Terjerat Pesona Gadis Berjilbab
Sedang asik merevisi tesisnya, tetiba telpon Zeera berdering. Terlihat nama dosen pembimbing yang menelpon. Zeera segera menjawab telpon nya.
"Baik prof, saya segera ke kampus sekarang." Jawab Zeera, lalu sambungan telpon berakhir.
Zeera membereskan buku catatan dan laptop nya, memasukkannya kedalam tas. Dia menghabiskan es americano yang hanya tinggal sedikit lagi.
Karena terburu-buru, Zeera hampir terjatuh di tangga masuk pintu cafe. Beruntung seseorang menarik tangan Zeera. Mata keduanya bertemu. Zeera cepat tersadar dan menarik tangannya yang masih di pegang oleh pria asing di hadapannya.
"Terimakasih." Zeera sedikit membungkuk kan badan.
"Lain kali hati-hati." Ucap pria bermasker tersebut. Dia tersenyum, terlihat dari matanya yang menyipit.
Zeera hanya tersenyum, kikuk.
"Saya permisi. Sekali lagi, terimakasih." Zeera berlalu.
"Apa boleh aku mengantarmu? Kau terlihat terburu-buru."
Ucapan pria itu menghentikan langkah Zeera. Zeera berbalik badan.
"Tidak usah oppa. Saya bisa naik bus atau taksi." Zeera kembali tersenyum.
"Baiklah. Hati-hati." Balas pria itu.
"Hmm." Zeera kembali membawa langkahnya menjauh dari cafe.
Mata pria itu masih menatap kepergian Zeera. Dia bahkan tersenyum dibalik maskernya.
"Kenapa aku tidak bertanya namanya? Bodoh sekali!" Pria itu memukul pelan kepalanya. Dia kemudian masuk ke dalam cafe.
Langkahnya membawa ke arah private room. Di dalam semua teman-temannya sudah menunggu.
"Darimana saja kau ini, Jungkook-ah? Lama sekali." Protes Jin.
"Maaf hyung, tadi di jalanan sedikit macet. Terus di depan tadi ada sebuah insiden." Jungkook melepas masker nya.
Semua yang ada disana saling tatap.
"Insiden apa kook-ah?" Namjoon bersuara.
"Aku bertemu dengan seorang gadis yang hampir terjatuh. Beruntung aku segera menarik tangan gadis itu."
"Apa kau akhirnya jatuh cinta, eoh?" Ledek Jimin.
"Ah Hyung, jangan menggodaku. Itu tidak terjadi sama sekali." Jungkook tersipu.
"Apa dia cantik?" Selidik Taehyung.
Jungkook memutar matanya ke atas.
"Cantik. Dia memakai penutup kepala."
"Maksudmu, jilbab?" Jin memastikan.
Jungkook mengangguk.
"Wah, benarkah?" Hobi terlihat excited.
"Hmm. Aku jadi teringat sama nuna Aira." Celetuk Jungkook.
Semua melihat kearah Yoongi. Dan pria itu menatap tajam satu persatu member BTS.
"Maaf hyung. Kookie tidak bermaksud mengingatkan Hyung pada nuna. Hanya saja...."
"Sudahlah, jangan dibahas. Lebih baik kita makan sekarang." Yoongi memotong ucapan Jungkook.
Dia sudah tidak mau mengingat masa lalunya tentang Khumaira. Selama hampir tiga tahun, dia sudah berusaha keras mengubur dalam-dalam perasaanya.
Jungkook jadi merasa tidak enak hati. Dia terus membujuk Yoongi untuk tidak marah.
"Aku tidak akan pernah marah padamu, kook-ah. Cepat makan, kalau tidak nanti habis oleh Jimin dan Taehyung." Yoongi menatap lembut Jungkook.
Jungkook mengangguk.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selepas bertemu dg dosen pembimbing, Zeera memutuskan untuk pergi berbelanja sayuran, sabun dan kebutuhan lainnya di sebuah supermarket.
