BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Adikku
"Mbak?" Panggilan Eca membuat Nola tersadar.
"Iya Ca?"
"Apa yang bisa ku bantu buat Mbak?"
"Ca aku mohon, jadilah maduku Ca"
Duarrr....
Eca terasa seperti di sambar petir pada siang bolong. Permintaan macam apa yang Nola ajukan kepadanya. Benar kalau sejak tadi Bara mengatakan jika Nola gila.
"A-apa Mbak? Apa kamu sadar sama ucapan kamu Mbak?"
Eca masih berharap jika apa yang Nola katakan itu hanya bercanda.
"Aku sadar Ca. Aku memintamu menjadi maduku dengan kesadaran penuh!!"
Eca langsung berdiri dan menatap tajam pada Nola. Baru kali ini Eca berani me atap Kakaknya seperti itu.
"Enggak Mbak!! Aku nggak mau!! Cari cara lain kan bisa. Atau menerima wanita lain yang di carikan oleh mertua mu. Aku nggak bisa Mbak. Ini terlalu konyol!!" Dada Eca naik turun karena kemarahannya.
"Apa kamu nggak kasihan sama aku Ca? Rumah tanggaku bisa hancur karena ini. Kamu tau sendiri kan gimana aku mendambakan kehidupanku yang sekarang?" Air mata Nola sudah tumpah di hadapan Eca.
"Tapi nggak kaya gini juga caranya Mbak. Kamu juga sama saja menghancurkan pernikahan kamu sendiri!!" Bentak Eca. Dia benar-benar tidak tau jalan pikiran Kakaknya seperti apa.
Bisa-bisanya dia memintanya untuk menjadi madunya sendiri. Wanita yang akan menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya sendiri.
"Sudah cukup Nola!! Lebih baik kamu pulang!! Benar kata Eca kalau rencana kamu ini konyol!!" Bara meraih lengan Nola untuk membawanya pulang tapi Nola segera menepisnya.
"Enggak!! Aku memang konyol!! Aku memang sudah gila sepeti apa yang kalian katakan. Apa kalian mau ada di posisiku saat ini biar kalian bisa merasakannya? Kenapa kalian menghakimiku padahal kalian sendiri tidak tau rasanya jadi aku? Kenapa Hah???"
Tangis Nola semakin pilu. Dia mengharap belas kasihan dari orang-orang disekitarnya tapi tak ada yang bisa mengerti posisinya saat ini.
"Mbak" Eca tak tega melihat Nola saat ini.
Dia bersimpuh di hadapan Nola, mencoba untuk menghibur Kakaknya itu.
"Bukannya aku nggak menghakimi kamu Mbak. Tapi aku rasa, apa yang kamu lakukan saat ini salah"
"Terus aku harus gimana Ca? Apa aku harus melihat suamiku menikah dengan wanita pilihan Ibunya dulu biar kamu puas?"
Eca terkesiap karena Nola justru seperti menyalahkan dirinya saat ini.
"Aku nggak akan menikahi wanita itu Nola! Percayalah padaku!! Tolong jangan gegabah, kita bisa cari cara lain Nola!!" Bara masih mencoba meyakinkan Nola.
"Aku mau gila rasanya!! TOLONG MENGERTILAH AKUUU!!" Nola berteriak sambil mengacak rambutnya.
"Mbak, tolong tenang dulu Mbak. Jangan kaya gini!!" Nola memegang kedua tangan Nola.
"Kalau kamu memang nggak mau bantu aku. Lebih baik kamu pergi Ca. Anggap saja aku bukan Kakakmu lagi!"
Deg...
Eca terkejut karena Nola tak mau menganggapnya adik lagi hanya karena Eca menolak keinginan gila Kakaknya itu.
"Oke Mbak. Seandainya aku bersedia menikah dengan Mas Bara. Itu juga nggak boleh dalam agama kita Mbak. Kita saudara kandung, haram hukumnya menjadikan saudara kandung sebagai madumu" Eca mencoba menjelaskan dengan begitu lembut. Siapa tau Nola bisa memahaminya.
"Benar apa yang Eca katakan sayang. Jangan paksa dia!! Aku juga tidak mau menikahinya!!"
Eca hanya melirik ke arah Bara sekilas karena penolakannya itu.
"Berarti, seandainya kita bukan saudara kandung kamu mau kan menjadi maduku?"
Deg...
"Apa maksudmu Mbak?"
