NovelToon NovelToon
Bayi Rahasia Sang Serigala

Bayi Rahasia Sang Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Manusia Serigala / Hamil di luar nikah / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.

Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayahmu ingin berteman, nak

Bab 35 -

Rere tersenyum tipis saat Arion tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia tidak menyangka Arion akan datang menemuinya secepat ini, apalagi setelah percakapannya dengan Putri Arliana. Sejujurnya, ada sedikit harapan dalam hatinya bahwa Arion akan datang untuk mengajaknya pergi, mungkin untuk sekadar kencan atau berbicara dari hati ke hati. Namun, senyum itu perlahan memudar ketika Arion, dengan tatapan dinginnya yang khas, mengeluarkan selembar dokumen dari dalam mantelnya.

"Ini untukmu," kata Arion singkat, menyodorkan tumpukan kertas tebal yang terlihat sangat formal.

Rere memandangnya dengan bingung, menatap dokumen itu dengan alis terangkat. "Apa ini, Arion?"

Arion, tanpa ragu, duduk di hadapan Rere dan menatapnya lurus dengan tatapan yang tajam namun datar. "Ini kontrak pernikahan kita yang lebih rinci. Ada beberapa aturan tambahan yang perlu kau pahami."

Rere merasakan hatinya tenggelam. Kontrak pernikahan? Aturan tambahan? Dia mengira mungkin Arion ingin membahas hal-hal yang lebih pribadi, atau bahkan perasaan mereka. Namun, kontrak ini mengisyaratkan sebaliknya. Dengan sedikit ragu, dia menerima dokumen itu dan mulai membacanya.

"Kenapa ada aturan tambahan?" tanya Rere, suaranya sedikit gemetar meskipun dia berusaha terlihat tenang. Arion menyandarkan punggungnya ke kursi, masih dengan tatapan dingin yang membuat suasana terasa semakin tegang. "Aku khawatir kita akan melewati batas. Pernikahan ini hanya sementara, hubungan ini hanya kontrak. Aku ingin memastikan bahwa kita tetap menjaga batasan di antara kita."

Rere terdiam sejenak, hatinya terasa sedikit perih mendengar kata-kata itu. "Kau... takut kita tidak bisa menjaga jarak?" tanyanya pelan, mencoba mencari penjelasan lebih lanjut.

Arion mengangguk dengan tegas. "Ya, aku tidak ingin ada komplikasi. Setelah ini selesai, kau akan kembali ke duniamu, dan aku akan kembali menjalankan tugasku sebagai putra mahkota. Lebih baik kita memastikan segalanya tetap terkendali."

Rere menatap Arion dengan campuran perasaan. Dia tahu dari awal bahwa pernikahan ini hanyalah sebuah kontrak politik, sesuatu yang tidak melibatkan cinta atau perasaan mendalam. Namun, mendengar Arion mengatakannya secara langsung membuat hatinya terasa kosong. Dia menunduk, mencoba menyembunyikan kekecewaannya. "Aku mengerti," gumamnya, meskipun sebenarnya dia merasa jauh lebih terluka daripada yang dia tunjukkan.

Tatapan Arion tetap tidak berubah, matanya yang dingin tidak menunjukkan emosi apa pun. "Dalam dokumen itu, kau akan melihat beberapa aturan tentang bagaimana kita akan menjalani pernikahan ini. Ada batasan yang perlu kita patuhi."

Rere perlahan membuka halaman pertama, membaca beberapa kalimat yang tertera di sana. Aturan-aturan itu terasa kaku dan formal, seolah-olah pernikahan mereka hanyalah sebuah kesepakatan bisnis, tanpa ada ruang untuk keintiman atau perasaan. Dia menelan ludah, berusaha memahami semuanya. "Jadi... ini yang kau inginkan?" tanya Rere, suaranya bergetar sedikit, meski dia berusaha terdengar tegar. "Sebuah hubungan yang dibatasi oleh aturan?"

Arion mengangguk, tidak menunjukkan tanda-tanda ragu. "Ya. Ini lebih baik untuk kita berdua. Aku tidak ingin ada perasaan yang muncul dan membuat segalanya lebih rumit. Ini hanya sementara, Rere."

Rere merasa perutnya bergejolak, tetapi kali ini bukan karena kecemasan. Justru sebaliknya-dia merasakan kehangatan yang aneh di dalam dirinya. Dia tahu itu bukan hanya perasaannya sendiri, tapi juga bayinya. Bayi ini... bayi dalam kandunganku... dia merasakan kehadiran Arion. Dan entah mengapa, kehadiran Arion begitu dekat memberikan asupan mana yang kuat pada bayi itu, membuat Rere merasa lebih nyaman meski pikirannya kacau.

