“Tega kau Mas! Ternyata pengorbanan ku selama ini, kau balas dengan pengkhianatan! Lima tahun penantianku tak berarti apa-apa bagimu!”
Nur Amala meremat potret tunangannya yang sedang mengecup pucuk kepala wanita lain, hatinya hancur bagaikan serpihan kaca.
Sang tunangan tega mendua, padahal hari pernikahan mereka sudah didepan mata.
Dia tak ubahnya seperti 'Habis manis sepah di buang'.
Lima tahun ia setia menemani, dan menanti sang tunangan menyelesaikan studinya sampai menjadi seorang PNS. Begitu berhasil, dia yang dicampakkan.
Bukan hanya itu saja, Nur Amala kembali dihantam kenyataan pahit. Ternyata yang menjadi selingkuhan tunangannya tidak lain ...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 01
“Tega kau Mas! Ternyata pengorbanan ku selama ini, kau balas dengan pengkhianatan! Lima tahun penantianku tak berarti apa-apa bagimu!”
Seorang wanita bersurai panjang, tengah meremas sebuah foto berlatar belakang sebuah universitas negeri yang ada di ibu kota provinsi, jauh dari kampung halamannya.
Raut wajah yang biasanya selalu menampilkan keramahan, kelembutan, kini memerah dikarenakan menahan tangis dan memendam amarah.
Dalam keremangan cahaya lampu kuning kamar berukuran tak seberapa luas, dia menatap sekali lagi pada tiga buah gambar yang dikirim entah oleh siapa.
Potret itu menunjukkan sepasang manusia beda jenis. Si laki-laki yang tidak lain adalah tunangannya tengah merangkul wanita berambut sebahu dari arah belakang. Kemudian satu pose lainnya berhasil meluluhlantakkan hatinya, calon suaminya mengecup pucuk kepala sosok mungil yang dia sendiri tidak mengenal siapa gerangan.
Potret itu jelas diabadikan oleh seorang fotografer, sebab si laki-laki sadar akan kamera. Namun, entah apa maksudnya? mereka memilih gaya seakan pasangan selebriti yang sedang menjalani hubungan backstreet. Si wanita benar-benar menyembunyikan jati dirinya.
Nur Amala, atau yang kerap disapa Mala. Meneliti secara saksama berusaha mencari tahu siapa si sosok misterius.
“Mengapa aku merasa tidak asing dengan postur tubuhnya ya, tapi siapa?”
Sekeras apapun dia berpikir, menerka, melakukan cocok logi, tetap hasilnya nihil. Namun, hatinya meyakini kalau mengenal wanita bergaun bunga-bunga yang panjangnya sebatas lutut.
“Ya Allah, hamba harus bagaimana? Tolong berikan petunjuk-Mu ya Rabbi.” Amala meraup kasar wajahnya. Dia begitu frustasi, disaat hari pernikahan sudah semakin dekat. Tiba-tiba kenyataan pahit ini menghantam ulu hatinya.
Dua bulan lagi Amala akan melepaskan masa lajang. Sang tunangan yang bernama Yasir Huda, sudah diangkat menjadi seorang PNS. Saat ini calon suaminya masih berada di ibu kota provinsi, mengurus mutasi kerja ke kota mereka.
“Sebelum semuanya terlambat, aku harus secepatnya mencari tahu!” gumamnya penuh tekad. Dia bersyukur, Tuhan tetap menjaga kewarasannya, tidak menjadikan dirinya seorang wanita yang menghamba cinta apalagi sampai cinta buta.
Bagi Amala, jika belum sah menjadi sepasang suami istri, maka dirinya hanya sekian nol persen dalam memberikan rasa. Namun, bukan berarti dia tidak sakit hati bila dikhianati.
Wanita berbaju tidur motif polkadot itu bergegas menyimpan kembali tiga lembar foto yang salah satunya sudah kusut akibat ulah tangannya sendiri.
***
Pagi hari.
“Nak … kenapa wajahmu sembab? Kau habis menangis?” tanya Mak Syam, ibunya Amala.
Sebelum menjawab, Amala terlebih dahulu menarik kayu bakar dan hanya menyisakan bara api. Dia baru selesai merebus singkong dan menggoreng pisang kepok sebagai menu sarapan pagi.
Hari sudah mulai terang, tak lama lagi pasti sang surya menyinari bumi.
“Sedikit, Mak.” Amala menghampiri sang ibu, mengusap lengan kurus yang dibungkus baju kurung motif bunga-bunga.
Mak Syam menggeser posisi berdiri agar berhadapan dengan putri sulungnya. “Ada apa gerangan, Nak? Hatimu tengah gundah kah? Atau memikirkan calon suamimu?”
“Iya, Mak. Mala kepikiran Mas Yasir, sudah lama dia tak lagi rutin mengirim kabar,” ucap Amala, jawabannya tak sepenuhnya berdusta. Kenyataannya memang seperti itu adanya, sudah 4 bulan sang tunangan tak lagi memberikan kabar lewat surat.
