sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11: Dukungan yang Tak Terduga
Amelia merasa terpojok setelah insiden di gudang yang nyaris merenggut nyawanya dan Laras. Ketika semua tampak suram, harapan baru muncul dalam wujud seorang detektif bernama Armand.
Pria itu membawa petunjuk penting tentang skandal besar yang selama ini Amelia kejar, sekaligus memperingatkan tentang ancaman yang lebih berbahaya dari sekadar perusahaan farmasi.
......................
**Kafe Kecil di Pinggiran Kota, Sore Hari**
Di sudut sebuah kafe sederhana, Amelia duduk dengan pandangan gelisah. Matanya sesekali melirik ke arah pintu masuk, memastikan tak ada yang mencurigakan.
Di depannya, Laras masih memegang lengan yang diperban. Rasa lelah dan trauma dari malam sebelumnya masih tergambar jelas di wajah keduanya.
Suara lonceng kecil berbunyi ketika pintu kafe terbuka. Seorang pria tinggi mengenakan jas abu-abu masuk, memindai ruangan dengan pandangan tajam. Setelah beberapa saat, ia berjalan mendekati meja Amelia dan Laras.
Armand: (sambil mengangguk)
"Dr. Amelia. Saya Detektif Armand. Maaf baru menghubungi Anda sekarang."
Amelia mengerutkan kening. Ia tidak ingat pernah meminta bantuan dari detektif, apalagi seseorang seperti pria ini.
Amelia: (dengan nada hati-hati)
"Anda dari polisi? Bagaimana Anda tahu saya butuh bantuan?"
Armand menarik kursi, duduk dengan tenang sambil membuka sebuah map kecil yang ia bawa.
Armand:
"Saya sudah menyelidiki kasus Dr. Farid sebelum dia meninggal. Saya tahu Anda melanjutkan apa yang dia mulai. Saya juga memantau aktivitas perusahaan farmasi itu. Kematiannya tidak wajar, dan saya yakin Anda juga tahu itu."
Laras, yang sejak tadi hanya diam, mendengus sinis sambil menyilangkan tangan.
Laras:
"Kalau Anda tahu semua ini, kenapa baru muncul sekarang? Kami hampir mati semalam karena dikejar-kejar orang-orang mereka."
Armand tetap tenang, tidak terprovokasi oleh nada tajam Laras.
Armand:
"Saya harus memastikan satu hal lebih dulu: bahwa Anda berada di pihak yang benar. Banyak orang mencoba memanfaatkan situasi seperti ini untuk keuntungan pribadi. Saya tidak mau mengambil risiko membantu orang yang salah."
Amelia mendengar jawaban itu dengan perasaan campur aduk. Ada rasa marah, tetapi juga pengertian. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara.
Amelia: (dengan tegas)
"Saya hanya ingin mengungkap kebenaran. Pasien-pasien saya adalah korban. Bukan saya, bukan Anda, tapi mereka. Kalau Anda bisa membantu kami, katakan apa yang Anda tahu."
Armand menatap Amelia sejenak, mencari ketulusan dalam matanya. Kemudian, ia menutup mapnya dan berdiri.
Armand:
"Kalian ikut saya. Ada sesuatu yang perlu kalian lihat."
......................
**Apartemen Armand, Malam Hari**
Amelia dan Laras mengikuti Armand ke sebuah apartemen sederhana di pinggiran kota. Interiornya bersih, tetapi penuh dengan dokumen dan papan besar yang dipenuhi catatan, foto, dan diagram hubungan antarorang.
Sebuah papan di dinding terlihat menonjol, menampilkan foto-foto pejabat rumah sakit, pengusaha, hingga petinggi perusahaan farmasi.
Armand membuka salah satu laci dan mengambil beberapa dokumen. Ia meletakkannya di atas meja dan mulai menjelaskan.
Armand:
"Ini adalah bukti transfer dana dari perusahaan farmasi ke anggota dewan rumah sakit. Uang ini digunakan untuk mempercepat persetujuan produk mereka, meskipun hasil uji klinis menunjukkan bahwa produk itu tidak aman."
Amelia menatap dokumen itu dengan teliti, matanya melebar saat mengenali pola yang sama seperti yang ia temukan di flash drive yang dicuri.
Amelia:
"Mereka memalsukan hasil uji klinis untuk membuat produk ini terlihat aman... Ini persis seperti yang saya temukan sebelum flash drive saya dicuri."
Laras, meski masih skeptis, tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Laras:
"Bagaimana Anda mendapatkan semua ini?"
Armand membuka laptop di meja kerjanya dan menunjukkan beberapa file digital yang dienkripsi.
Armand:
"Saya punya informan di perusahaan farmasi itu. Dia bekerja di bagian keuangan, dan dia sudah lama membantu saya mengumpulkan bukti. Tetapi sejak ancaman dari mafia muncul, dia berhenti memberi informasi."
