"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26 Rendi Kecelakaan
Apa kamu belum makan, Nak?", tanya pak Karso penuh perhatian.
Iteung menggeleng pelan.
"Pantas saja, kamu terlihat lesu. Wahh,..
kebetulan tadi bapak habis belajar masak rendang. Mungkin hasilnya tidak seenak masakan Enah. Tapi ini yang buat bapak sendiri loh. Dicoba ya, Teung", ucap Pak Karso lemah lembut penuh perhatian pada Iteung.
Lia terus menatap Pak Karso dan juga Iteung secara bergantian. Hatinya cemas, jangan sampai Iteung makan makanan dari lelaki itu. Bisa celaka. Lia terus memutar akal bagaimana cara menyelamatkan Iteung.
Iteung tersenyum, menatap pak Karso penuh haru. Dia sangat senang mendapatkan perhatian dari majikannya itu.
Lia mendengus kesal menatap temannya. Ahhh,.... andai saja kamu tau, Iteung , wajah lelaki itu tak semanis yang kamu lihat. Di balik wajah cemas dan khawatir nya, ada niat jahat yang terselubung. Lelaki tua itu menginginkan kematian mu untuk di jadikan tumbal pesugihan nya,.... bathin Lia.
Tiba-tiba, Lia di kejutkan dengan bentakan ketus Pak Karso.
"Hei, kamu, kenapa malah bengong di situ. Cepat ambilkan piring..! Iteung mau makan!",
Lia beranjak dari duduknya dan mengambil sebuah piring yang ada di sana. Dia menghampiri Pak Karso dan meraih rantang yang diletakkan pak Karso tak jauh dari lelaki paruh baya itu.
Lia membuka rantang dan melihat isinya. Ada nasi putih di wadah paling atas dan rendang daging di wadah yang paling bawah.
Lia mengambil rendang daging dan meletakkannya di piring. Seketika, indra penciuman Lia mencium bau busuk yang sangat menyengat.
Lia tahu, bau busuk itu berasal dari daging rendang yang di bawa oleh pak Karso.
Lia baru mau mengambil nasi dan meletakkannya di piring..
"Paaak...! Pak Karso...!", teriak seseorang dari luar mes.
Lia, Iteung, dan Pak Karso saling tatap. Dahi ketiganya berkerut dan heran mendengar teriakan di luar mes.
Pak Karso langsung berdiri dan keluar dari kamar Iteung. Lia hanya duduk sembari menatap ke luar.
"Ada apa kamu berteriak - teriak memanggil ku, hah? Apa kamu pikir aku tuli!", bentak pak Karso pada karyawan nya yang tadi berteriak - teriak memanggil nya.
Wajahnya lelaki itu terlihat merah padam menahan amarahnya.
"Maaf,... Pak. Maafkan saya, tapi ini darurat. Ini gawat, Pak !", ucap karyawan itu dengan wajah pucat dan gugup.
"Gawat apanya?! Kalau bicara itu yang jelas!", bentak pak Karso yang kini emosi nya makin tersulut. Ada - ada saja, pikir Pak Karso. Panggilan karyawan itu tentu saja sudah mengganggu pekerjaan nya.
"Mas Rendi,.. Pak. Mas Rendi kecelakaan! Dia di tabrak mobil saat ingin menyeberang jalan tadi di depan rumah makan ", ujar karyawan itu mengabarkan hal yang mengejutkan lelaki itu.
"Hah, apa kamu bilang? Rendi kecelakaan?", teriak pak Karso. Lelaki paruh baya itu langsung berlari ke luar untuk melihat keadaan putranya.
"Astaghfirullahal a'zim,...", ucap Lia dan Iteung bersamaan.
Lia menoleh dan mengarahkan pandangannya ke rantang nasi yang di bawa oleh pak Karso tadi. Tiba - tiba, terbersit sebuah ide di benak Lia.
Grubraaang,......
Lia sengaja menyenggol rantang berpura pura karena kaget. Sehingga tanpa sadar rantang yang berada di sebelah Lia terjatuh ke lantai. Isinya yang berupa nasi dan rendang tumpah terbalik dan berhamburan keluar di lantai.
Iteung dan Lia terbelalak melihat isi rantang itu sudah berpindah ke lantai.
"Astaghfirullah, Lia. Kamu kenapa?", dengan mata melotot ke arah Lia.
Dia sedikit kesal karena tadinya dia ingin sekali makan rendang buatan Pak Karso yang di lihatnya sangat menggiurkan. Sekarang, semua itu hanya tinggal angan saja. Rendang daging sapi itu sekarang tumpah dan teronggok di lantai. Sungguh mengenaskan keadaan nya.
