Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 06
Aku berjalan gontai ketika namaku di panggil oleh petugas pengadilan. Aku melangkah dengan ragu, aku sendirian benar-benar sendirian. Saat ibu ingin menemaniku ke pengadilan, ayah melarangnya. Aku benar-benar seperti orang yang begitu hina dan memalukan sekarang di mata ayah ku sendiri.
Saat memasuki ruang sidang, hanya ada beberapa orang yang tidak aku kenal, tapi seorang wanita yang memakai blazer berwarna putih, aku seperti pernah melihat wanita itu. Tapi aku kemudian mengalihkan pandangan ku pada mas Hadi yang sedang duduk di kursi hitam di tengah ruangan ini.
Ketika seorang petugas memanggil namaku dan mempersilahkan aku duduk, mas Hadi bahkan tidak mau menoleh dan melihat ku sama sekali. Aku sangat sedih, hatiku sangat sakit. Tapi semua ini salahku.
Persidangan berlangsung singkat, karena aku tidak bisa membantah semua tuntutan yang di arahkan padaku. Aku hanya bisa menangis ketika hakim mengetuk palu dan hubungan rumah tangga ku dengan mas Hadi benar-benar telah berakhir.
Semua orang segera meninggalkan tempat itu, mas Hadi bahkan langsung pergi begitu saja tanpa menyapa ku atau bicara padaku untuk terakhir kalinya. Air mataku semakin menjadi saat pengadilan memutuskan hal asuh Mika jatuh pada mas Hadi, dan aku tidak boleh menemui nya tanpa persetujuan dari mas Hadi yang aku yakin tidak akan mengijinkan aku bertemu Mika dalam waktu dekat ini karena dia sangat marah padaku.
Aku hanya bisa menangis di kursi hitam yang menjadi saksi keputusan akhir dari mas Hadi. Talak tiga yang di jatuhkan mas Hadi juga menjadi hal terberat bagiku, karena tidak mungkin lagi bagi mas Hadi dan aku untuk kembali rujuk. Jangan kan rujuk, mas Hadi bahkan tidak mau lagi melihat ku.
Aku kembali ke rumah ayah, dan disana sudah ada kakak dan kakak ipar ku.
"Sila, apa yang terjadi? kenapa masalah seperti ini kamu tidak menghubungi kakak?" tanya kakak ku Bima sambil memegang kedua pundak ku.
"Aku dan mas Hadi resmi bercerai kak, aku...!" aku menangis ketika kak Bima memelukku.
"Itu semua salahnya, apa yang dilakukan Hadi itu mang sudah benar. Wanita seperti mu ini memang pantas di ceraikan nya!" celetuk ayah yang sama sekali tidak berempati padaku. Ayah telah kehilangan kepercayaan nya padaku, padahal dulu dia sangat menyayangi ku.
"Ayah, kenapa kita tidak dengarkan dulu penjelasan Sila?" tanya kak Bima.
Ayah yang sangat kesal kemudian malah meninggalkan kami dan masuk ke dalam kamarnya.
"Sila, coba ceritakan apa yang terjadi" ucap kak Niken, kakak ipar ku. Istri dari kak Bima.
Aku lalu menceritakan semuanya pada kak Niken dan kak Bima, dari mulai aku mendapatkan paket dari seorang gadis kecil. Sampai aku yang terbangun di kamar hotel yang berbeda dari yang di pesan oleh mas Hadi.
"Kalau begitu kita harus pergi ke hotel itu, itu hotel besar pasti ada rekaman CCtv di sana!" seru kak Niken.
"Benar, ayo Sila. Kakak mengenalmu sejak kecil, kakak yakin kamu tidak akan melakukan perbuatan serendah itu!" ujar kak Bima.
Aku kembali menangis, tapi bukan karena sedih. Aku menangis karena merasa mendapatkan harapan kecil dari kak Bima dan kak Niken. Mereka memang sangat baik. Mereka sangat percaya padaku.
