SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 9
Giana tampak memerhatikan laki-laki yang usianya terlihat jauh lebih tua darinya itu dengan seksama. Entah mengapa, ia seakan familiar dengan sosok itu. Padahal seingatnya, ia belum pernah bertemu dengan laki-laki itu sama sekali. Laki-laki itu tampaknya kenal baik dengan pemilik kedai sate ini. Terbukti mereka mengobrol dengan akrab sekali.
"Neng, ini sate pesanannya," ujar Jhon penjual sate itu.
"Eh, iya, Bang. Makasih," ujar Giana. Mendengar suara perempuan, laki-laki itu pun menoleh. Sama seperti Giana, ia pun merasa familiar dengan sosok Giana. Namun, yang ia herankan, ia belum pernah bertemu perempuan itu sebelumnya.
"Kenapa wajahnya terlihat familiar," ucap laki-laki itu dalam hati. Saat satenya sudah dihidangkan, ia pun mulai menyantapnya dengan pandangan mata sesekali terarah ke Giana. Tak berbeda dengan Giana, ia pun sesekali memerhatikan laki-laki itu.
"Nggak mungkin 'kan tiba-tiba aku tertarik sama laki-laki yang lebih tua," batin Giana yang geli sendiri bila memang itu terjadi.
Selesai makan sate, Giana pun segera melakukan pembayaran. Setelahnya, ia segera dari sana. Laki-laki itu tampak terus memperhatikannya.
"Pak Bos, kok liatinnya gitu amat? Ah, jangan-jangan ...." tukang sate itu tersenyum menggoda.
"Ssst, jangan aneh-aneh! Aku nggak suka daun muda. Lagipula aku malu nikah sama perempuan yang mungkin seusia anakku. Nggaklah," ujar laki-laki yang tak lain adalah Asrul itu.
"Saya salut lho sama Pak Bos, masih setia aja padahal belum tentu 'kan mantan istri Pak Bos masih setia juga kayak Pak Bos sekarang."
Asrul tersenyum. Ia memang kadang berpikir, bisa saja Via sudah menikah dengan laki-laki lain. Dia masih muda dan cantik. Ia yakin, tak sulit bagi Via untuk mendapatkan pengganti dirinya. Hanya saja membayangkan ia menikah lagi, tapi ternyata Via tetap sendiri, bukankah itu terlalu kejam. Terserah Via mau menikah lagi atau tidak, tapi dirinya akan tetap setia di sini. Meskipun ia tak yakin mungkinkah masih diberikan kesempatan untuk kembali berjumpa, tapi ia tak masalah. Ia masih akan terus menunggu. Bila perlu sampai waktunya di dunia ini sudah habis. Anggap saja, itu sebagai penebusan atas segala kesalahan yang sudah ia lakukan selama ini pada Via dan anak mereka.
*
*
*
Sudah seminggu ini Giana mencoba mencari pekerjaan. Ke toko-toko yang ada di pinggir jalan, ruko-ruko, bahkan rumah makan, tapi ia tak kunjung menemukan pekerjaan.
"Ternyata benar kata orang, hidup di kota besar itu keras. Padahal sudah seminggu, tapi aku belum juga dapat pekerjaan. Bagaimana kalau sampai uang yang aku punya habis, tapi aku nggak dapat pekerjaan? Apa aku harus balik kampung? Tapi ... apa kata ibu nanti? Ibu pasti sedih saat tau aku bercerai. Apa kata orang-orang juga nanti? Bagaimana kalau mereka semakin menyudutkan ibu di kampung?" gumam Giana yang berdiri di trotoar. Memperhatikan lalu lalang kendaraan yang silih berganti. Gedung-gedung menjulang tinggi. Di sana banyak gedung, namun Giana tak berani masuk ke dalam sana apalagi menanyakan lowongan pekerjaan. Menyadari ijazahnya yang hanya sebatas SMA, mana mungkin ia bisa bekerja di gedung-gedung tinggi tersebut, pikirnya.
Hatinya resah. Rasanya ia tak kuat bila terus berada di sana. Bila ia pulang kampung, meskipun sulit, tapi di sana ia masih bisa berjualan kecil-kecilan seperti dulu. Membuat aneka cemilan dan dititipkan di warung-warung. Meskipun hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, setidaknya ia masih bisa hidup dengan layak. Tidak seperti di sini. Bahkan untuk mendapatkan uang seribu rupiah saja rasanya sulit sekali.
Tin tin tin
Tiba-tiba terdengar suara klakson yang ditekan berkali-kali membuat Giana tersentak.