"Maaf, tadi aku nggak sengaja karena kaget aku kesenggol", ucap Lia. Matanya nanar menatap rendang daging sapi yang kini sudah teronggok di lantai. Bau busuk menguar dari rendang daging itu membuat Lia merasa mual. Sekuat hati, dia berusaha menahan agar tidak muntah di depan Iteung.
Mata Lia terbelalak ketika melihat rendang daging sapi itu kini bergerak - gerak. Lia menelisik rendang daging sapi itu lebih teliti.
Astaghfirullah, Lia berucap istighfar dalam hati. Yang dilihatnya tadi bergerak - gerak adalah belatung yang ribuan jumlahnya menutupi rendang daging hingga daging sapi itu sudah tak terlihat bentuknya lagi.
"Lihatlah sekarang, makanan ini jadi mubazir sekarang, Lia. Aku juga tidak jadi makan rendang, Lia", ucap Iteung dengan wajah kesal menatap ke arah rendang yang kini teronggok di lantai. Dia bermaksud untuk memungut kembali rendang daging tersebut siapa tahu masih bisa dimakan.
Lia langsung berdiri menghampiri Iteung. Dan langsung menjauhkan nasi dan rendang itu dari tangan Iteung.
"Sudah kotor, Teung.! Aku beliin kamu makanan ya?" ujar Lia panik.
Lia membungkus nasi dan rendang daging pemberian pak Karso menjadi satu bersama sampah lalu di ikat sekencang - kencangnya. Lia kemudian membuangnya ke tempat sampah dengan terburu - buru.
Lia juga mengepel lantai bekas tumpahan rendang tadi sampai bersih dan tak berbau lagi.
"Kamu tunggu sebentar disini, aku akan membeli nasi rendang untuk kita berdua", ucap Lia.
Lia bergegas lari ke luar mes menuju rumah makan Pak Karso. Dia membeli dua bungkus nasi dan rendang yang di bungkus terpisah. Setelah itu dia bergegas kembali ke mes dengan terburu - buru.
Lia memang membeli nasi dan rendang dari rumah makan Pak Karso. Tapi sebelum itu dia minta tolong pada suaminya untuk membuang segala hal yang berbau mistis dan klenik dalam makanan yang di belinya untuk dia dan Iteung karena Lia tak mau jika kelak dirinya dan Iteung menjadi korban pesugihan yang dilakukan oleh pak Karso. Pak Karso sungguh licik dan serakah. Dia tak segan untuk mengorbankan orang yang tak berdosa demi memenuhi ambisi dan keserakahan nya.
Setelah sampai di mes, Lia meletakkan nasi dan rendang tersebut ke dalam 2 piring terpisah.
Semua yang dilakukan oleh Lia membuat Iteung tercengang. Apa yang dilakukan oleh sahabatnya itu, pikir Iteung heran.
Bukan hanya Iteung yang heran dengan apa yang dilakukan Lia. Teman - teman kerjanya di rumah makan itu juga heran melihat Lia membeli dua bungkus nasi dan rendang karena setahu mereka tadi, pak Karso membawa rantang dari rumah nya tadi.
Lia terpaksa berbohong mengatakan jika dia juga ingin makan nasi rendang untuk dirinya sendiri dan tak enak meminta nasi Iteung karena takut sama pak Karso. Teman - teman nya percaya dengan alasan Lia. Lagi pula Lia membeli bukan meminta.
"Iteung, ini nasinya. Tolong jangan bilang pada pak Karso ya, aku takut nanti pak Karso marah atau lebih parah lagi memecatku", ucap Lia dengan wajah memelas.
"Hmm, iya ..", jawab Iteung.
Mereka berdua akhirnya makan bersama.
Sementara pak Karso sibuk mengurus Rendi yang kini sudah di bawa ke rumah sakit.
Tak ada satupun pekerja rumah makan di sana yang sempat menengok Rendi di rumah sakit. Bahkan Iteung saja yang katanya dekat dengan pemuda itu pun tak bisa menengok karena alasan kesehatan nya.
Malam harinya,...Lia selalu di temani oleh suami gaibnya Mahesa menghabiskan malam - malam panjang dengan penuh kehangatan cinta.
Lia seolah tak peduli, jati diri Mahesa yang seorang jin. Lia mencintai Mahesa setulus hati nya. Dia tak bisa mengatakan seperti apa ikatan dia dan Mahesa. Satu hal yang dia tahu, dia nyaman dengan pemuda jin yang tampan itu