Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampa.
Keesokan paginya, Lea berangkat sekolah, seperti biasanya, tapi tidak dengan kondisi biasanya, dia berangkat lebih pagi dan tidak bertemu siapapun pagi itu matanya sangat sembab sehingga siapapun yang melihat pasti tau dia habis menangis, karena ia berangkat sekolah memang masih pagi, sehingga sekolah pun masih sepi, dia berjalan menuju kelasnya, dengan langkah yang cepat, bahkan sedikit berlari.
Diapun duduk di kursinya, ia benar benar ingin mengeluarkan air matanya lagi, tapi sekuat tenaga ia tahan, ia tak boleh lemah, orang jangan sampai tau, masalah apa yang menimpanya, diapun melamun memikirkan bagaimana kedepan nya, ia akan tegar atau tidak, yang pasti tuhan yang tau semua ituu.
Tak berselang lama, ada orang yang masuk kedalam kelas tersebut, Lea tidak menatap orang yang masuk, dia melihat ke arah lain, karena ia takut air matanya jatuh.
"Assalamualaikum" ucap orang tersebut.
"Wa'alaikumsalam" ucap Lea, yang mulai mengenali suara orang yang masuk, mereka terdengar melangkah masuk kedalam.
"Haii Lea,"ucap Meidina yang duduk mendekati Lea, tapi tak ada sahutan sedikitpun dari nya. Meidina pun membalikan badan Lea menghadap nya.
"Heii, kamu kenapa nangis, mata kamu sembab," ucap Meidina, tampak panik.
"Iya Lea, kenapa," ucap Rea, yang tadi masuk bersama Meidina.
"Ga papa ko, cuman sembab aja, kurang tidur kaya nya," ucap Lea, mengalihkan, sebisa mungkin, ia tak ingin cerita apapun.
"Lea jujur, kenapa kamu sebenernya, ada masalah sama Artur," ucap Meidina, memegangi wajah Lea.
Lea menurunkan tangan Meidina, lalu dia berkata, "ga papa Mei, tenang aja, aku kurang tidur aja ko, ayo antar aku ke kantin, aku belom sarapan," ucap Lea, mengalihkan, mati matian menahan semuanya, ia mencoba tegar, ia belum kuat, untuk mengatakan banyak hal pada Meidina.
"Kok belom makan, terus tumben lagi, pagi pagi udah ke sekolah," ucap Meidina, memandang heran.
"Yah kebetulan, aku tadi berangkatnya emang pagi, karena buru buru," ucap Lea, beralasan.
"Oh, yaudah yu ke kantin, kasian banget belom sarapan, rea, mau ikut ga, ke kantin," ucap Meidina, mengajak rea.
"G akh, kamu aja, aku mau di kelas aja," ucap Rea, sambil duduk.
"Yaudah, aku ke kantin, sama Lea ya," ucap Meidina, lalu dia berjalan bersama Lea.
"Ya," ucap Rea.
Mereka berdua, berjalan keluar kelas.
"Lea, mening ke kamar mandi dulu aja, cuci muka, kamu kasian banget,aku beneran ga tega liatnya, biar aga segeran, tar orang ngiranya aku nangisin kamu lagi," ucap Meidina, menyarankan.
"Yaudah yu" ucap Lea, pasrah.
Merekapun ke kamar mandi dulu, lalu setelah ke kamar mandi, baru lah mereka menuju kantin, saat menuju kantin, mereka berpapasan dengan Renald, dia menyapa mereka di gerbang.
"Haii Lea, udah kamu udah di sini aja," ucap Renald.
"Iyaa, aku dari pagi," ucap Lea, cuek.
"Masa sih, ko aku ga liat kamu lewat, rumah ku," ucap Renald, memandang heran.
"Kamu belum bangun, kali," ucap Lea.
"Iya kali" ucap Renald.
"Udah lah ren, awas, jangan menghalangi, kita mau ke kantin," ucap Meidina, tampak kesal, Renald sejak tadi menghalangi.
"Yaudah, yaudah Mei, tuh silahkan lewat," ucap Renald, mempersilahkan.
"Iya bay" ucap Meidina, lalu berjalan menggandeng Lea.
Mereka berdua pun berjalan ke kantin, dan mulai belanja, setelah itu, mereka kembali ke kelas, dan berpapasan dengan karlina disana.
Sambil menuju kelas, mereka pun berbincang.
Lea melakukan aktifitas belajar seperti biasanya, tapi dia tidak se ceria biasnya, pikiran nya buncah.