“Coba datangi rumah orang tuanya! Tanya pada calon ibu mertua mu, bukankah sebulan yang lalu mereka menyambangi Yasir?” ujar Mak Syam, mencoba membantu meringankan kegundahan hati putri sulungnya.
“Rencananya nanti siang, Amala mau berkunjung ke rumah Bi Atun,” papar Amala.
“Bagus itu, biar hatimu lega. Jangan lupa bawa buah tangan bila mau bertamu!”
“Iya, Mak.”
“Mala, apa kau tidak merasa ada yang beda dengan adikmu?” tanya Mak Syam, wajah tuanya terlihat sendu.
“Beda bagaimana, Mak? ‘Kan, setiap bulan Nirma masih rutin mengirim kabar, terus dia juga tak lupa menyelipkan satu lembar foto terbarunya.”
Mak Syam mengangguk, tetapi terlihat seperti belum puas. Sebagai seorang Ibu yang mengandung, melahirkan dan menyusui, dirinya memiliki ikatan batin cukup kuat. Namun, sukar menafsirkan. Hanya saja dia merasakan sesuatu yang janggal.
“Sudah 3 kali Nirma mengirim foto dirinya, tetapi Mamak perhatikan dia selalu mengenakan topi dan jaket kerah tinggi. Bahkan wajahnya hampir separuh tertutup benda itu.”
Deg.
Amala memalingkan wajahnya begitu cepat, menatap aneh pada sang ibu. Entah mengapa hatinya langsung resah. “Mak, dimana Mamak simpan foto terakhir yang Nirma kirim?”
“Ada di buffet, rak paling atas. Ada apa, Mala? Kenapa kau terlihat gelisah?” tanya Mak Syam, dia menelisik raut wajah putrinya yang terlihat sedikit pias.
Amala tidak menjawab pertanyaan ibunya, dia beranjak dan membuka lemari tua terbuat dari kayu jati yang ada di ruang tamu. Mencari album berisi foto adik semata wayangnya yang saat ini tengah berkuliah di kota provinsi.
“Ya Allah, inikah petunjuk dari-Mu ya Rabbi?” lirih Amala, pelupuk matanya berkaca-kaca kala melihat gaun selutut bermotif bunga-bunga. Dress yang dikenakan Nirma, sama persis seperti milik si wanita misterius.
Amala membawa album tipis itu ke dalam kamarnya, dia mengunci pintu kayu yang sudah terlihat keropos dimakan Rayap. Tubuhnya terasa panas dingin, susah payah melangkah mendekati dipan, mengangkat tilam bersprei hijau polos. Amala mengambil foto yang semalam disembunyikan di sana.
“Amala, ada apa Nak?” suara Mak Syam terdengar cemas, dia masih berusaha mengetuk pintu yang dikunci.
Berulangkali Amala menghela napas panjang, dia harus tetap tenang. Jangan sampai ibunya menaruh curiga dan berakhir darah rendahnya kambuh.
“Tidak apa-apa Mak. Mala hendak ganti baju, baru ingat kalau kemarin Dhien mengatakan berangkatnya pagi ini, bukan siang hari!” serunya sedikit keras.
“Oh … Mamak kira ada apa, kau ini mengejutkan saja.”
Setelahnya Amala mendengar langkah kaki sang ibu yang menjauhi kamarnya, sepertinya mamaknya kembali ke dapur.
“Tidak salah, ini memang Nirma. Mengapa kau tega Dek?” gumamnya pilu, buliran air mata pun sudah jatuh berderai membasahi pipi.
Amala meletakkan semua foto di atas meja kayu yang ada di dalam kamar sederhananya. Dari 6 foto itu, Nirma dan si wanita misterius mengenakan gaun yang sama. Hanya saja sang adik memadupadankan dengan jaket jeans.
Tak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya, dia yakin sekali kalau adiknya lah yang menjadi kekasih gelapnya Yasir. Entah apa maksud Nirma memotong pendek rambut indahnya, padahal ia tahu betul kalau saudari kandungnya itu sangat menyukai rambut panjang.
“Sungguh kalian sangat hebat. Selamat ya, telah berhasil menikam ku dari belakang. Menjadikan diri ini layaknya manusia paling bodoh di muka bumi. Dan kau adikku tersayang, ini balasan mu atas pengorbananku? Benar-benar pasangan tidak tahu malu!”
Srek.
Amala mengoyak potret dimana Yasir mencium rambut Nirma. Hatinya benar-benar meradang, tak menyangka dua orang yang begitu dia percaya ternyata mendua dan menjalin hubungan terlarang.
Tujuannya sekarang ialah ke rumah calon mertuanya, atau sudah menjadi mantan. Entahlah! Dia tidak peduli lagi akan status dirinya, fokusnya cuma ingin mencari tahu serta membongkar hubungan terlarang Yasir dan Nirma.
Amala mengobrak-abrik isi lemari, senyumnya begitu sinis kala ...?
.
.
Bersambung.
Harap bersabar membaca setiap Bab- nya ya, agar bisa menyelami alur ceritanya 🙏😊
Terima kasih banyak semuanya 🌹
bu bidan mati kutu