NovelToon NovelToon
Jejak Kode

Jejak Kode

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Faila Shofa

Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.

Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

langkah dibalik bayangan

Setelah berhasil membuka kotak kayu dan membaca pesan terakhir, Laila, Rifki, Rio, Keysha, dan Dina duduk melingkar di lantai aula yang dingin. Ruangan itu terasa semakin mencekam, dengan suara angin yang berdesir melalui celah-celah dinding tua.

"Langkah terakhir ada di hati kita," ulang Rio pelan. "Kedengarannya seperti teka-teki, tapi aku yakin ini punya arti lebih dalam."

"Aku setuju," kata Laila sambil menggenggam kertas pesan itu. "Kita sudah melewati banyak hal bersama, tapi ini mungkin tentang bagaimana kita menyatukan semua petunjuk dan menjaga kepercayaan di antara kita."

Keysha memiringkan kepalanya, mencoba mencerna kata-kata itu. "Tapi kita masih punya masalah lain. Kita belum tahu siapa yang mengirim semua ini dan apa tujuannya."

"Dan jangan lupa," tambah Dina. "Ada seseorang yang hilang di sekolah. Ini bukan hanya tentang kita lagi."

"Itulah kenapa kita harus terus maju," ucap Laila tegas.

Saat mereka berdiskusi, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah belakang aula. Semua terdiam, menahan napas.

"Siapa itu?" Rifki bertanya dengan suara serak, matanya menatap gelap di sudut ruangan.

Tidak ada jawaban.

Rio langsung berdiri, menyalakan senter dan mengarahkannya ke sumber suara. Tapi tidak ada siapa pun di sana. Hanya tumpukan kursi tua yang berserakan.

"Mungkin hanya suara angin," kata Dina, meski jelas ada nada keraguan dalam suaranya.

Namun, tak lama setelah itu, sebuah suara terdengar dari speaker tua di sudut aula. Suara itu pelan, seperti rekaman lama yang terdistorsi.

"Banyak hal yang terlihat, tapi tak semua dapat dipercaya. Temukan jawabannya di mana bayangan tidak menyentuh cahaya."

Semua memandang satu sama lain dengan bingung.

"Bayangan tidak menyentuh cahaya?" tanya Keysha. "Apa maksudnya?"

Laila berdiri perlahan, tatapannya tajam. "Mungkin itu artinya kita harus mencari sesuatu di tempat yang terang, di mana tidak ada bayangan sama sekali."

Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, tempat yang sebelumnya sudah mereka periksa tapi tidak memberikan hasil. Kali ini, mereka yakin petunjuk itu akan mengarahkan mereka pada sesuatu yang berbeda.

Malam semakin larut ketika mereka memasuki perpustakaan sekolah yang gelap dan sunyi. Senter-senter mereka menerangi rak-rak buku yang berjajar rapi, menciptakan bayangan aneh di dinding.

"Tempat terang tanpa bayangan..." gumam Dina sambil berjalan pelan. "Apa mungkin itu ada hubungannya dengan kaca atau cermin?"

Rifki mengangguk. "Cermin bisa memantulkan cahaya, jadi tidak ada bayangan di sana. Tapi di mana kita bisa menemukan cermin di perpustakaan ini?"

Laila berhenti di depan sebuah rak besar. "Bukan cermin, tapi mungkin sesuatu yang mirip." Dia menunjuk kaca besar yang tergantung di bagian belakang perpustakaan. "Itu."

Mereka semua berjalan mendekati kaca itu. Dina memperhatikan sesuatu yang aneh pada bingkai kaca tersebut. Ada simbol kecil yang terukir di sudutnya—sebuah lingkaran dengan titik di tengah.

"Simbol ini... Aku pernah melihatnya sebelumnya," kata Dina sambil menyentuh ukiran itu.

Laila segera merogoh tasnya dan mengeluarkan kertas sandi yang mereka temukan sebelumnya. Simbol yang sama ada di sudut kertas itu.

"Ini pasti ada hubungannya," kata Laila. "Tapi bagaimana kita mengungkap rahasianya?"

Rio mencoba menekan simbol itu, dan tiba-tiba kaca tersebut bergerak sedikit, seperti pintu rahasia yang terbuka perlahan.

"Whoa!" seru Rifki. "Kita baru saja menemukan pintu rahasia di perpustakaan? Ini seperti di film-film!"

Di balik kaca itu, ada sebuah ruangan kecil dengan meja di tengahnya. Di atas meja itu, ada sebuah kertas dengan tulisan samar yang tampaknya menggunakan tinta tak terlihat.

Keysha mengeluarkan senter UV yang mereka bawa dan mulai menyinari kertas itu. Pesan mulai muncul perlahan:

"Berhati-hatilah terhadap yang tersembunyi di balik angka. Langkah berikutnya ada di lorong yang melingkar."

"Lorong yang melingkar?" tanya Dina. "Aku bahkan tidak tahu sekolah ini punya lorong seperti itu."

Rifki menepuk dahi. "Aku tahu! Lorong di bawah gedung olahraga. Bentuknya melingkar karena mengikuti struktur bangunan."

"Itu masuk akal," kata Laila. "Kalau begitu, kita harus ke sana sekarang juga."

Lorong bawah gedung olahraga adalah tempat yang jarang dikunjungi. Tempat itu gelap dan sempit, dengan bau lembap yang menyengat. Ketika mereka sampai di sana, suara langkah kaki mereka menggema di sepanjang lorong.

Di salah satu dinding lorong, mereka menemukan simbol lingkaran yang sama seperti yang ada di kaca perpustakaan. Di bawah simbol itu, ada deretan angka yang tertulis dengan cat merah:

"13, 5, 1, 18, 20."

"Sandi angka lagi," gumam Laila.

"Ini huruf," kata Rifki. "Kita gunakan metode yang sama seperti sebelumnya."

13 \= M, 5 \= E, 1 \= A, 18 \= R, 20 \= T

"MEART?" tanya Keysha. "Itu tidak masuk akal."

Dina mengerutkan kening. "Tunggu, mungkin ini harus diatur ulang. Ini bisa jadi anagram!"

Mereka mulai mencoba berbagai kombinasi huruf sampai akhirnya menemukan kata yang masuk akal:

"HEART."

"Heart? Hati?" tanya Rio. "Apa lagi ini?"

Laila memandang dinding di depan mereka. "Langkah terakhir ada di hati kita... Mungkin kita harus mencari sesuatu yang berbentuk hati di sini."

Mereka menyusuri lorong, memeriksa setiap sudut sampai Dina menemukan ukiran kecil berbentuk hati di salah satu dinding. Dia mencoba menekan ukiran itu, dan dinding di sebelahnya terbuka, memperlihatkan sebuah ruangan gelap.

Di dalam ruangan itu, mereka menemukan sebuah kotak besar dengan kunci kombinasi. Di atas kotak itu, ada secarik kertas yang bertuliskan:

"Kunci dari semua ini ada di dalam dirimu sendiri. Apa yang paling kau percayai?"

Semua saling memandang, bingung dengan teka-teki baru ini.

"Apa yang paling kita percayai?" gumam Laila. "Apakah ini soal kepercayaan pada diri kita sendiri, atau satu sama lain?"

"Mungkin ini lebih dari sekadar kata-kata," kata Dina. "Kita harus memikirkannya baik-baik sebelum membuat langkah selanjutnya."

Ruangan kecil itu terasa semakin mencekam. Udara dingin menyeruak, menambah rasa gugup mereka saat memandangi kotak besar dengan kunci kombinasi di hadapan mereka.

"Apa yang paling kita percayai?" ulang Dina, suaranya hampir berbisik. "Aku masih tidak mengerti apa maksudnya."