Hampir satu jam Zeera berada di dalam supermarket, akhirnya dia keluar dengan dua kantong plastik. Saat berjalan, kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu. Zeera mengentikan langkahnya. Kaki nya dia angkat. Ternyata sebuah dompet yang dia injak. Zeera melihat keadaan sekeliling, kemudian berjongkok dan mengambil dompet tersebut.
"Buka nggak ya? Kalau di kasihkan ke pusat informasi, apa dompet ini akan kembali ke pemiliknya?"
"Atau aku buka aja kali ya? Terus liat identitas pemiliknya dan balikin dompet ini langsung?"
Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Zeera memutuskan untuk membuka dompet tersebut. Dia mengambil kartu identitas, melihat nama dan alamat lengkap si pemilik dompet.
Ternyata alamat yang tertera lumayan jauh dari posisi Zeera saat itu. Mungkin butuh waktu hampir dua jam perjalanan. Zeera mulai menimbang kembali, apakah dia akan mengembalikan dompet itu sendiri? Atau biar saja di serahkan pada pihak informasi supermarket.
Zeera melihat jam dipergelangan tangan kirinya. Menunjukkan pukul lima sore.
"Hmm oke, biar aku anter sendiri aja. Sekalian jalan-jalan. Walaupun bawa barang banyak begini, nggak apa-apa deh." Zeera terkekeh.
Waktu Zeera menang habis untuk mengerjakan tesis, dia tidak punya waktu untuk bersantai. Dan sore itu, dia ingin memanfaatkan waktu bersantainya. Bahkan dia rela jikalau harus berganti kendaraan beberapa kali. Bus, kereta, kemudian bus lagi.
Untuk mengganjal perutnya yang lapar, Zeera memakan roti yang tadi dia beli di supermarket. Sepanjang perjalanan, dia mencoba untuk enjoy. Sesekali membaca Alquran.
Tiba di tempat tujuan. Dia sudah berada di depan rumah mewah. Zeera kembali memastikan alamat yang tertera di kartu identitas.
"Iya, ini rumahnya." Zeera memasukkan kembali kartu identitas kedalam dompet.
Dia kemudian menekan bel yang terdapat di dinding pagar. Seorang security membuka pintu.
"Ada yang bisa saya bantu nona?"
"Apa benar ini rumah nyonya Sun Young?"
"Benar. Nona ada perlu apa?"
"Saya hanya ingin mengembalikan dompet beliau. Saya menemukannya di supermarket daerah Itaewon."
"Sebentar nona, saya akan menelepon nyonya dulu."
Security kembali ke pos, dia menelpon majikan nya. Selang dua menit.
"Mari nona, ikut dengan saya."
"Tapi bagaimana dengan barang bawaan saya, pak?"
"Nona bisa menyimpannya di pos."
Zeera mengangguk. Dia meletakkan dua kantung belanjaannya di pos security. Lalu dia berjalan mengikuti security.
Sampai di depan pintu masuk, seorang bibi menyambut mereka. Dia mempersilahkan Zeera untuk masuk. Zeera mengangguk.
"Silahkan duduk nona. Sebentar lagi nyonya turun. Saya pamit ke belakang dulu." Bibi itu undur diri menuju dapur.
"Iya. Terimakasih." Zeera duduk di sofa.
Tidak lama, terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Wanita setengah baya yang masih terlihat cantik tersenyum ramah pada Zeera. Zeera bangkit dari duduknya.
"Malam nyonya, maaf menganggu waktu istirahat anda. Saya kesini hanya ingin mengantarkan dompet milik anda." Zeera sedikit membungkuk, lalu menyerahkan dompet pada sang empunya.
Nyonya Sun Young mengambilnya. "Terimakasih banyak nak."
"Coba nyonya cek dulu isinya, apa ada yg hilang?"
Nyonya Sun Young mengecek isi dompet dengan seksama.
"Tidak ada. Semuanya lengkap." Dia tersenyum sangat ramah.
"Alhamdulillah."
"Siapa namamu?"
"Zeera, nyonya."
"Kau bukan asli warga negara Korea?"
"Saya asli dari Indonesia."