Saat pulang sekolah, dia di antar oleh Mahatur, dia tidak banyak bicara, ketika di antar Mahatur, karena dia takut mengungkap semua kesedihan nya. Saat pulang kerumah, dia merasa hampa, biasnya dia sudah di sambut adiknya, munii, dan bermain bersama adiknya, tapi hari ini, dia sendiri dia kekamarnya, dan dia kembali menangis, selera makan nya juga hilang.
Dia mencoba menelpon ibunya, dan ternyata di angkat.
"Halo"suara di sebrang sana.
"Mama lagi apa,"ucap Lea dengan suara lemah.
"Halo Lea, ini mamah baru selesai beberes, mama mau nyari kerja," ucap bu Romlah.
"Oh gitu ya ma, Lea kesepian disini mah," ucap Lea, sambil terisak.
"Na, yang kuat ya, maafin mamah, ini bukan kemauan mamah, ini semua karena hutang hutang yang mama punya," ucap bu Romlah, sendu.
"Ga papa ma, Lea juga tau, mungkin ini yang terbaik, asalkan Lea bisa sekolah, semoga Lea bisa sukses nanti, bisa bantu mamah, biar mamah ga perlu ngutang lagi," ucap Lea, dengan suara bergetar.
"Iya Lea, mama pasti bakalan doain kamu, semoga sukses, kamu sekolah yang bener ya, sampai lulus, kamu yang sabar ya, kalau kamu ngerasa ke sepian, pergi ke rumah nene mu, ya nak," ucap bu Romlah.
"Iya ma, kalau gitu, Lea matiin ya telpon nya," ucap Lea, memilih menyudahi.
"Iya na, hati hati ya disitu, kunci kunci pintunya," ucap bu Romlah, menasehati.
"Iya ma pasti, assalamualaikum, " ucap Lea, sambil mematikan telpon nya, tanpa mendengar sahutan dari ibunya lagi.
...----------------...
Beberapa hari kemudian, Lea mulai tegar menjalani semuanya, dia berangkat dan pulang sekolah seperti biasanya, namun ketika pulang ia murung, ia tidak makan beberapa hari ini, ia hanya makan di sekolah saja, sore ini, setelah dia pulang, dia tak menangis seperti biasnya, dia mulai menerima yang terjadi, dia berpikir memang mungkin ini jalan terbaik tuhan, dan tuhan punya rencana lain.
Usai melaksanakan solat , tiba tiba pintu rumahnya di ketuk, sambil terdengar suara.
"Romlah buka, ngapain kamu di dalam aja," ucap bu Lilis, tampak emosi.
"Kenapa tante, " ucap Lea, saat membuka pintu.
Bu Lilis langsung masuk begitu saja.
"Mana ibu mu Lea, ko ga keluar keluar, tumben juga ade kamu ga ada maen, sama s bagas," ucap bu Lilis, lalu masuk mengelilingi rumah, "Romlah ayo keluar, bicara lah," ucap bu Lilis ke dapur," heh Lea, kenapa diam saja, mama mu ga ada, kemana dia," ucap bu Lilis, setelah tak menemukan ibu Lea.
"Udah tante, jangan keliling lagi, mama emang ga ada," ucap Lea, dengan tegas.
"Ga ada kemana, ko ga keliatan perginya, lagi nyari pinjaman kemana lagi dia, buat bayar hutang besok, dari pihak pnm, bakal nagih kan," ucap bu Lilis, dengan muka sombongnya.
"Ga tau Lea," ucap Lea, sengaja tak memberi tahu yang sebenarnya.
"Emang mama mu itu ga bilang apa, ke kamu lewat mana dia," ucap bu Lilis, masih memandang sekitar.
"Lea ga tau tante, jangan tanya tanya Lea lagi, udah ya tante, Lea mau istirahat dulu, ini udah sore juga," ucap Lea, pada bu Lilis.
"Yaudah lah istirahat, nanti kalau ada ibu kamu, bilang suruh kerumah, temuin tante," ucap bu Lilis.
"Iya tante," ucap Lea.
Bu Lilis pun pergi, dan Lea menutup pintunya. Lea lalu terduduk di lantai.
"Bu, apa ini alasan sebenarnya ibu pergi, besok ada yang menagih, sedangkan uang ibu tak ada, tapi kemarin ibu dapat pinjaman dari mana, bisa memberikan uang untukku, dan punya ongkos untuk berangkat ke kota," ucap Lea dalam hati sambil air matanya berlinang.