Rifki berjongkok di depan kotak itu, mengamati kunci kombinasi. Ada lima angka yang harus dimasukkan, dan mereka tidak memiliki petunjuk langsung.

"Kalau dari semua teka-teki sebelumnya, jawabannya selalu tersembunyi di balik kata-kata," ujar Rifki, mencoba berpikir keras. "Mungkin kita harus menggali lebih dalam lagi."

Laila memegang kertas pesan itu erat-erat. "Semua ini terasa seperti ujian. Apa mungkin... yang paling kita percayai adalah persahabatan kita?"

Keysha menggeleng. "Tapi bagaimana itu bisa jadi kunci? Kita butuh angka, bukan perasaan."

Rio mengarahkan senter ke dinding-dinding ruangan. Ukiran-ukiran kecil tampak memenuhi permukaan batu tua itu, sebagian besar berbentuk pola abstrak. Namun, di salah satu sudut, dia menemukan sesuatu yang berbeda.

"Hei, kalian lihat ini," panggil Rio sambil menunjuk ukiran berbentuk hati kecil dengan lima angka di bawahnya: "14, 9, 3, 5, 18."

"Apa ini?" tanya Dina.

Rifki langsung meraih kertas catatan dari tasnya dan mulai mencocokkan angka itu dengan huruf alfabet. "14 itu N, 9 itu I, 3 itu C, 5 itu E, dan 18 itu R."

"NICER?" Keysha mengernyitkan dahi. "Itu bukan kata yang berarti sesuatu."

Laila menatap ukiran hati itu dengan tatapan serius. "Tunggu... jika kita lihat dari semua petunjuk sebelumnya, ini mungkin anagram lagi."

Mereka mulai mencoba menyusun ulang huruf-huruf itu. Setelah beberapa menit, Dina berteriak, "CERNI! Itu artinya 'bercermin' dalam bahasa Latin, kan?"

"Bercermin?" Rio mengulang, mencoba memahami.

Laila mendekatkan wajahnya ke ukiran hati itu. "Mungkin kita harus melihat ke dalam diri kita, seperti cermin. Tapi, apa hubungannya dengan kotak ini?"

Rifki memutar tombol kunci kombinasi, memasukkan angka-angka sesuai urutan yang ditemukan: 14-9-3-5-18.

Dengan suara klik lembut, kunci terbuka.

Ketika kotak itu dibuka, mereka menemukan benda aneh di dalamnya—selembar kain putih polos yang tampak biasa saja.

"Ini lelucon, kan?" kata Keysha, memandang kain itu dengan bingung. "Kita sudah berusaha sejauh ini, dan ini yang kita temukan?"

Namun, Laila memperhatikan sesuatu yang berbeda. "Tunggu. Lihat tekstur kainnya. Ini bukan kain biasa."

Dia mengambil kain itu dan mendekatkannya ke cahaya senter UV. Perlahan-lahan, pola mulai muncul, berupa peta dengan simbol-simbol misterius.

"Ini peta sekolah," kata Rio sambil menunjuk pola itu. "Tapi ada bagian yang tidak pernah aku lihat sebelumnya."

Di tengah peta, ada tanda lingkaran besar dengan tulisan samar: "Langkah terakhir ada di tempat di mana semua dimulai."

"Tempat semua dimulai?" Rifki mengulang, menatap teman-temannya.

Mereka segera keluar dari ruangan dan mengikuti peta. Jalan yang ditunjukkan membawa mereka ke ruang guru lama yang sudah lama tidak digunakan. Ruangan itu penuh debu dan bau pengap, dengan meja-meja yang rusak dan dokumen-dokumen berserakan.

Namun, di salah satu sudut, mereka menemukan sebuah kotak kecil terkunci dengan pesan tertulis di atasnya:

"Tinta tak terlihat hanya dapat ditemukan oleh yang mengerti tujuan sebenarnya."

Laila langsung berpikir. "Tinta tak terlihat... Ini mungkin soal tinta invisible ink lagi."