"Jawab dulu Ca. Apa kalau kamu bukan adik kandungku kamu mau membantuku?" Desak Nola.
"Nggak perlu di jawab Mbak, karena aku memang adik kandungmu!!" Eca berdiri menjauh dari Nola.
Omongan Nola sudah melantur ke mana-mana. Mungkin sudah waktunya mereka menghentikan obrolan konyol itu.
"Kamu bukan adikku Eca!! Kamu bukan anak kedua orang tuaku!!!"
Deg...
Eca yang ingin berbalik pergi langsung berhenti karena pengakuan Nola.
"A-apa maksudmu Mbak??"
"Jangan mengarang cerita hanya untuk memaksakan kehendak mu Nola. Kamu sudah keterlaluan!!" Desis Bara.
"Tapi aku nggak bohong!!" Nola ikut berdiri menatap Bara dan Eca secara bergantian.
"Kamu memang bukan adik kandungku. Kamu bukan anak yang terlahir dari rahim Ibuku. Kamu juga bukan anak Ayahku!! Jadi sudah waktunya sekarang kamu membalas kebaikan keluarga ku dengan menuruti keinginanku Eca!! Anggap saja ini sebagai balas budi karena kami sudah membesarkan kamu!!" Tatapan Nola yang selalu lembut pada Eca kini berubah menjadi tajam dan penuh kebencian.
"Nggak!! Kamu bohong Mbak!! Aku anak Ayah dan Ibu sepeti mu!! Aku nggak percaya!!" Bantah Eca meski perasaannya sudah mulai terguncang.
"Kalau kamu nggak percaya, kita bisa tes DNA!" Tantang Nola.
"Untuk apa tes DNA Mbak? Sudah jelas aku anak Ayah. Di dalam akta kelahiran juga tertulis nama Ayah sebagai waliku!!"
"Apa kamu percaya hanya dengan selembar kertas itu? Asal kamu tau Ca, dulu adikku yang baru saja lahir langsung meninggal. Di waktu yang sama, saat Ayah pulang menguburkan adikku, Ayah menemukan kamu di pinggir jalan. Mereka akhirnya menjadikanmu pengganti adikku tanpa ada yang tau!!"
"Enggak Mbak. Itu bohong!!" Nola menggeleng mencoba menyangkalnya.
"Tapi itu memang kenyataannya Ca. Kalau kamu nggak percaya, aku bisa mengajakmu ke makam adikku"
Eca hanya diam dengan air matanya yang menganak sungai. Meski dia tidak percaya dan mencoba berpikir jernih tapi tetap saja hatinya sakit.
Seandainya benar dia bukanlah anak kandung orang tua yang membesarkannya selama ini, jadi dia anak siapa? Pertanyaan itu kini terus bersarang di benaknya.
Bara sendiri yang ada di sana hanya bisa diam. Dia tidak tau seluk beluk keluarga Nola lebih dalam jadi dia tidak tau harus bagaimana. Dia hanya menatap Eca dengan tatapan Iba. Padahal dia biasanya selalu menatap Eca dengan begitu datarnya.
"Gimana? Kamu masih nggak percaya? Oh apa kamu masih yakin kalau kamu adikku karena wajah kita yang hampir mirip?" Nola membuat Eca menatap kearahnya.
"Aku juga nggak tau kenapa itu bisa terjadi. Tapi kata orang, kalau merawat anak orang sedari kecil, wajahnya bisa saja mirip dengan keluarga yang merawat itu sendiri. Tapi kalau kamu tetap nggak percaya, kita bisa tes DNA. Gimana?"
Eca yang masih syok tidak bisa bermata apa-apa. Tapi dalam hatinya dia masih yakin kalau dia tetap anak kandung kedua orang tuanya.
"Sekarang aku minta balas budimu Eca. Kalau bukan karena kebaikan kami, bayi malang itu tidak akan berdiri di depanku saat ini" Sinis Nola.
Wanita yang kini berubah menjadi wanita egois itu mendekat ke arah Eca. Dia menarik rambutnya hingga mendapatkan beberapa helai di tangannya.
Nola kemudian meraih tangan Eca dan memberikan rambutnya ke tangan adiknya itu.
"Lakukan tes DNA untuk meyakinkanmu. Setelah itu aku tunggu kesadaran mu!"
Eca menatap rambut Nola yang ia genggam dengan erat.
"Aku berharap kamu tau diri Eca" Bisik Nola penuh penekanan.