Amelia terdiam mendengar kata "mafia." Ia menyadari bahwa skandal ini melibatkan lebih dari sekadar pejabat korup atau perusahaan serakah. Armand mematikan lampu ruang kerja, menyisakan hanya cahaya dari layar laptop yang memantulkan wajah mereka bertiga.
Armand:
"Kalian harus tahu, orang-orang ini tidak hanya kaya dan berkuasa. Mereka punya koneksi dengan mafia lokal. Siapa pun yang mencoba melawan mereka, berakhir... seperti Dr. Farid."
Amelia menggigit bibirnya, berusaha menahan emosi. Ingatan tentang kematian tragis Dr. Farid yang baginya adalah mentor dan teman membuat dadanya terasa sesak.
Amelia:
"Jadi ini bukan hanya tentang perusahaan farmasi? Ini jauh lebih besar daripada yang saya bayangkan."
Armand mengangguk pelan.
Armand:
"Benar. Mereka tidak segan menggunakan cara apa pun untuk melindungi kepentingan mereka. Kekerasan, ancaman, bahkan pembunuhan. Saya sudah lama memantau operasi mereka, tetapi untuk menjatuhkan mereka, kita butuh bukti yang lebih kuat."
Laras mulai terlihat cemas. Wajahnya memancarkan ketakutan yang berusaha ia sembunyikan dengan nada suara yang tajam.
Laras:
"Amelia, kau benar-benar yakin ingin melanjutkan ini? Kita berbicara tentang mafia, bukan sekadar oknum rumah sakit."
Amelia menatap Laras dengan mata penuh tekad.
Amelia:
"Jika kita berhenti sekarang, mereka akan terus melakukan ini. Pasien-pasien lain akan menjadi korban. Saya tidak akan menyerah, Laras."
......................
Armand, Amelia, dan Laras menghabiskan beberapa jam berikutnya untuk menyusun rencana. Mereka menyadari bahwa kunci utama untuk mengungkap skandal ini terletak pada server utama rumah sakit, tempat semua data pasien dan hasil uji klinis disimpan.
Armand:
"Pertama, kita butuh akses ke server utama rumah sakit. Ada data pasien yang bisa menjadi bukti kuat manipulasi hasil uji klinis. Tapi server itu memiliki keamanan tingkat tinggi."
Amelia: (dengan ragu)
"Saya hanya punya akses terbatas sebagai dokter. Bahkan itu pun hanya untuk data pasien tertentu."
Armand tersenyum kecil, tampak yakin.
Armand:
"Saya punya ahli teknologi yang bisa membantu kita. Dia bisa meretas sistem itu dari jarak jauh, tetapi kita harus berada di dalam gedung untuk menghubungkannya ke jaringan."
Laras menghela napas panjang.
Laras:
"Kau benar-benar membawa kami ke sarang serigala, Amelia."
Amelia mencoba mencairkan suasana dengan nada bercanda.
Amelia:
"Kita semua serigala sekarang, Laras."
Namun, ketegangan tetap terasa di udara. Ketika mereka hampir selesai merencanakan langkah berikutnya, ponsel Armand bergetar. Ia membuka layar, dan wajahnya langsung berubah serius.
Amelia:
"Ada apa?"
Armand memperlihatkan layar ponselnya. Sebuah pesan anonim muncul:
“Kami tahu kau membantu mereka. Ini peringatan terakhir. Berhenti, atau bayar dengan nyawamu."
Amelia membaca pesan itu dengan napas tercekat. Untuk pertama kalinya, ia menyadari betapa serius dan nyata ancaman yang mereka hadapi.
......................
Amelia duduk di kursi apartemen Armand, memandang ke arah Laras yang berusaha tertidur di sofa. Di luar, hujan mulai turun, membuat suasana malam semakin mencekam.
Dalam keheningan, Amelia memikirkan segala yang telah terjadi dari kematian Dr. Farid, pencurian flash drive, hingga ancaman yang sekarang terus menghantui mereka.
Armand, yang berdiri di dekat jendela, berbicara dengan nada pelan.
Armand:
"Kau masih punya waktu untuk mundur, Amelia. Kalau kau terus maju, ini tidak hanya soal nyawamu sendiri. Semua orang di sekitarmu akan menjadi target."
Amelia tidak langsung menjawab. Ia tahu apa yang dikatakan Armand ada benarnya. Tetapi dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa ia tidak bisa kembali sekarang. Ia memikirkan pasien-pasiennya, orang-orang yang telah menjadi korban dari keserakahan yang keji ini.
Amelia: (dengan suara pelan tapi tegas)
"Kita maju. Mereka mungkin bisa menghentikan satu orang, tapi mereka tidak bisa menghentikan kebenaran."
Armand mengangguk perlahan, mengakui keberanian Amelia meski tahu risiko yang ada.
Di kejauhan, sirene polisi terdengar samar-samar di tengah hujan. Perjuangan mereka baru saja dimulai.