Setelah dikhianati sang kekasih, Embun pergi ke kota untuk membalas dendam. Dia berusaha merusak pernikahan mantan kekasihnya, dengan menjadi orang ketiga. Tapi rencanya gagal total saat Nathan, sang bos ditempatnya kerja tiba tiba menikahinya.
"Kenapa anda tiba-tiba memaksa menikahi saya?" Embun masih bingung saat dirinya dipaksa masuk ke dalam KUA.
"Agar kau tak lagi menjadi duri dalam pernikahan adikku," jawab Nathan datar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERSIAPAN MENYAMBUT MENANTU
Pulang dari kerja, Rama mengerutkan kening melihat para asisten rumah tangga yang tampak repot. Tak hanya mereka, tapi sang ibu mertua yang duduk diatas kursi roda tak kalah sibuk. Beliau terlihat memerintah ini itu dan tak mau diam.
Sedangkan Navia, wanita itu justru kebalikannya. Dia duduk disofa ruang keluarga sambil bermain ponsel. Sesekali dia melihat keriwehan orang orang rumah sambil memutar kedua bola matanya malas.
Melihat suaminya datang, Navia segera beranjak dari sofa lalu mencium tangan Rama.
"Ada apa sih Yang, kayaknya sibuk banget?" tanya Rama.
"Sibuk mau nyambut pelakor," sahut Navia sinis.
"Pelakor?" Rama seperti tak paham, membuat Navia seketika geram.
"Selingkuhan kamu," tekannya.
Rama langsung melihat sekeliling. Untung tak ada orang didekat mereka. Bisa berabe kalau ada yang tahu dia punya selingkuhan, apalagi kalau sampai mertuanya tahu.
"Kamu kalau ngomong dijaga dong, gimana kalau ada yang denger?"
"Emangnya kenapa kalau ada yang denger? Orang kamu emang selingkuh." Navia berkacak pinggang sambil memelototi Rama.
Rama membuang nafas kasar sambil mengacak acak rambutnya. Navia sekarang bawaannya marah mulu padanya. Selain karena dia yang emang ketahuan selingkuh ditambah hormon kehamilan yang bikin moodnya naik turun.
"Awas ya Mas, kalau kamu masih berani macam-macam sama dia. Ingat, dia itu sekarang kakak ipar kamu," tekan Navia.
Rama meraih pinggang Navia lalu memeluknya dari samping. "Istri aku makin cantik aja kalau marah," goda Rama.
"Gak usah gombal," sahut Navia ketus.
Rama meletakkan telapak tangannya diperut Navia lalu mengusap pelan. "Sayang, mama marah-marah mulu nih sama papa. Bantuin papa bujukin mama dong." Rama melepaskan pelukannya, menunduk lalu mencium perut Navia. "Anak papa lagi ngapain didalam sana? Main bola apa boneka? Papa sayang banget sama kamu." Rama mencium berkali kali perut Navia hingga wanita itu menggeliat kegelian.
Puas mencium perut Navia, Rama kembali menegakkan badan dan menatap kedua netra istrinya tersebut. "Sama mamanya, juga sayang banget." Digombali seperti itu, Navia langsung meleleh. Tapi emang udah dasarnya Navia mudah luluh. Dia tak bisa lama lama marah pada Rama.
Rama mengikis jarak diantara mereka lalu mencium bibir Navia.
"Astaghfirullah."
Rama dan Navia langsung terkesiap mendengar suara Bu Salma. Keduanya kompak melepaskan pagutan bibir mereka. Wajah Navia maupun Rama merah padam karena kepergok mertua dan suster yang merawatnya.
"Kalau mau bermesraan dikamar, jangan disini. Dan kamu Navia, sejak tadi mama perhatiin kamu hanya sibuk main hp, gak mau bantu apa apa."
"Aku itu hamil Ma. Ya masak disuruh suruh."
