Naya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya harus mengalami malam kelam bersama dokter Mahesa, dokter bedah syaraf sekaligus direktur rumah sakit tempatnya bekerja sebagai seorang perawat.
Naya yang sadar akan dirinya yang hanya orang dari kelas bawah selalu berusaha menolak ajakan dokter Hesa untuk menikah.
Namun apa jadinya jika benih dari dokter tampan itu tumbuh di rahimnya, apakah Naya akan tetap menolak?
Tapi kalau mereka menikah, Naya takut jika pernikahan hanya akan membawa derita karena pernikahan mereka tanpa di landasi dengan cinta.
Namun bagaimana jadinya jika dokter yang terlihat dingin di luar sana justru selalu memperlakukan Naya dengan manis setelah pernikahan mereka?
Apakah Naya akhirnya akan jatuh cinta pada suaminya itu?
Follow ig otor @ekaadhamasanti_santi.santi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau kan menikah dengan saya?
"Jangan banyak gerak dulu, buat istirahat aja karena saya nggak mau kalau Ibu dan calon anak saya kenapa-napa!"
Deg...
Naya langsung menatap Hesa. Ucapan Hesa itu menunjukkan kalau Hesa sudah tau tentang kehamilannya.
"D-dokter s-saya..."
"Kita akan menikah setelah kamu keluar dari rumah sakit!"
"Dokter, saya kan sudah bilang kalau.."
"Gisel kamu keluar dulu!" Pinta Hesa memotong ucapan Naya. Dia rasa dia harus bicara berdua dengan Naya.
"Iya Kak"
Gisel pun mengerti lalu keluar untuk memberi waktu pada Kakaknya.
"Kenapa kamu tidak terkejut kalau tau kamu hamil? Apa kamu sebenarnya sudah tau dan tidak berniat memberitahu saya?" Kali ini Hesa menatap Naya dengan tajam.
Naya hanya menunduk menyembunyikan air matanya yang mulai menyeruak. Niatnya memang begitu sejak tadi pagi. Dia ingin menyembunyikan kehamilannya itu. Tapi sekarang semuanya sudah terbongkar.
"Jadi kamu benar-benar berniat menyembunyikan kehamilan kamu Naya?" Tanya Hesa karena Naya terdiam seolah membenarkan tebakannya.
"Saya baru tau tadi pagi dokter. Tapi saya memang tidak mau memberitahu dokter karena saya rasa saya bisa merawat anak ini sendiri. Saya akan keluar dari rumah sakit ini dan menjauh dari dokter. Nantinya kalau dia tanya di mana Ayahnya, saya tidak akan memberitahu siapa Ayahnya. Saya janji dokter"
"Saya nggak habis pikir sama kamu Naya!" Hesa menggeleng keheranan dengan pola pikir Naya.
"Kamu pikir saya akan membiarkan kamu pergi membawa anak saya begitu? Kamu pikir, saya akan membiarkan anak saya lahir tanpa Ayah? Saya juga nggak mau anak saya tumbuh tanpa orang tua yang lengkap di sisinya. Saya tidak segila itu sampai lepas tanggung jawab atas kamu dan anak saya!!" Hesa benar-benar masih menahan amarahnya yang seakan ingin meledak saat ini juga.
"Tapi dokter, saya tidak mau me..."
"Tidak mau menikah sama saya karena tidak ada cinta di antara kita begitu?"
Naya mengangguk menyembunyikan air matanya karena suara Hesa yang mulai meninggi. Belum apa-apa saja dia sudah cmenaruh hati pada Ayah dari anak di dalam kandungannya itu. Perhatian dan sikap Hesa benar-benar mampu mengusik hati Naya selama beberapa hari ini.
"Hey, dengar saya!" Hesa meraih kedua bahu Naya agar wanita itu mau menatap kearahnya.
"Saat ini memang tidak ada cinta diantara kita. Tapi cinta bisa datang kapan pun dia mau. Saya juga akan belajar mencintai kamu dan membahagiakan kamu. Mungkin kamu belum percaya tapi saya akan membuktikannya dengan seiring berjalannya waktu. Jangan biarkan dia lahir tanpa adanya ikatan pernikahan di antara kita. Perbuatan saya memang salah, tapi dia tidak berhak menanggung semua yang pernah saya lakukan sama kamu. Jadi mau ya kita menikah, kita besarkan dia sama-sama, mau kan?"