"Benarkah? Tapi kenapa wajahmu seperti orang Jepang kebanyakan?" Nyonya Sun Young tertawa kecil. Pun dengan Zeera.
Memang tidak sedikit yang menyangka bawa gadis itu terlihat seperti orang Jepang.
Nyonya Sun Young mempersilahkan Zeera untuk kembali duduk. Bibi kembali dari dapur membawa dua cangkir teh hijau dan camilan.
"Silahkan diminum nak."
"Terimakasih nyonya." Zeera menyeruput teh Hijau miliknya.
"Kau menemukan dompetku di supermarket daerah Itaewon, apa kau tinggal di daerah sana?"
"Betul nyonya. Tadinya saya akan menitipkan dompet nyonya pada pusat informasi supermarket. Tapi saya takut dompet itu tidak akan sampai ke tangan pemiliknya. Dan kebetulan saya tidak sibuk, jadi sekalian saja jalan-jalan." Zeera tertunduk menyembunyikan tawa kecilnya.
"Itu sangat jauh dari sini nak. Apa kau bekerja?"
"Tidak. Saya mahasiswi magister jurusan pendidikan."
"Wah hebat. Jarang sekali yang mau mengambil jurusan tersebut."
"Oh ya, kau pasti belum makan malam. Jadi, makan malam lah disini eoh?"
"Eh tidak usah nyonya. Kebetulan ini sudah malam, saya takut kemalaman pulangnya."
"Kau tidak usah khawatir, nanti biar anak saya yang mengantarmu pulang."
"Kebetulan dia juga bekerja di Seoul, dan setelah makan malam, dia akan kembali kesana." Lanjut nyonya Sun terus membujuk Zeera.
"Nah, itu dia."
Zeera mengikuti arah telunjuk nyonya Sun Young. Dia melihat punggung pria dengan rambut sebahu. Pria itu menoleh ketika sang eomma memanggilnya.
Zeera membulatkan mata, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria itu yang sering Husna ceritakan padanya. Dan saat itu, dia bertatap muka secara langsung.
"Astaghfirullah." Lirih Zeera menundukkan pandangannya.
Nyonya Sun Young memperkenalkan anaknya pada Zeera. Saat pria itu mengulurkan tangannya, Zeera menangkupkan kedua tangannya.
"Eoh, maaf. Seharusnya aku tahu." Pria itu terkekeh kecil.
"Tidak apa." Zeera tersenyum, lalu tertunduk lagi. Pandangan di depannya benar-benar menggoda hati.
"Ayo kita makan, kebetulan makan malamnya sudah siap." Ajak pria itu.
"Eh tidak usah. Saya pulang saja."
Nyonya Sun Young dan anaknya saling pandang.
"Tenang saja nak Zeera, menu makan malamnya halal. Karena kebetulan dia makan makanan yang halal." Nyonya Sun Young melirik ke anaknya.
Zeera hanya membulatkan bibirnya, berkata 'oh'.
Ya, putra nyonya Sun Young adalah Min Yoongi. Salah satu member BTS yang disukai oleh Husna, sahabat Zeera.
Meski bersahabat, Zeera dan Husna memiliki kesukaan yang berbeda. Zeera lebih suka segala sesuatu berbau Bollywood, sedangkan Husna lebih suka hal-hal tentang Korea. Maka ketika pernikahannya batal, Husna lebih memilih kembali kuliah di Korea. Lalu Zeera, dia dikompori oleh Husna agar mau ikut bersamanya meneruskan studi S2 di korea. Padahal saat menempuh pendidikan S1, Zeera memilih salah satu kampus bergengsi di Jawa Barat.
Zeera kali ini tidak bisa menolak. Dia menerima tawaran ibu dan anak tersebut. Mereka hanya makan malam bertiga. Karena kakak Yoongi sudah berkeluarga dan Tuan Min sedang dinas keluar kota.
Selama makan malam, tidak ada pembicaraan yang ketiganya lakukan.
Setelah makan malam, Zeera izin untuk pergi sholat. Yoongi mengajak Zeera ke sebuah ruangan kosong namun tertata dengan rapih. Zeera kaget, karena di ruangan tersebut, tersimpan sebuah Alquran di antara jejeran buku-buku. Ada sajadah juga yang terlipat diatas meja kecil.