"Mbak, ojeknya, Mbak?" ucap seseorang yang berada di atas motor. Mata Giana mengerjap kemudian membulat.
"Eh, Mas Ojek?" ucapnya terkejut saat melihat sosok laki-laki yang sedang mengenakan jaket hitam. Celana yang ia kenakan tidak belel lagi. Terlihat lebih rapi malah. Bahkan motornya juga tampak berbeda.
"Kamu mau narik ojek dengan motor kayak gini?" Bukan tanpa alasan, laki-laki yang tak lain adalah Albirru itu mengendarai Jupiter MX yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga jok belakang jadi lebih tinggi. Bagian depan dipasangi visor dan lampu-lampu yang membuatnya terlihat lebih aesthetic. Padahal motor model lama, tapi kini justru terlihat lebih keren dan gagah.
Albirru hendak menggaruk kepalanya. Saat teringat ia sedang mengenakan helm, Albirru terkekeh. Giana yang melihatnya pun ikut terkekeh.
"Untuk menarik penumpang, Mbak. Kan kalau terlihat keren gini, pasti banyak yang tertarik naik 'kan. Yang lain mah lewat. Lewat jalan lain maksudnya," seloroh Albirru yang diangguki Giana. Giana menyeka keringatnya yang bercucuran. Albirru terpana melihat itu. "Jadi gimana? Mau naik nggak?" tawar Albirru lagi.
Karena hari sudah tengah hari. Belum lagi matahari sedang terik-teriknya, Giana pun akhirnya setuju. Entah mengapa ia merasa tubuhnya benar-benar lelah. Padahal ia sudah biasa bekerja tanpa henti. Tapi beberapa hari ini ia memang merasa kurang enak badan.
"Boleh. Ayo!" Tadi karena ia baru saja mengantar Alma yang terburu-buru harus ke tempat meeting, jadi ada helmnya di sana. Ia pun memberikan helm itu pada Giana.
"Terima kasih," ucap Giana yang kemudian naik ke jok belakang. Albirru baru saja hendak melajukan motornya ke arah jalan di mana ia menurunkan Giana sebelumnya. Namun, saat sadar, Giana pun menyergah.
"Eh, Mas, maaf, aku pulangnya nggak ke situ lagi."
"Ya, apa?" Albirru kurang bisa mendengar suara Giana. Ia pun membuka sedikit kaca helmnya. "Apa?"
"Itu ... aku nggak pulang ke sana lagi."
"Lho ... Jadi ke mana?"
"Ke rusun yang ada di jalan xxx itu, Mas tau 'kan?"
Albirru tampak berpikir. Ia pun mengangguk. Lalu dalam hitungan menit, ia pun memutar motornya di tikungan yang ada kemudian segera melajukan motornya ke arah yang Giana instruksikan.
Tak lama kemudian, motor yang Albirru kendarai telah tiba di depan rusun yang Giana maksud. Rusun itu terlihat seperti bangunan tua yang kurang terawat. Namun, rusun itu terlihat penuh. Albirru menghela nafas panjang melihatnya.
"Jadi sekarang kamu tinggal di sini?"
"Iya," jawab Giana singkat sambil mengeluarkan uang dari dompet kecil yang biasa digunakan untuk perhiasan. Albirru masih menatap bangunan tersebut. Ia pikir mungkin Giana sudah tidak bekerja di rumah itu lagi. "Ini Mas, uangnya. Terima kasih, ya," ucap Giana sambil menyerahkan uang 10 ribu rupiah.
Albirru menerimanya dengan senyum lebarnya. Ia menyimpan uang itu di saku jaketnya. Setelah itu, Giana pun segera berpamitan untuk masuk sebab kepalanya sedang benar-benar sakit. Albirru pun bisa melihat itu dari ekspresi wajah Giana yang tampak meringis. Setelah Giana benar-benar masuk, Albirru pun segera berlalu dari sana.
...***...
...Maaf, belum bisa update cerita Artha Djiwa dulu, ya, Kak. Mungkin besok juga belum bisa soalnya ada kerjaan. Terima kasih sudah mampir. 🥰🥰🥰...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
untung saja giana hamil setelah berpisah denganmu, karena anak gia pun males tinggal bersama keluarga toxic 🤪
baik hanya karena ada mau nya saja..
😠😠😠😠🤬🤬🤬🤬
gak ingat apa kekejaman dan kesombongan mu dulu ma Giana
😆😆😆😆
untung adikmu tidak mendapatkan karma itu...