800 setelah perang nuklir dahsyat yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, dunia telah berubah menjadi bayangan suram dari masa lalunya. Peradaban runtuh, teknologi menjadi mitos yang terlupakan, dan umat manusia kembali ke era primitif di mana kekerasan dan kelangkaan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Di tengah reruntuhan ini, legenda tentang The Mockingbird menyebar seperti bisikan di antara para penyintas. Simbol harapan ini diyakini menyimpan rahasia untuk membangun kembali dunia, namun tak seorang pun tahu apakah legenda itu nyata. Athena, seorang wanita muda yang keras hati dan yatim piatu, menemukan dirinya berada di tengah takdir besar ini. Membawa warisan rahasia dari dunia lama yang tersimpan dalam dirinya, Athena memulai perjalanan berbahaya untuk mengungkap kebenaran di balik simbol legendaris itu.
Dalam perjalanan ini, Athena bergabung dengan kelompok pejuang yang memiliki latar belakang & keyakinan berbeda, menghadapi ancaman mematikan dari sisa-s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Ikatan di Tengah Api
Matahari belum sepenuhnya terbit ketika Athena berdiri di puncak bukit, memandang bentangan lembah di bawahnya. Kastil Bayangan kini menjadi simbol kemenangan kecil yang penuh luka, namun juga titik awal dari perlawanan yang lebih besar. Di benaknya, Athena tahu satu hal pasti: ia tidak bisa melawan Atlantis sendirian.
Athena dan kelompok kecilnya memulai perjalanan ke wilayah selatan, menuju daerah yang dikenal sebagai Sierra Red. Wilayah ini dulunya adalah tempat tinggal berbagai suku independen yang keras kepala dan menolak tunduk pada Atlantis, meski dengan harga perlawanan yang mahal. Di sana, Athena berharap menemukan sekutu baru yang setia dan kuat.
Bersama Athena, ada Sila, Andar, dan beberapa pejuang lainnya yang selamat dari serangan terakhir. Namun, perjalanan menuju Sierra Red bukan tanpa risiko. Jalur yang mereka tempuh penuh bahaya, mulai dari pengintai Atlantis hingga kelompok bandit liar yang tak segan membunuh demi makanan atau emas.
Saat mereka tiba di tepi lembah Sierra Red, mereka disambut oleh pemandangan reruntuhan sebuah kota kecil. Bangunan-bangunan yang dulu megah kini hanya tinggal puing, dikuasai oleh tanaman liar dan binatang buas. Namun, di antara reruntuhan itu, terdengar suara langkah kaki mendekat.
Athena langsung mengangkat belatinya, bersiap menghadapi ancaman. Dari bayangan puing-puing, seorang pria muncul, membawa busur besar di punggungnya dan dua anjing liar yang setia di sisinya. Pria itu tinggi dengan tubuh berotot, mengenakan pakaian kulit yang lusuh, dan matanya memancarkan kewaspadaan.
“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya pria itu dengan nada dingin.
“Kami mencari sekutu,” jawab Athena tanpa ragu. “Dan tempat ini adalah tujuan kami.”
Pria itu menyipitkan matanya, menilai Athena dan kelompoknya. “Sekutu? Tempat ini hanya diisi oleh mereka yang mencoba bertahan hidup. Sekutu yang kau cari mungkin tidak sekuat yang kau harapkan.”
Sila maju, wajahnya penuh kecurigaan. “Siapa kau, dan mengapa kau peduli dengan apa yang kami cari?”
Pria itu tersenyum tipis. “Namaku Kaiden. Aku pemburu di daerah ini. Dan aku peduli karena aku tahu kalian akan menarik perhatian yang tidak diinginkan. Pengintai Atlantis sering berpatroli di sini.”
Athena melangkah maju, memperhatikan ketenangan Kaiden. “Kalau begitu, Kaiden, bisakah kau membimbing kami ke tempat yang aman? Atau setidaknya menunjukkan di mana aku bisa menemukan orang-orang yang ingin melawan Atlantis.”
Kaiden tertawa kecil. “Kau berani, aku suka itu. Baiklah, aku akan membawamu ke seseorang. Tapi jangan salahkan aku jika kau tidak suka dengan apa yang kau temukan.”
Kaiden memimpin Athena dan kelompoknya melalui lembah hingga ke sebuah ngarai tersembunyi. Di dalamnya, terdapat sebuah komunitas kecil yang terdiri dari para penyintas dan prajurit bayangan. Mereka adalah orang-orang yang telah kehilangan segalanya karena Atlantis, tetapi tidak cukup kuat untuk melawan secara langsung.
Athena disambut oleh seorang wanita tua bernama Eira, pemimpin komunitas tersebut. Dengan rambut putih panjang dan mata tajam, Eira terlihat seperti nenek bijak, tetapi di balik sikap lembutnya, ia menyimpan kemarahan mendalam terhadap Atlantis.