Bu Salma membuang nafas berat sambil geleng-geleng. Dia merasa bersalah karena sejak kecil selalu memanjakan Navia. Hingga sekarang saat sudah dewasa, Navia jadi wanita manja, pemalas dan egois, mau menang sendiri.
"Mama gak nyuruh kamu buat ngerjain apapun. Tapi seenggaknya, kamu kan bisa ikut ngatur, ikut ngasih masukan. Mama itu gak tahu apa kesukaan kakak ipar kamu. Nathan bilang kalian sudah kenal. Senggaknya bantu kasih masukan, apa saja yang disukai Embun."
"Laki orang," celetuk Navia.
"Apa?" Bu Salma samar samar mendengar meski tak jelas. "Laki orang?" ulangnya.
Navia langsung gelagapan. Kakaknya sudah mewanti-wanti jangan sampai mama mereka tahu, tapi dia malah keceplosan. Begitupun dengan Rama, dia memberi kode melalui mata pada Navia agar tak bicara macam macam.
"Kamu bilang apa tadi, laki orang?" Bu Salma kembali bertanya dengan dahi mengkerut. Meski mengalami stroke dan tak bisa jalan, tapi pendengarannya masih normal.
"La-lauk maksud Navia Ma. Laa-uk ooodang. Ya, ya, la-lauk udang maksudnya," Navia tertawa tak jelas.
"Jadi kesukaan Embun udang. Kanapa tak bilang dari tadi. Kamu dan Kakak kamu itu sama saja, selalu tak mau bilang apapun sama Mama. Sampai nikahpun, gak bilang sama Mama." Bu Salma mendengus pelan. "Apa Mama ini sangat tidak penting buat kalian?" Mata Bu Salma mulai berkaca kaca.
Navia segera mendekati ibunya. Berlutut didepannya lalu memeluk pinggang wanita yang duduk dikursi roda tersebut.
"Mama itu sangat penting bagi kami. Tapi kami memang mau ngasih kejutan sama Mama. Bukankah Mama sangat ingin melihat Kakak menikah?" Navia mendongak menatap mamanya.
Bu Salma memang ingin sekali melihat Nathan menikah. Selian karena usianya sudah 32, Nathan juga tak pernah pacaran setelah putus dari Jihan 7 tahun yang lalu. Pria itu seperti masih mengalami trauma patah hati meski kejadiannya sudah sangat lama. Sampai sampai, dia tak mau lagi menjalin cinta.
"Kalau kami kasih tahu, Mama pasti bakalan sibuk," lanjut Navia. "Riweh mau nyiapin inilah, itulah. Kami gak mau Mama kecapekan terus sakit. Itu alasannya, bukan karena kami tak sayang atau karena mama tak penting. Mama belum lupakan, setelah acara pernikahan Navia, mama masuk rumah sakit. Karena apa coba? Karena Mama kecapekan dan terlalu banyak yang mama pikirkan. Makanya Kakak dan aku memutuskan buat gak bilang sama Mama."
Navia bangkit, menyeka air mata mamanya lalu mengecup pipinya.
"Iya, Mama paham," sahut Bu Salma.
"Sebaiknya sekarang Mama siap-siap. Ini udah sore, beberapa jam lagi, Kakak datang," ujar Navia. "Sus, bantu Mama bersiap," titahnya pada Suster Ida yang berdiri dibelakang kursi roda Bu Salma.
"Baik Nona," sahut suster Ida. Dia segera memutar kursi roda kearah kamar.
"Tunggu Sus, antar saya kedapur dulu. Saya mau ngasih tahu Bik Ijah buat masak udang."
Rama langsung melotot, dia tahu betul jika Embun alergi udang. Begitu Bu Salma pergi, Rama segera mendekati Navia.
"Bilangin sama art, jangan masak udang,"
"Kenapa?" Navia mengerutkan kening.
"Embun alergi udang."
Mata Navia langsung melotot, tapi sesaat kemudian, bibirnya melengkung ke atas.