"Setelah sholat, akan aku ceritakan padamu." Ucap Yoongi. Dia seolah tahu dengan perasaan terkejut Zeera.
"Hmm baiklah."
Yoongi pergi. Zeera segera masuk ke kamar mandi. Disana dia mengambil wudhu dari keran.
Zeera memang selalu membawa mukenah traveling setiap dia berpergian.
Dia gelar sajadahnya. Memakai mukenah, lalu memulai sholat Maghrib dengan khusyuk.
Selesai berdoa, Zeera bergegas merapihkan mukenah serta melipat sajadah dan menyimpannya ditempat semula. Dia kembali ke ruang keluarga. Disana hanya terlihat Yoongi yang sedang sibuk dengan handphone nya.
"Dimana nyonya Sun Young?" Tanya Zeera. Dia sedang menekan rasa groginya. Yoongi menaruh handphone nya. Meminta Zeera untuk duduk.
"Eomma baru saja keluar, ada keperluan mendadak."
"Padahal aku belum berpamitan padanya."
"Tidak apa. Tadi eomma memintaku untuk mengantarmu pulang."
"Eoh, tidak usah. Biar aku pulang naik taksi saja."
"Mana bisa begitu. Aku sudah mendapat amanah dari eomma. Bukankah kita satu tujuan juga? Apalagi kau seorang wanita. Tidak baik bepergian sendiri." Yoongi kembali asik dengan handphone nya.
"Baiklah. Maaf merepotkan."
Yoongi menatap Zeera. Yang ditatap malah tidak aman jantungnya.
"Aku sama sekali tidak merasa direpotkan."
"Mau pergi sekarang atau nanti?" Lanjut Yoongi.
"Sekarang saja. Biar tidak terlalu malam sampai di apartment." Ujar Zeera antusias.
"Tapi aku harus mengambil barang bawaanku dulu di pos security."
"Barang bawaan mu sudah di masukkan ke dalam mobil."
"Ah, terimakasih tuan."
Yoongi mendelik.
"Kenapa?"
"Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Panggil nama saja, atau oppa." Suara Yoongi mengecil saat menyebut kata oppa. Tapi Zeera masih bisa mendengarnya.
"Baik o-oppa."
Yoongi menahan senyum. Dia sangat gemas melihat ekspresi Zeera yang malu-malu.
"Ayo." Yoongi bangkit dari duduknya. Di susul Zeera.
Keduanya melangkah keluar rumah. Sepanjang perjalan menuju Seoul, banyak cerita yang keduanya bagikan. Termasuk tentang Husna. Zeera sangat antusias menceritakan bagaimana sahabatnya itu sangat menyukai BTS. Yoongi hanya tersenyum memperlihatkan gummy nya.
"Memang kau bukan army juga?"
"Ah bukan. Aku lebih suka film dan lagu-lagu Bollywood."
Yoongi terdiam. Ucapan Zeera seolah mengingatkan nya tentang seseorang. Tiba-tiba, dia menyalakan musik dan itu membuat Zeera kembali terkejut.
"Aku juga suka mendengarkan lagu-lagu Bollywood. Filmnya juga aku pernah menontonnya beberapa." Yoongi menoleh sekilas dan tersenyum.
Zeera hanya manggut-manggut.
"Lalu tempat sholat tadi?"
"Aku sedang belajar tentang Islam."
"Benarkah?"
Yoongi mengangguk.
"MaasyaAllah."
'Semoga kamu log in, oppa.' Ucap Zeera, hanya di dalam hatinya.
Semenjak kenal dengan Khumaira empat tahun yang lalu, Yoongi memang diam-diam mempelajari tentang Islam. Namun, setelah dia ditinggal menikah oleh Khumaira, Yoongi lebih intens lagi mempelajari tentang Islam disela-sela kesibukannya sebagai seorang idol. orangtua, member BTS, maupun pihak agensi sudah tahu akan hal itu. Dan mereka tidak melarangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments