Kelanjutan dari cerita 'Dan Cinta itu Kamu'.
Jadi, sebelum baca yang ini, baca dulu cerita sebelumnya ya, 'Dan Cinta itu Kamu'.
Setelah empat tahun berusaha untuk melupakan perasaannya terhadap Khumaira, Yoongi kembali bertemu dengan seorang gadis berjilbab lagi. Pertemuan keduanya terjadi di rumah orangtua Yoongi.
Ternyata bukan hanya Yoongi yang menaruh hati pada Zeera. Jungkook yang saat itu tidak sengaja Bertemu dengan Zeera pun menaruh hati pada gadis tersebut.
Saat Yoongi dan Zeera mulai akrab, Tuhan kembali mempertemukan Yoongi dengan Khumaira dan juga Namira, anak dari Khumaira dan Rangga.
Ternyata Rangga sudah meninggal satu tahun yang lalu saat perjalanan dinas keluar kota. Saat itu usia Namira sudah tiga tahun.
Akankah cinta lama Yoongi kembali tumbuh?
Berhasilkah Jungkook mendapatkan cinta Zeera?
Lalu Husna dan Hobi, yah mereka juga saling jatuh cinta. namun tidak ada kendala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amalia Shah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Kembali Bertemu
Sebelum pergi ke tempat tujuan, Yoongi menyempatkan membeli sesuatu di salah satu pusat perbelanjaan. Langkahnya membawa ke salah satu toko jam. Seorang penjaga toko menyapanya ramah, menawarkan bantuan untuk mencari jam yang cocok, namun Yoongi menolak dengan sopan.
Dia hanya ingin memilihnya sendiri. Matanya terus bergulir memperhatikan berbagai jenis jam tangan wanita. Cukup lama, akhirnya Yoongi menemukan sebuah jam tangan yang cocok untuk dikenakan oleh Zeera.
Bukan dalam rangka ulang tahun, Yoongi memberikan hadiah tersebut untuk Zeera. Dia hanya ingin saja memberikan hadiah itu pada wanita yang jadi incarannya.
Yoongi keluar dari toko jam. Dia berencana pergi ke salah satu kedai untuk membeli es americano. Namun langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok anak kecil menangis dan dikerubungi beberapa orang. Yoongi sempat acuh, tapi saat melihat wajah anak tersebut, dia merasa iba. Dia tidak peduli jika orang disekitarnya mengenalinya meski sudah memakai masker dan topi.
Yoongi meminta izin pada orang-orang disana untuk membawa anak kecil itu ke pusat informasi.
Si anak masih saja menangis. Dia tidak menjawab pertanyaan Yoongi dan pegawai bagian informasi, karena memang anak tersebut tidak mengerti bahasa Korea.
Akhirnya pegawai bagian informasi itu hanya mengumumkan ciri-ciri dari anak tersebut.
"Jangan tinggalkan aku, paman." Anak kecil itu bicara pada Yoongi dengan menggunakan bahasa inggris yang sudah terdengar jelas bagi usianya, yang diperkirakan kurang lebih empat tahun. Dia menarik baju Yoongi.
Melihat tatapan sedih dari anak tersebut, Yoongi mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Siapa namamu? Dimana rumahmu? Kenapa kau bisa berpisah dengan orangtua mu?" Yoongi berjongkok didepan anak itu.
"Aku Namira. Dari Indonesia."
"Indonesia?" Yoongi memastikan jawaban dari anak itu.
Sang anak mengangguk. Dia kemudian bercerita bisa berpisah dengan ibu dan neneknya. Saat itu mereka sedang mengantri es krim. Namun Namira tergoda untuk melihat boneka di toko sebelah kedai es krim.
"Baiklah. Aku akan menemanimu menunggu kedatangan ibu dan nenekmu."
"Terimakasih paman."
Sepuluh menit kemudian. Terdengar langkah buru-buru masuk ke dalam ruang informasi. Yoongi menoleh. Matanya membulat saat melihat dua wanita yang datang.
Wanita yang lebih muda berbicara dengan petugas informasi. Setelah itu, dia dan wanita paruh baya berhamburan memeluk Namira yang terduduk di samping Yoongi.
"Maafin mamah sayang, mamah udah teledor." Wanita itu masih menangis dalam pelukan Namira.
Namira juga menangis, memeluk erat mamahnya.
"Alhamdulillah kamu baik-baik saja nak." Wanita paruh baya itu mengusap ujung kepala Namira.
Namira melepaskan pelukan sang mamah.
"Mah, nek, paman ini yang udah nolongin Namira." Namira menoleh ke arah Yoongi.
Kedua wanita tersebut ikut menoleh. Mamah Namira sempat terdiam. Dia seolah mengenali mata itu, meskipun Yoongi memakai masker.
"Lama tidak berjumpa Aira."
Deg!
Hati mamah Namira mencelos. Suara yang dulu selalu membuat nya salah tingkah. Suara yang membuatnya jatuh cinta, dulu, sebelum dia akhirnya memilih untuk menikah dengan papah Namira, Rangga.
"Kenapa mamah diam saja? Apa mamah kenal paman ini?"
"I-iya. Dia teman lama mamah."
"Beneran mah?"
Khumaira mengangguk.
"Siapa dia, Aira?" Bisik ibu Khumaira.
"Yoongi." Jawab Khumaira kembali berbisik.
"Terimakasih sudah menolong anakku, Yoon." Khumaira gugup.
Yoongi sempat terdiam saat Khumaira menyebut Namira adalah anaknya.
"Paman, maukah kau ikut dengan kami untuk makan?" Namira menggoyangkan lengan Yoongi.
"Eh." Yoongi melihat Namira, kemudian Khumaira.
"Mah, nek, kita ajak paman makan bersama kita ya?"
"Hmmm... Paman sibuk nak, dia tidak bisa ikut." Khumaira membujuk Namira.
"Paman, please ikut ya. Aku hanya mau berterimakasih dengan mengajakmu makan."
Permintaan dan tatapan polos Namira membuat Yoongi tidak bisa menolak lagi. Dia meng-iya-kan permintaan gadis kecil itu.
"Yoon?" Khumaira menatap Yoongi dengan perasaan tidak enak.
"Tidak apa. Aku tidak sibuk." Yoongi tersenyum.
Kesediaan Yoongi membuat hati Khumaira seperti dicubit. Apalagi saat melihat senyuman nya.
"Astaghfirullah." Lirih Khumaira.
Mereka berempat pergi ke restoran yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan. Namira tidak mau melepaskan lengan Yoongi. Ya, dia terus menggandeng tangan Yoongi. Dia tidak tahu saja jika yang digandengnya adalah seorang idol.
Selagi menunggu menu makanan yang dipesan, Namira terus mengajak Yoongi bercerita. Khumaira dan ibunya berusaha menasehati Namira agar tidak terlalu banyak bicara. Namun gadis kecil itu keras kepala. Yoongi begitu sabar menghadapi Namira yang serba ingin tahu.
Disela-sela cerita Namira, Yoongi sesekali mengecek handphone miliknya. Dia sedang menunggu kabar dari seseorang.
"Oppa, sepertinya janji kita hari ini harus dicancel. Kebetulan dosen pembimbing ingin berdiskusi denganku tentang tesis yang akan aku sidangkan Minggu depan. Maaf ya oppa."
Begitulah isi pesan dari Zeera.
Yoongi menghela nafas.
"Iya tidak apa-apa Zee. Kita bisa atur kembali. Semangat ya. " Yoongi mengirim pesan balasan pada Zeera.
Tidak lama, pesan balasan kembali masuk ke handphone Yoongi. Hanya ucapan terimakasih dari Zeera.