"Tapi dokter, saya ini cuma orang miskin. Saya tidak setara dengan dokter yang berasal dari keluarga berada. Kalau kita menikah, lalu bagaimana dengan orang tua dokter? Saya juga yakin kalau dokter pasti punya wanita yang dokter cintai kan?" Naya masih memastikan lagi dengan menyuarakan apa yang ada di pikirannya.
"Saya dan keluarga saya tidak pernah memandang orang dari segi materi. Lagipula saya juga sudah menceritakan apa yang terjadi sama kita pada mereka dan mereka merestui kita untuk menikah. Lalu untuk wanita yang saya cintai, kalaupun ada, saya tetap akan memilih wanita yang sedang mengandung anak saya! Tolonglah Naya, jangan egois!! Pikirkan anak kita yang ada di dalam kandunganmu!!" Jelas Hesa dengan tegas sampai tak sadar meninggikan suaranya. Dia sudah lelah sejak tadi terus bersabar menghadai Naya yang keras kepala.
"Hiks..hiks.." Isak Naya yang ketakutan dengan sikap Hesa saat ini. Nampaknya pria itu tak bisa lagi mengendalikan amarahnya.
Kesabarannya menghadapi Naya benar-benar sudah di ambang batas.
"Saya cuma takut kalau saya ini menyusahkan dokter. Saya ini cuma takut kalau pernikahan yang akan terjadi tidak akan membuat kita bahagia dokter. Bukankah lebih egois lagi kalau kita menikah hanya demi anak kini? Apa dokter tega melihat anak ini hidup di antara kedua orang tuanya yang tidak saling mencintai? Saya takut dokter!" Suara Naya yang bergetar karena tangisannya terdengar begitu pilu di telinga Hesa.
Grep...
Hesa membawa Naya ke dalam dekapannya. Dia baru sadar kalau tadi dia sempat meninggikan suaranya dan itu pasti sangat menakuti Naya.
"Saya memang tidak tau kehidupan kita kedepannya bagaimana. Tapi saya janji, saya akan membahagiakan kamu dan anak kita. Pegang janji saya. Mau kan menikah dengan saya?"
Hesa merasakan anggukan kecil dari Naya di pelukannya. Dia senang karena dia bisa meluluhkan hati Naya yang begitu keras. Akhirnya dia bisa melepaskan semua beban yang ada di pundaknya. Dia begitu lega dan bahagia terutama jika dia mengingat sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah.
"Terimakasih, setelah kamu keluar dari sini. Kita akan langsung menikah. Saya tidak mau menunggu lama lagi karena kandungan kamu akan semakin besar"
Naya lupa akan satu kenyataan, bahwa dirinya hamil di luar nikah. Dia pasti akan menjadi bahan gunjingan di rumah sakit itu apalagi dia mengandung anak dari seorang Direktur.
Naya yang hanya diam saja membuat Hesa mengurai pelukannya.
"Kenapa?"
"Dokter, gimana kalau semua orang tau saya hamil di luar nikah? Apa dokter tidak malu?"
Hesa mencakup wajah sembab Naya yang masih sedikit pucat. Dia bahkan mengusap air mata Naya di sana.
"Kamu tidak usah dengarkan mereka. Kalau mereka berani mengatakan apapun tentang kamu dan anak kita, aku tidak akan tinggal diam!" Hesa punya kuasa, tentu dia akan menyingkirkan siapapun yang berani mengusik Naya.
"Tapi dokter, apa dokter bisa menyembunyikan tentang fakta bahwa kehamilan saya ini buah dari kesalahan? Saya takut kehamilan saya ini akan mencemarkan nama baik dokter"
"Baiklah kalau itu mau kamu, saya akan menyembunyikan masalah kehamilan kamu. Tapi saya tidak akan menyembunyikan tentang pernikahan kita. Semua orang harus tau kalau kamu yang akan menjadi istri saya!"
"Tapi dok.."
"Kenapa? Apa kamu mau menyembunyikan pernikahan kita juga? Kamu mau pernikahan kita kaya di novel-novel itu yang berlandaskan perjanjian?" Hesa kembali menatap Naya dengan tajam.
Naya terkesiap karena sebenarnya dia juga punya pikiran seperti itu.
"Jangan harap Naya!!" Ancam Hesa dengan keputusannya yang tak akan bisa di tawar lagi oleh Naya.
Tok..tok...
Naya dan Hesa sama-sama menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara ketukan pintu.
Cklek...
Naya kembali merasa ketakutan ketika melihat orang yang masuk ke dalam ruangannya itu.