Rio mengeluarkan senter UV dari tasnya dan menyinari kotak itu. Tulisan tambahan muncul di bawah pesan utama:

"Panas akan mengungkapkan kebenaran."

Mereka mencari-cari di sekitar ruangan dan menemukan lilin kecil di salah satu meja. Setelah menyalakan lilin itu, Laila memanaskan permukaan kotak kecil tersebut. Perlahan, tulisan mulai muncul di permukaannya:

"Kunci dari teka-teki ini adalah apa yang paling kamu percayai. Hanya dengan itu kamu dapat membuka pintu terakhir."

Dina menatap kotak itu dengan bingung. "Apa yang paling kita percayai? Maksudnya, kepercayaan pada siapa?"

Rifki memandang teman-temannya. "Aku rasa jawabannya adalah kita. Persahabatan kita."

Laila tersenyum tipis. "Ya, itu masuk akal. Kita semua telah melewati banyak hal bersama. Mungkin ini adalah ujian tentang kebersamaan kita."

Dia mencoba membuka kotak itu dengan menekan simbol di atasnya, dan suara klik terdengar. Kotak itu terbuka, memperlihatkan sebuah kunci perak kecil dengan ukiran hati di atasnya.

"Ini pasti kunci untuk pintu terakhir," kata Rio.

Dengan kunci itu di tangan, mereka mengikuti peta ke sebuah pintu tua di bawah sekolah, yang tersembunyi di balik tangga utama. Ketika mereka memasukkan kunci dan membuka pintu itu, suara derit pelan memenuhi udara.

Di dalamnya, mereka menemukan sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan simbol-simbol aneh di dinding. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan buku besar terbuka di atasnya.

Namun, sebelum mereka bisa mendekati meja itu, sebuah suara terdengar dari bayangan:

"Selamat datang. Aku sudah menunggumu."

Suara itu membuat bulu kuduk mereka meremang.

1
Sylvia Rosyta
semangat up ceritanya kak 😁
¶•~″♪♪♪″~•¶
mampir kk,cerita nya juga seru
¶•~″♪♪♪″~•¶: sama-sama kk
Violence: makasih udah mau mampir
total 2 replies
𝘼𝙞𝙘𝙖𝙣_☂✓ ᴺᵉʷ ᶠᵃᵐⁱˡʸ
📌Perlkenalkan nama saya Aiko
📌Umur saya baru 2 bulan
📌Status saya anu itu lupa apa
📌Saya tidak cukup cantik tapi asyik
📌Saya dari bumi
📌Saya sedikit gila jadi jadi apa?
📌Saya manusia yang nyasar
✓✓✓
📍𝐾𝑒𝑛𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚?
𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎☞𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑎𝑡𝑎ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖𝑛𝑎𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑟𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑖☜
📍Dihina tak tumbang,Di puji makasih bang
📍𝑆𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑢 𝑗𝑢𝑗𝑢𝑟,𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑛𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟'𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑢𝑡𝑒𝑟𝑦 𝑑𝑢𝑦𝑢𝑛𝑔
📍𝑀𝑎𝑎𝑓 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛,𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑒
"𝘿𝙖𝙣 𝙗𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙗𝙖𝙧,𝙢𝙖𝙠𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙮𝙖"

🎉Jangan lupa untuk mampir🎉
Fahira •••£Sweetie Eun Xie£•••
semangat kak
Sylvia Rosyta
mampir ya kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
Taurus girls
setangkai mawar cantik untuk mu author./Smirk/
Taurus girls: syama syama thor/Smirk/
Violence: terimakasih
total 2 replies
secret enjel
seruu kak, aku bakal bacaa sampai habis
michiie
gk paham jir
michiie
bagusssssss
Sa'diah Nur M(Sasa)_-ll
seru nih, aku suka yang teka-teki yang begini
Aulia Nur
aaahh... seru! 🥰
Aimee
Penasaran
Aimee
Misteri apa yang ada di baliknya?
miilieaa
thor...
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?
Violence: ga ada sih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!