Diluar restoran. Seorang gadis dengan outfit serba nude sedang bersembunyi dibalik salah satu mobil. Dia menutup mata, menghembuskan nafas kasar. Setelah dirasa tenang, dia menjauh dari restoran.
Kakinya terus melangkah tanpa arah tujuan. Sesekali kakinya menendang-nendang angin. Dia kesal, tapi tidak bisa melampiaskan amarahnya.
Tidak terasa kakinya membawa dia ke sebuah taman. Matanya melihat ke sekeliling, mencari bangku kosong. Dia duduk, menyenderkan punggungnya pada senderan bangku. Bersenandung lagu sendu. Andai jauh dari keramaian, mungkin ingin sekali rasanya dia berteriak.
Seseorang menyodorkan es krim. Mata gadis itu menoleh.
"Kenapa kau bisa disini?"
"Saat lewat tadi, aku tidak sengaja melihatmu disini. Ya sudah, aku mampir ke sini juga."
"Makanlah sebelum mencair." Jungkook menyerahkan es krim pada Zeera.
Ya, gadis yang berada di luar restoran itu adalah zeera. Dia tahu bahwa Yoongi sedang makan siang bersama Khumaira dan keluarganya. Dia sengaja berbohong pada Yoongi karena tidak mau mengganggu.
"Terimakasih." Zeera menerima es krim, lalu melahapnya.
"Kau terlihat sedang galau? Apa aku benar?"
"Salah. Aku hanya sedang kesal saja." Ucap Zeera dengan mulut masih penuh es krim.
"Kenapa?"
Mata Zeera dan Jungkook bertemu.
"Tidak apa-apa."
"Kau tidak mau bercerita padaku, eoh?"
"Untuk apa diceritakan? Itu tidak penting."
"Oh baiklah kalau kau tidak mau cerita." Jungkook menghabiskan es krimnya.
Setelah selesai menghabiskan es krim, Jungkook mengajak Zeera untuk ikut ke mobilnya. Kali ini Zeera tidak menolak.
Di dalam mobil. Jungkook memutar lagu Bollywood dengan volume kecil. Zeera mengangkat sebelah alisnya, merasa heran dengan tingkah Jungkook.
"Bukankah kau menyukainya? Aku hanya ingin membuatmu senang saja." Jungkook tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya.
Zeera mengangguk. Jungkook kemudian menyerahkan paper bag kecil pada Zeera.
"Apa ini?"
"Buka saja."
Zeera membuka paper bag nya. Di dalamnya ada sebuah kotak berwarna merah. Perlahan Zeera membuka kotak tersebut. Dia terkejut, mulutnya membulat membentuk huruf O.
"Aku tidak bisa menerimanya kook." Zeera memberikan kotak merah itu pada Jungkook.
"Kenapa?"
"Ini terlalu mahal. Lagipula, aku tidak mau hadiah ini nantinya menjadi sebuah pengikat."
"Ini hanya hadiah biasa Zeera-ya. Aku tidak memaksamu untuk menjadi pasanganku."
"Terima ya." Bujuk Jungkook, menyerahkan kembali kotak merah itu pada Zeera.
"Tapi...."
"Tidak ada penolakan." Mata Jungkook menatap tegas.
Zeera kembali membuka kotak tersebut. Sebuah gelang berbentuk sederhana, namun memiliki harga yang mahal karena ada beberapa berlian.
"Aku takut memakainya kook. Ini terlalu mencolok."
"Tidak Zee, ini sangat cocok untukmu. Coba kau pakai."
"Atau kau mau aku pakaikan?" Lanjut Jungkook menatap Zeera, menggodanya.
"Eh, aku bisa pakai sendiri." Zeera mencoba memasangkan gelangnya. Namun dia kesusahan saat mengaitkan pengait gelang tersebut.
Tiba-tiba Jungkook mengulurkan tangan, membantu Zeera memasang gelangnya.
"Cantik." Lirih Jungkook, namun suaranya masih bisa didengar oleh Zeera.
Zeera tersipu, dia memalingkan wajahnya.