Kami bertiga lalu berangkat ke hotel itu, aku bahkan lupa mengambil mobil ku yang masih terparkir di tempat itu karena tidak bisa berpikir jernih beberapa hari ini.
Kak Bima bertanya pada resepsionis dan mencari pelayan atau petugas resepsionis yang bernama Gina.
"Tapi memang tidak ada pelayan atau resepsionis yang bernama Gina pak, Bu!" ucap resepsionis yang bernama Nina.
"Tapi tiga hari yang lalu, ada seorang pelayan bernama Gina mbak, dia mengantar ku ke kamar 1099!" jelas ku pada Nina.
"Tapi tidak ada Bu, dan pesanan kamar atas nama pak Hadi Tama juga tidak ada tiga hari yang lalu!" jelas Nina lagi pada kami bertiga.
Aku semakin tidak bisa berpikir, kepala ku rasanya begitu pening. Kenapa bisa seperti ini, tidak ada pesanan kamar atas nama Hadi Tama, tidak ada pelayan yang bernama Gina. Bagaimana bisa seperti ini.
"Mbak, tolong saya mau bicara dengan manager hotel ini!" kata kak Niken yang juga terlihat kebingungan.
Sambil terus mengusap punggung ku, kak Niken terus berusaha menenangkan aku.
"Tenang dulu Sila, kita bisa lihat rekaman CCtv dulu. Kita pasti bisa tahu apa yang terjadi!" ucapnya.
Tak lama manager hotel datang bersama Nina.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya manager yang bernama Husain itu.
"Begini pak, saya dan adik saya butuh bantuan bapak. Adik saya di jebak oleh seseorang dan kamu butuh untuk melihat rekaman CCtv dari resepsionis ke arah kamar 1099 tiga hari yang lalu!" jelas kak Bima yang bicara sesopan mungkin pada manager hotel ini.
"Mohon maaf pak, tapi rekaman CCtv hanya untuk keperluan di hotel. Kami tidak bisa memperlihatkan nya pada sembarangan orang atau pada siapapun yang ingin melihatnya. Kecuali anda punya surat pengantar dari kepolisian atau dari pihak terkait. Saya permisi!" ucap manager itu dan langsung meninggalkan kami begitu saja.
Tatapan kesal bisa aku lihat di mata kak Bima yang di tujukan pada manager hotel itu.
"Coba saja aku ini orang kaya dan berkuasa, dia tidak akan bicara seperti itu padaku!" kesal kak Bima.
"Sudah mas, kita pulang dulu. Kita cari jalan lain, atau kita ke rumah Hadi saja. Kita bisa bicara baik-baik padanya!" ujar kak Niken yang langsung aku balas dengan anggukan kepala.
Aku juga sangat merindukan Mika, aku juga ingin melihatnya meski hanya dari jauh saja.
Kami bertiga pun pergi ke rumah mas Hadi. Alangkah terkejutnya saat aku turun dari mobil kak Bima, ada sebuah papan besar terpasang di pagar rumah yang aku bangun bersama dengan mas Hadi.
*Rumah ini di jual, hubungi Yudhi 0899xxxxxxx*
Tulisan itu terpampang sangat besar di depan pagar.
"Sila, rumah ini.... bukanya rumah ini kalian bangun berdua, kenapa Hadi menjualnya?" tanya kak Bima yang terlihat kesal.
Aku hanya diam, karena dalam surat perjanjian pra nikah kami memang seperti itu, yang berkhianat akan meninggalkan semua yang kami miliki tanpa membawa apapun, bahkan akan kehilangan hak asuh Mika juga.
Kak Niken langsung merangkul ku dan memelukku.
"Sabar ya Sila, masih ada kami!" ucapnya pelan.
Aku tidak tahu dosa apa yang aku lakukan di kehidupan sebelumnya, aku berusia 25 tahun dan selama itu hidupku benar-benar nyaris sempurna. Dalam satu malam semua berakhir, lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.