“Kaiden jarang membawa orang asing ke tempat ini,” kata Eira, menatap Athena dengan penuh minat. “Apa yang membuatmu berbeda?”
Athena menjelaskan perjalanannya, mulai dari pemberontakan di Alara hingga serangan di Kastil Bayangan. Saat ia berbicara, suara dan tatapannya memancarkan keyakinan yang sulit diabaikan.
“Aku tidak meminta belas kasihan,” kata Athena tegas. “Aku mencari orang-orang yang memiliki keberanian untuk melawan. Jika kalian ingin bergabung, aku tidak akan menjanjikan kemenangan, tapi aku akan menjanjikan perlawanan yang berarti.”
Komunitas itu menjadi hening. Beberapa orang mulai berbisik, mempertimbangkan kata-kata Athena. Namun, Kaiden yang pertama kali maju.
“Aku akan bergabung denganmu,” katanya. “Aku sudah cukup lama bersembunyi. Waktunya untuk bertarung kembali.”
Setelah Kaiden, beberapa orang lainnya mulai menyatakan kesetiaan mereka. Eira, meski ragu, akhirnya setuju untuk membantu Athena dengan sumber daya dan informasi.
Sebagai ujian pertama kelompok barunya, Athena memutuskan untuk menyerang sebuah pos Atlantis di dekat lembah, tempat mereka mendengar ada tawanan yang sedang dipindahkan ke kota besar untuk dijadikan budak. Athena ingin membuktikan bahwa kelompok ini bisa bekerja bersama dan bahwa mereka mampu melawan musuh dengan keberanian.
Malam itu, Athena memimpin serangan dengan hati-hati. Kaiden dan anjing-anjingnya bertindak sebagai pengintai, sementara Andar dan Sila memimpin sayap kanan dan kiri kelompok. Athena sendiri bergerak di tengah, membawa beberapa pejuang baru yang dia rekrut.
Ketika mereka mencapai pos tersebut, mereka menemukan sekelompok prajurit Atlantis menjaga para tawanan—lelaki, wanita, dan anak-anak—dengan senjata berat. Athena memberi sinyal, dan serangan dimulai.
Panah pertama Kaiden meluncur, mengenai salah satu penjaga tepat di lehernya. Serangan itu adalah tanda dimulainya pertempuran sengit. Para pejuang Atlantis melawan dengan kejam, tetapi Athena dan kelompoknya bertarung dengan determinasi yang tak tergoyahkan.
Athena menyerang dengan gerakan cepat, menghindari tembakan senjata api dan menjatuhkan musuh dengan belatinya. Di sisinya, Sila bertarung seperti seorang pejuang tanpa rasa takut, sementara Andar menggunakan kekuatannya untuk menjatuhkan lawan dengan brutal.
Kaiden, dari kejauhan, terus memanah dengan akurasi yang mematikan, melindungi Athena dan yang lainnya dari ancaman tak terlihat.
Ketika pertempuran selesai, Athena dan kelompoknya berhasil membebaskan para tawanan. Anak-anak berlari ke pelukan orang tua mereka, dan air mata kebahagiaan bercampur dengan kesedihan mengalir di wajah mereka yang baru saja diselamatkan.
Athena berdiri di tengah para tawanan, melihat wajah mereka yang penuh harapan. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya—rasa tanggung jawab yang luar biasa besar.
“Kita akan melindungi kalian,” kata Athena dengan suara mantap. “Dan kita akan memastikan bahwa keadilan ditegakkan untuk semua penderitaan yang kalian alami.”
Di sisi lain, Kaiden mengamati Athena dari jauh. Dalam hatinya, ia tahu bahwa ia telah menemukan seseorang yang layak diikuti.
Dengan kemenangan pertama mereka, Athena berhasil mendapatkan kepercayaan dari para pejuang barunya. Kelompoknya mulai tumbuh, menarik orang-orang dari berbagai tempat yang ingin melawan Atlantis.
Namun, Athena juga tahu bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh bahaya. Dengan setiap kemenangan kecil, Atlantis pasti akan semakin memperhatikan mereka, dan ancaman yang lebih besar pasti akan datang.
Tetapi untuk pertama kalinya, Athena tidak merasa sendirian. Di sisinya, ia memiliki Kaiden, Sila, Andar, dan yang lainnya. Bersama-sama, mereka membentuk sebuah keluarga baru, sebuah kelompok yang siap melawan tirani dengan segala kekuatan yang mereka miliki.
Athena tahu, ini adalah awal dari sesuatu yang besar. Dan meskipun jalannya penuh darah dan air mata, ia tidak akan mundur. Tidak sekarang, tidak pernah.