"Arion..." Rere menatap pria di depannya, mencoba menemukan sesuatu di balik tatapan dingin itu. "Kenapa... kenapa kau begitu tegas soal ini? Apa kau benar-benar tidak bisa melihat hubungan kita lebih dari sekadar kontrak?"

Arion terdiam sejenak, matanya menatap lurus ke arah Rere, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Dia terlihat lebih ragu, seolah-olah ada sesuatu yang dia tahan di dalam dirinya. Namun, alih-alih menjawab dengan jujur, Arion hanya menghela napas panjang. "Aku sudah membuat keputusan, Rere. Ini cara terbaik untuk menjaga semuanya tetap terkendali. Aku tidak ingin kau terjebak dalam sesuatu yang lebih dari ini."

Rere tersenyum tipis, meskipun hatinya terasa berat. "Aku mengerti," jawabnya pelan, meski jauh di dalam dirinya, dia berharap bahwa ada lebih dari sekadar kontrak di antara mereka.

Arion menatapnya dengan serius. "Terima kasih, Rere. Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus berpikir secara rasional."

Rere tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya bisa menunduk, menerima kenyataan bahwa pernikahan mereka akan tetap dalam batasan kontrak, meskipun hatinya merindukan sesuatu yang lebih.

"Baiklah, Arion," katanya akhirnya. "Aku akan mengikuti semua aturan ini. Tapi... apakah kita bisa setidaknya berbicara sebagai teman?"

Arion terdiam lagi, tapi kali ini senyumnya sedikit melunak, meski hanya sekejap. "Tentu, Rere. Kita masih bisa menjadi teman."

Namun, meski kata-kata itu terdengar ringan, Rere tahu bahwa hubungan mereka jauh lebih rumit daripada sekadar pertemanan atau kontrak.

Malam itu, Rere duduk di tempat tidurnya, memeluk bantal dengan penuh frustrasi. Pikirannya terus-menerus dipenuhi oleh ucapan Arion yang dingin dan tegas beberapa waktu lalu. Kontrak pernikahan. Aturan. Jarak. Semua itu bergema di kepalanya, membuatnya merasa semakin tertekan. Dia tidak bisa memahaminya mengapa Arion begitu keras kepala tentang menjaga jarak? Bukankah mereka sudah cukup dekat? Tidakkah dia menyadari bahwa Rere menginginkannya lebih dari sekadar hubungan kontrak yang kaku?

Tanpa bisa menahan diri, Rere mulai memukul-mukul bantal di pelukannya, seolah-olah itu bisa melepaskan kemarahan dan frustrasinya. "Apa maksudnya... teman? Teman tidak meniduri teman mereka!" desisnya dengan suara yang sedikit tersendat karena emosi. Dia menarik napas panjang, kemudian melemparkan bantal ke samping. "Apa dia pikir aku tidak merasakan apa-apa? Dia pikir ini semua bisa begitu saja dijaga jaraknya? Argh!"

Melihat tingkah laku Rere yang berulang kali memukul bantal, dua peri kecil, Undine dan Lory, yang setia menemani Rere, hanya bisa geleng-geleng kepala dari sudut ruangan. Mereka berdua saling berbisik, berbagi keprihatinan atas kondisi Rere yang tampak semakin sensitif belakangan ini.

"Apakah ini karena hormon? Kau tahu, kondisi kehamilan memang bisa membuatnya jadi lebih mudah emosi, bisik Undine sambil melirik Lory.

Lory mengangguk pelan, menatap Rere dengan penuh simpati. "Sepertinya begitu. Tapi Rere sangat kesal kali ini. Mungkin... kita harus menyampaikan ini pada Raja Peri Acros?"

Undine memiringkan kepalanya, berpikir. "Kau mungkin benar. Kondisinya ini bisa mempengaruhi bayi dalam kandungannya. Dan itu bukan sesuatu yang bisa kita abaikan."

Sementara dua peri kecil itu membicarakannya, Rere masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia merasa begitu lelah secara emosional. Kesal dengan Arion yang begitu dingin dan seolah berusaha menjauh darinya, meski mereka sudah begitu dekat-bahkan sudah ada bayi yang tumbuh dalam kandungannya.

"Teman? Apa dia serius?" gumam Rere dengan marah. "Teman tidak melakukan hal-hal seperti itu! Kami sudah... kami sudah berbagi banyak hall Dan sekarang dia hanya ingin kita jadi teman?"

Dia mengelus perutnya perlahan, di mana bayinya tumbuh dengan sehat. Sebuah senyuman lembut muncul di wajahnya saat dia merasakan kehangatan kecil dari dalam dirinya. "Kau pasti bisa merasakan apa yang aku rasakan, ya? Bayi kecilku... Ayahmu benar-benar orang yang rumit. Dia bilang ingin menjaga jarak, tapi... kenapa aku merasa semakin dekat dengannya?"

