"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps12. Perusahaan dalam masalah.
Alex melajukan mobilnya dengan kecepat sedikit tinggi, tak peduli dengan cuaca yang sedang buruk. Langit bergemuruh, kilat menyambar dimana-mana. Awan hitam yang sejak tadi menahan diri, akhir menurunkan hujan yang cukup deras.
Alex membunyikan klakson panjang ketika mobil di depannya tak kunjung maju. Aksi Alex cukup menarik perhatian sehingga seorang pria berjas hujan orange datang mengetuk kaca mobilnya.
"Mohon bersabar, Pak. Didepan ada pohon besar yang tumbang dan menghalangi jalan, petugas kami sedang berusaha membersihkannya." jelas pria berjas hujan tersebut.
"****, sial apalagi ini?" Alex terlihat frustasi, kemalangan apalagi yang akan menimpanya.
Alex keluar dari mobil, tak peduli jika harus menabrak hujan. Ia harus segera tiba di kantor.
Perusahaan yang dirintis oleh mendiang kakek tercinta sedang terancam bangkrut. Bagaimana ia akan bertanggung jawab pada sesepunya kelak jika perusahaan itu hancur begitu saja?.
Alex menitipkan kunci mobilnya dan sebuah kartu nama pada petugas yang berbicara padanya tadi. "Tolong antarkan mobil saya ke alamat ini, Pak. Saya sedang terburu-buru" Alex menyodorkan kedua benda tersebut.
Si petugas itu mengangguk dengan muka bingung, mengapa orang ini menitipkan mobil tanpa merasa ragu sedikitpun? Namun, setelah melihat nama yang tertera dalam kartu pengenal tersebut, pria itu menelan salivanya kasar sambil menatap Alex yang semakin menjauh darinya.
Mimpi apa dirinya semalam bisa bertemu dan berbicara langsung dengan Tuan Winston Emeraldi?
Alex berlari menabrak hujan melewati banyak mobil yang terparkir rapi menunggu jalanan dibuka. Alex menengok sebentar kearah pohon besar yang tumbang, sepertinya keputusan Alex keluar dari mobil sangat tepat. Dilihat dari ukuran pohon yang begitu besar dan cuaca yang tidak mendukung, akan memakan waktu cukup lama untuk membersihkan jalan itu.
Alex terus berlari, tak peduli bajunya yang sudah basah kuyup. Syukurlah Alex bertemu dengan seorang pengendara motor yang baik hati.
"Pak, bisa tolong antarkan saya? Saya akan bayar berapapun yang Bapak minta" ucap Alex, sambil mengeluarkan isi dompetnya.
"Ayo naik" Tanpa berbasa basi, bapak tersebut langsung mengantarkan Alex.
"Kita kemana ini, Pak?" tanya si bapak.
"Jalan saja, Pak. Nanti saya arahin" sahut Alex. Ditahap ini, Alex membuang semua gengsinya. Berbicara langsung dengan orang asing dalam jarak sedekat seperti itu? Betapa tidak sudinya jika dirinya sedang tidak dalam masalah.
****************
Sementara, di dalam gedung megah itu, semua karyawan telah heboh. Berita tentang perusahaan diambang kehancuran telah menyebar kesemua karyawan. Ada yang julid, ada yang turut prihatin, ada pula yang mendoakan agar masalah perusahaan segera terselesaikan dengan baik.
David bersama tim IT sedang bertarung hebat mengembalikan data perusahaan, sedetikpun mata pria itu tidak terlepas dari layar komputer.
Sesekali, David mengusap keringatnya yang mengalir dan hampir masuk kedalam matanya. AC yang terpasang dalam ruang itu seperti tidak ada gunanya untuk saat ini.
David terlihat gelisah, nasib Emerald Group bersama ribuan karyawan berada ditangannya. Untuk pertama kalinya, David berharap Alex segera muncul dihadapannya.
.
.
Cuaca yang tidak mendukung, ditambah genangan air dimana-mana mengakibat motor yang ditumpangi oleh Alex tidak bisa melaju dengan cepat.
Setelah berjuang melawan arus hampir satu jaman, Alex pun tiba di gedung Emerald Group.
"Urus Bapak ini," ucap Alex pada security yang berjaga di depan pintu.
"Baik, Tuan," sahut security sigap dan langsung menjalankan perintah tuannya.
Alex melangkah masuk dengan cepat, keadaannya yang basa kuyup mengundang perhatian semua karyawan yang menunggu dengan kecemasan.
Melihat ekspresi Alex yang sulit ditebak, tak ada satupun karyawan yang berani mendekat, apalagi berbasa basi menawarkan handuk.
Alex menaiki lift menuju ruangannya, sebelum membereskan kekacauan ini, pertama-tama Alex harus mengganti bajunya yang basah kuyup itu. Untunglah di dalam ruangan kerjanya ada sebuah kamar berukuran minimalis yang sengaja disediakan disna, lengkap dengan segala kebutuhannya.
Alex segera mengganti bajunya, pria perfeksionis itu hanya benar-benar mengganti bajunya, tanpa mandi ataupun mengeringkan rambut.
Selesai mengganti pakaian, Alex bergegas menuju ruangan IT.
"Syukurlah, Bro. Akhirnya Loe datang juga" David bernapas Legah ketika Alex tiba di depan pintu.
banyak kerananya