami padi ya?. "
Aulia mengangguk pada suaminya Arya.