Rere memejamkan mata, menenangkan dirinya untuk sesaat. Dalam keheningan, dia bisa merasakan bayinya merespons, seolah memberikan kekuatan dan ketenangan padanya. Rasanya hangat dan lembut, seolah bayinya tahu betapa ibu mereka sedang kesal dan butuh pelipur lara. "Kau tahu, kan? Ayahmu itu... mungkin dingin di luar, tapi aku tahu ada sesuatu di dalam dirinya. Dia hanya perlu sedikit dorongan untuk mengakui perasaannya. Aku yakin itu."

Perasaan kesalnya berubah menjadi tekad yang kuat. "Aku tidak akan menyerah," bisiknya sambil mengelus perutnya. "Aku akan membuat Arion menyadari perasaannya. Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku... tidak hanya sebagai bagian dari kontrak ini. Tapi karena dia benar-benar mencintaiku."

Meskipun hatinya masih diliputi oleh berbagai emosi, Rere mulai merasa lebih tenang. Dia tahu perjalanannya untuk menaklukkan hati Arion tidak akan mudah, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak sendirian. Bayi dalam kandungannya memberinya kekuatan yang tak terhingga, dan dia yakin suatu saat nanti, Arion akan menyadari bahwa cinta itu sudah ada di antara mereka-bahkan sejak awal.

Dengan pikiran itu, Rere memutuskan untuk mengambil tindakan. Dia tidak akan membiarkan hubungan mereka berakhir hanya sebagai kontrak kaku yang penuh aturan. Arion mungkin keras kepala sekarang, tapi aku akan membuatnya melihat hal yang berbeda. Aku akan membuatnya mengakui bahwa aku bukan hanya teman, aku lebih dari itu.

Undine dan Lory yang masih berada di ruangan mengamati perubahan di wajah Rere. Kedua peri itu bisa merasakan bahwa Rere kini memiliki tekad yang jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Meskipun mereka masih khawatir, mereka tahu bahwa Rere adalah wanita yang tegas, dan jika dia sudah memutuskan sesuatu, akan sulit baginya untuk mundur.

"Kita harus mendukungnya," bisik Undine lagi kepada Lory. "Sepertinya dia sudah memiliki rencana."

Lory mengangguk setuju. "Ya, kurasa kau benar. Semoga saja semuanya berjalan dengan baik untuknya."

Malam itu, di tengah kegundahan hatinya, Rere menemukan kembali tekadnya untuk berjuang demi cintanya. Dia tidak akan membiarkan Arion terus bersikap dingin dan menjauh. Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku lagi, tak peduli sekeras apapun dia mencoba menjaga jarak.

Rere duduk di kursi belakang mobil yang melaju dengan kecepatan konstan menuju wilayah perbatasan, di mana ancaman dari kaum barbar Tierse kembali mengguncang stabilitas Taewon.

Rencananya untuk menikah dengan Arion harus ditunda, meskipun dia mengerti bahwa keselamatan kerajaan adalah prioritas utama. Namun, suasana di dalam mobil terasa lebih berat daripada ancaman di luar.

Arion duduk di sampingnya, memandang keluar jendela dengan sikap yang dingin dan penuh konsentrasi, seperti biasa. Dia bersiap untuk menghadapi serangan brutal di perbatasan, sementara Jenderal Kylen sudah memimpin pasukan di depan mereka. Namun, dalam situasi ini, yang membuat Rere lebih gelisah bukanlah ancaman barbar, melainkan ketegangan yang dirasakannya di antara dirinya dan Arion. Mereka sudah berbicara tentang batasan beberapa waktu lalu-tentang menjaga jarak, tentang bagaimana hubungan ini hanyalah kontrak. Tapi sekarang, duduk berdua di kursi belakang, suasana terasa lebih... intim. Mereka saling diam, namun ada ketegangan yang tidak bisa diabaikan.

Sesekali, Rere melirik ke arah Arion, berharap bisa menangkap sesuatu di wajahnya yang tegas namun tampan. Setiap kali dia memandangnya, ada rasa hangat yang merambat di dalam hatinya.

Meskipun Arion terlihat dingin, dia tahu ada lebih dari sekadar kedisiplinan di dalam pria itu. Rere tahu, jauh di dalam, ada sesuatu yang Arion coba sembunyikan-mungkin perasaan yang belum ingin dia akui.

Kenapa dia harus sekaku ini? pikir Rere sambil terus menoleh ke arahnya.

Arion yang sejak tadi berpura-pura fokus pada pemandangan luar jendela akhirnya menyadari bahwa Rere terus menatapnya.

Matanya bergerak sedikit gugup, dan meskipun dia berusaha mempertahankan sikap tenang, dia bisa merasakan detak jantungnya sedikit lebih cepat.

