siapkan tisu sebelum membacanya ya geees.. cerita mengandung bawang 😅
" kamu harus menikah dengan Rayhan. Shena" ucap ibu lirih
"Kenapa harus Shena Bu? bagaimana dengan mas Arhan yang sedang berjuang untuk Shena?" aku menyentuh lembut jemari ibuku yang mulai keriput karena usia yang tidak muda lagi.
"menikahlah Shena. setidaknya demi kita semua, karena mereka banyak jasa untuk kita. kamu bisa menjadi suster juga karena jasa mereka, tidakkah ada sedikit rasa terima kasih untuk mereka Shena?"
ibuku terlihat memohon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KELAPA MUDA
Aku memandang Mas Rayhan yang terlihat serius dengan ponsel dan juga nota – notanya, mungkin dia lagi menghitung hasil kebun yang dia punya. Berulang kali dia menggaruk kepalanya dan tatapannya sangat serius tertuju ke kertas – kertas itu.
Aku letakkan botol air dan juga gelas yang aku bawa tadi di atas meja “Minumnya, Mas”
Dia hanya mengangguk tanpa menoleh. Aku tidak mau mengganggu pekerjaannya dan aku memilih untuk duduk di depannya.
“Mau rujak Ray? Ibu yang buat tadi” ucap Ibu yang baru datang sambil meletakkan piring berisi rujak di atas meja.
sekilas Mas Rayhan melirik ke arah rujak yang di bawa Ibu. Ibu ikut duduk di sebelah Mas Rayhan dan melihat apa yang putranya itu lakukan.
“Punya Ibu dapat berapa?” tanya Ibu sambil menoleh ke arah nota itu.
“Lima ton Bu, sedikit menurun panen kali ini” jawab Mas Rayhan
“Alhamdulillah, masih rejeki” ucap ibu sambil tersenyum. “Kamu ikut muat?” tanya Ibu sambil menyentuh kaos Mas Rayhan yang basah oleh keringat.
“Ya, bu sambil cari keringat” jawabnya.
“Keringat kok di cari, aneh – aneh saja” ucap Ibu terkekeh. “Shena ingin menemui Ibunya. Kamu antar lah dia nanti”
“Nggak jadi Bu, lain kali saja “ Sahutku sambil tersenyum
“Lhoh kenapa?” tanya Ibu sambil mengerutkan dahi
Aku memandang Mas Rayhan yang sempat memperhatikanku. “Lain kali saja Bu. Mas Rayhan sepertinya lelah”
“Sudah biasa juga begitu, Shen” sahut Ibu.
Aku berusaha memahami suamiku yang kelihatan sangat kelelahan.
“Mandi dulu, nanti baru lanjut. Kamu sangat Bau” ucap Ibu sambil memukul pelan punggung Mas Rayhan.
Aku sempat terkekeh melihat Ibu memperlakukan putranya itu. Setelahnya aku langsung terdiam setelah mas Rayhan memperhatikanku dengan tatapan datar andalannya. Walaupun tatapannya tidak setajam dulu tapi tetap saja mata elang Mas Rayhan kelihatan horor. Aku nggak mau dia marah lagi, walaupun hanya sekedar tawaku mungkin membuatnya nggak suka.
“Kamu mau ke rumah Ibu?” tanya Mas Rayhan
Aku menatap Mas Rayhan yang sudah serius menatapku pula “Tidak jadi Mas. Lain kali saja. Kalau kandunganku sudah sehat aku bisa pergi sendiri” jawabku
Mas Rayhan membereskan beberapa nota yang berada di meja. Setelahnya melangkah menuju ke kamar. “Bersiaplah, aku mandi dulu” ucapnya
“Kita ke rumah Ibu mas?” tanyaku memastikan
“Hm” dia berdehem dan masuk ke kamar
Aku merasa bahagia sekali, ingin rasanya aku loncat kalau nggak ingat kandunganku lemah. Aku langsung melangkah dengan semangat ke kamar, aku mengganti pakaianku dan menunggu Mas Rayhan selesai mandi.
Aku memakai gamis berwarna pastel, ku elus perutku yang masih rata dengan perlahan. Sebentar lagi perutku akan membesar dan gamisku ini tidak akan muat lagi.
Aku tersenyum membayangkan jika saja mas Rayhan bisa lebih baik lagi sikapnya kepadaku. Aku tidak akan menuntut banyak darinya, asal dia berubah dan bisa bersikap lebih baik lagi aku akan sangat bersyukur.
Aku memandang pantulan tubuhku di cermin, membenarkan kerudungku dan membayangkan perutku sebentar lagi akan membesar.
“aku bakal jelek sepertinya. Tapi, aku sangat bersyukur telah diberi kepercayaan oleh Allah” aku mengelus perutku lagi dan aku tersenyum bahagia kali ini. Alhamdulillah sedikit demi sedikit keadaan rumah tanggaku berubah lebih baik.