Dengan sedikit canggung, Arion menoleh ke arah Rere, lalu bertanya, "Apa di wajahku ada sesuatu?" suaranya terdengar lebih datar dari yang ia maksudkan, meski jelas ada kegugupan di balik tatapan tajamnya.

Rere tersenyum, tidak sedikitpun terintimidasi oleh tatapan dingin Arion. Sebaliknya, dia merasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk mencairkan suasana yang tegang di antara mereka. Dengan ekspresi santai, dia menjawab dengan nada menggoda, "Oh, tidak. Aku hanya sedang melihat malaikat tampan di sebelahku."

Arion terkejut. Kalimat itu memukulnya begitu keras, membuatnya kehilangan keseimbangan mental sejenak. Dia tidak tahu harus berkata apa, lidahnya kelu, dan untuk beberapa detik dia hanya bisa menatap Rere dengan mata yang sedikit melebar. Pipi Arion bahkan sedikit memerah-sesuatu yang jarang terlihat dari pría yang begitu tangguh dan dingin sepertinya.

Sementara itu, dari kursi depan, Victor yang menyetir tidak bisa menahan tawanya. Suasana yang tadinya kaku berubah menjadi ringan ketika suara tawa kecilnya mengisi kabin mobil. "Hahaha, Rere, kamu benar-benar tahu caranya melunakkan hati keras seperti Arion," kata Victor sambil melirik ke kaca spion, melihat bagaimana reaksi Arion yang jelas-jelas terkejut oleh rayuan mendadak itu.

Arion, yang masih berusaha memulihkan ketenangannya, hanya bisa memalingkan wajahnya ke luar jendela. Namun, dia tidak bisa menyembunyikan salah tingkahnya. Dalam hatinya, dia merasa terguncang oleh kalimat sederhana Rere tadi. Malaikat tampan? Itu bukan sesuatu yang biasa dia dengar, apalagi dari Rere.

"Apa yang kau... bicarakan?" akhirnya Arion bergumam pelan, meskipun nadanya terdengar sedikit gemetar. Dia tidak terbiasa mendapatkan pujian yang langsung seperti itu, apalagi dengan Rere duduk begitu dekat dengannya. Untuk menutupi rasa malunya, dia memilih untuk tetap memalingkan wajah, menatap pemandangan di luar dengan fokus yang dibuat-buat.

Rere, yang menikmati reaksi Arion, tertawa kecil, merasa puas bahwa dia berhasil mengusik sikap dingin suaminya yang sementara. "Kenapa? Kau tidak pernah mendengar orang memanggilmu malaikat tampan sebelumnya?" tanya Rere sambil menahan senyum.

Arion terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia biasanya bisa menghadapi musuh dengan tenang, mengatur strategi perang tanpa berkedip, namun ketika menghadapi candaan manis dari Rere, dia benar-benar tidak siap. Bibirnya sedikit terkatup, dan dia hanya bisa menggerutu pelan, "Tidak... sering."

Rere terkekeh, semakin puas melihat Arion yang salah tingkah. "Yah, anggap saja itu pujian dariku. Kau harus belajar lebih sering menerima pujian, Arion. Bukannya itu buruk."

Suasana di dalam mobil perlahan menjadi lebih hangat, meski di luar mereka tengah menuju ke medan perang. Victor yang masih tersenyum dari depan terus mencuri dengar percakapan mereka berdua, merasa sedikit terhibur melihat interaksi yang langka antara Arion dan Rere.

Arion masih berusaha menjaga kewibawaannya, meskipun rasa malunya belum sepenuhnya hilang. "Aku lebih baik fokus pada tugas kita di perbatasan," katanya akhirnya, mencoba mengembalikan topik ke sesuatu yang lebih formal. Namun, Rere bisa melihat dengan jelas bahwa Arion hanya berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Tentu, tentu," sahut Rere dengan nada menggoda. "Tapi ingat, aku tidak akan berhenti sampai kau benar-benar tersenyum dengan pujian itu."

Arion hanya bisa diam, memalingkan wajahnya lagi, kali ini dengan lebih serius, tetapi dalam hatinya, dia tahu bahwa Rere berhasil meruntuhkan sebagian kecil dinding yang dia bangun di antara mereka.

1
@Risa Virgo Always Beautiful
lanjut kak
✨💥N༙྇A༙྇B༙྇I༙྇L༙྇A༙྇²💥✨
mampir kak
yumin kwan
baru Nemu....langsung marathon...
pliz jgn digantung ya ...
Zycee: sanzz ae sanz
total 1 replies
꧁LC*¹³🌸Intan PS Army 🐨°°🕊️꧂
keren di awal udah keren
Intan Nurul
menarik..sekali

bikin penasaran kisah selanjutnya
Intan Nurul
seruuuu euyy..lanjutt thoor /Determined/
RiJu
wah, ternyata rere keturunan peri
RiJu
tulisannya bagus.
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?
Zycee: mana ku tau🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!