Aku memandang Mas Rayhan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Aku memilih keluar dari kamar agar mas Rayhan bisa berganti baju.
“Cantik bener menantu Ibu nih, jadi kamu ke rumah Ibumu?” tanya Ibu yang sedang menonton Tv
“Iya Bu. Mas Rayhan mengajak saya ke rumah Ibu”
“Syukurlah, Ibu senang” ucap Ibu sambil memandangku
Aku duduk di sebelah Ibu sambil menunggu Mas Rayhan. Tak berapa lama Mas Rayhan keluar, dia terlihat tampan. Entah kenapa kali ini aku melihat suamiku itu terlihat berbeda. Mungkin karena aku lagi bahagia.
“Ada orang sepertinya” ucap Ibu tiba – tiba sambil menoleh ke arah pintu. “Biar Ibu saja, mungki orang mau ambil uang gajinya” Ibu melangkah keluar sambil di susul oleh mas Rayhan.
Aku mengikuti mereka dan memperhatikan mereka mengobrol dengan beberapa orang. Para pekerja yang mau ambil gaji mereka. Dan ada juga bapak – bapak yang mau ambil uang hasil jual cengkehnya karena Mas Rayhan juga membeli hasil panen para warga di sini.
“Dengar – dengar Nak Shena lagi hamil ya?” tanya salah satu bapak – bapak itu.
“Alhamdulillah Pak” jawab Mas Rayhan sambil tersenyum
“Alhamdulillah, selamat ya Nak Shena, Mas Rayhan. Semoga sehat selalu, sehat selamat sampai lahiran nanti”
“Aamiin”
“Sudah kalian pergilah mumpung masih sore, biar ini ibu yang urus” titah Ibu.
“Mau kemana Bos?” tanya salah satu pekerja Mas rayhan.
“Mau ke rumah Mertua, kalian atur saja semuanya ya, nanti malam harus sudah berangkat ke pabrik” ucap Mas Rayhan kepada pekerjanya itu.
“Oke Bos”
“Mbak Shena, hati – hati ya” ucap mereka sambil melambaikan tangan
Aku tersenyum dan mengangguk, sekilas Mas Rayhan melotot ke arah mereka seketika mereka terkekeh dan langsung melangkah mengurus mobil buah yang berjejer di halaman rumah Ibu. Apa Mas Rayhan cemburu aku di sapa mereka? Ah aku nggak boleh terlalu percaya diri.
“Mas, kenapa tidak bawa motor saja?” tanyaku.
“Nanti perutmu kram, kalau terkena angin”
Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju mobil. Seperti yang di katakan Ibu tadi, kami harus membawa mobil biar aku nyaman dan tidak kelelahan. Padahal hanya butuk lima belas menit menuju rumah ibuku. Aku pergi sendiripun tidak masalah juga.
Di perjalanan Mas Rayhan membeli banyak oleh – oleh, makanan dan juga buah – buahan. Aku tidak minta sedikitpun
Aku menatap jendela mobil, melihat ada beberapa orang berjualan, ada yang jual buah dan makanan – makanan.
Pandanganku tiba – tiba tertuju pada penjual kelapa muda yang sedang mangkal di pinggir jalan. Aku tersenyum sambil mengelus perutku, seketika aku merasa ingin menikmati kelapa muda di pinggir jalan itu.
Aku memperhatikan Mas Rayhan yang lagi fokus nyetir. Aku ingin memintanya berhenti, tapi aku canggung dan tidak memiliki keberanian. Aku kembali mengurungkan niatku.
Tiba – tiba mas Rayhan menghentikan mobilnya “Kenapa berhenti Mas?” tanyaku heran
“Aku haus” ucapnya
Aku hanya menunggunya di dalam mobil melihat Mas Rayhan memesan kelapa muda. Dia menyuruhku turun.
Aku segera turun dan mendekatinya. “mau minum di sini apa sambil jalan saja?” tanyanya
“Sambil jalan saja mas, panas disini” jawabku
“Mbak Shena sedang hamil ya?” tanya penjual kelapa muda yang memang kami saling kenal itu.
Aku hanya tersenyum menjawabnya
“Oalah, pantes beda banget auranya. Tambah cakep mbak Shenanya”
Aku merasa malu mendapat pujian itu
“ini mas kelapa mudanya” penjual itu memberikan pesanan kami berdua
paling yaah jealous 2 dikit laaah
manusiawi kok...
biar si Rayhan 'lupa' pd naila..
kini dia hrs menjaga shena, masa depan nya
apa aj itu isinya????
wkwkwk
stlh shena sembuh,
gugat cerai ajalah si Rayhan...
Kdrt pun...
hahhh.
walaupun cerai itu boleh tp ttp dibenci.Alloh....
dan shena masa depanmu..
Ray...
bisakah kamu membedakannya?
bukan berarti kamu hrs melupakan Naila...
pria bermuka dua