NovelToon NovelToon
My Love Story

My Love Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Cintapertama / Teen School/College
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rian solekhin

"Apakah aku ditakdirkan tidak bahagia di dunia ini?"

Ryan, seorang siswa SMA yang kerap menjadi korban perundungan, hidup dalam bayang-bayang keputusasaan dan rasa tak berdaya. Dengan hati yang terluka dan harapan yang nyaris sirna, ia sering bertanya-tanya tentang arti hidupnya.

Namun, hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan seorang wanita 'itu' yang mengubah segalanya. Wanita itu tak hanya mengajarinya tentang kekuatan, tetapi juga membawanya ke jalan menuju cinta dan penerimaan diri. Perjalanan Ryan untuk tumbuh dan menjadi dewasa pun dimulai. Sebuah kisah tentang menemukan cinta, menghadapi kegelapan, dan bangkit dari kehancuran.

Genre: Music, Action, Drama, Pyschologycal, School, Romance, Mystery, dll

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rian solekhin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Harapan

Hujan deras mengguyur tak berhenti, air membasahi tanah yang sudah becek, genangan air di mana-mana. Ryan masih terdiam di sana, tubuhnya nyaris tak bergerak, hanya sedikit gemetar karena dingin. Dari jauh, Hana melihatnya. Perasaannya campur aduk antara cemas dan takut. Sejak tadi, ia mencoba mengikuti Ryan, tapi kehilangan jejaknya saat harus membeli payung.

"Ryan," gumamnya pelan, tak ada yang mendengar selain dirinya. Langkahnya semakin cepat, rasa cemas terus merayap dalam dadanya. 'Apa yang terjadi padanya?' pikir Hana. Ia mempercepat langkahnya, tak peduli bahwa payung yang dibelinya kini terabaikan, tertinggal entah di mana.

Semakin ia mendekat, semakin nyata pemandangan yang membuat hatinya terhenyak. Di sana, di gang sempit dekat jalan utama, Ryan terbaring lemas. Wajahnya pucat, pakaiannya basah kuyup, dan lumpur menempel di mana-mana. Tidak ada teriakan dari Hana, hanya rasa panik yang mengguncang hatinya.

Tanpa pikir panjang, Hana berlari mendekat. Tangannya gemetar saat dia berlutut di samping Ryan. Payung yang seharusnya melindunginya dari hujan, terlupakan. "Ryan..." suaranya hanya bisikan di antara gemuruh hujan yang membanjiri jalanan.

Matanya menyapu tubuh Ryan yang tak berdaya, napasnya tertahan. Ryan masih bernapas, meski terengah-engah. Matanya setengah terbuka, namun pandangannya kabur. "Hana?" gumamnya dengan suara lemah yang hampir tak terdengar di tengah hujan deras.

"Iya, ini aku," jawab Hana cepat, suaranya penuh kekhawatiran yang ia coba sembunyikan. "Kamu terluka. Apa yang terjadi?"

Ryan menggerakkan kepalanya sedikit, mencoba menghindari tatapannya. "Bukan urusanmu..." kata-katanya terdengar samar, seolah ia sedang berjuang untuk berbicara.

Hana mengernyitkan dahi. "Kau perlu bantuan. Biarkan aku membantumu."

Ryan menggertakkan gigi, berusaha bangkit tapi gagal. Tubuhnya tak merespon seperti yang ia inginkan, dan akhirnya, ia menyerah pada gravitasi. Namun, Hana tidak membiarkan dia tetap tergeletak di sana. Ia mencoba membantu Ryan berdiri, walaupun berat, beban tubuh Ryan lebih dari yang ia perkirakan.

"Berhenti," desis Ryan, nadanya tajam namun lemah. "Aku bisa sendiri."

"Jangan bodoh," kata Hana, menarik Ryan berdiri meskipun ia hampir jatuh sendiri. "Kau hampir pingsan."

Ryan menahan diri, mencoba melawan keinginan untuk memaksa dirinya menjauh dari Hana. Ia merasa lemah, terlalu lemah, bahkan untuk sekadar menolak bantuan seseorang yang selama ini hanya bersikap baik padanya. Tetapi di dalam pikirannya, suara-suara menuduh itu tidak mau hilang. 'Kenapa dia harus melihatku dalam keadaan begini?'

Mereka berdiri bersama di bawah hujan, basah kuyup, tanpa payung. Hanya keheningan yang berbicara di antara mereka.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya Hana, nadanya berubah lebih lembut, tetapi penuh perhatian.

"Itu bukan urusanmu," jawab Ryan dingin, menatap ke tanah yang basah. Suaranya hampir tenggelam oleh suara air yang menetes dari atap-atap bangunan di sekitar mereka. Ia tahu, jika Hana terlibat lebih jauh, hal itu hanya akan membahayakannya.

Namun, Hana tidak menyerah. "Kau tidak harus menghadapi ini sendirian," ucapnya, suaranya penuh ketulusan yang membuat hati Ryan terasa semakin berat.

"Sudah kubilang, ini bukan urusanmu," desak Ryan, nadanya tajam namun rapuh.

Mereka berjalan bersama, meninggalkan gang itu dalam hening. Hana berjalan di sampingnya, meskipun Ryan berusaha menjaga jarak. Hujan masih turun deras, menciptakan tirai air yang menutupi jalanan sepi. Tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut mereka, hanya langkah kaki yang terdengar samar di antara tetesan hujan.

Saat mereka tiba di persimpangan, Hana berhenti. "Rumahku di arah sana," ujarnya sambil menunjuk jalan kecil di sebelah kanan. "Kau bisa datang kalau butuh sesuatu."

Ryan berhenti, tapi tak menatap Hana. "Aku akan baik-baik saja," jawabnya, suaranya hampir tak terdengar.

Hana tetap menatapnya, berharap Ryan akan mengatakan sesuatu. Namun, Ryan tetap diam, tak ingin menunjukkan perasaannya yang sebenarnya. Akhirnya, Hana menghela napas. "Ryan, kau tidak sendirian, kau tahu?" Ia mengulurkan tangan, menyentuh kepala Ryan dengan lembut.

Ryan meneguk ludah, terkejut oleh sentuhan lembut yang terasa asing baginya. Ia tak ingat kapan terakhir kali seseorang menunjukkan perhatian seperti itu. Tapi perasaan itu, hangat namun menusuk, membuat dadanya terasa semakin sesak.

"Kenapa kau melakukan ini?" bisik Ryan, suaranya hampir hilang di antara suara hujan.

Hana tersenyum tipis, menatapnya dengan penuh ketulusan. "Karena kau tidak harus menghadapi ini sendirian," ulangnya, kali ini lebih pelan.

Ryan merasakan air mata menggenang di matanya. Ia mencoba menahannya, menekan perasaannya agar tidak terlihat lemah di depan Hana. Namun, air mata itu akhirnya jatuh, bercampur dengan air hujan yang membasahi wajahnya. Ia merasa begitu terpuruk, begitu hancur, namun ada sesuatu yang hangat di dalam hatinya, sesuatu yang belum ia sadari sebelumnya.

Mereka berdiri dalam diam, hanya hujan yang terus mengguyur tanpa henti, menyelimuti mereka dalam tirai air yang melenyapkan dunia luar. Ryan tak tahu harus berkata apa, hatinya bergejolak, takut sekaligus berharap.

Ryan mencoba menenangkan dirinya, tapi air mata terus jatuh, bercampur dengan hujan yang masih membasahi wajahnya. Tangisnya tak bisa tertahan lagi, meskipun dia benci terlihat lemah seperti ini. Hana tetap diam di sampingnya, tak memaksa. Ia tahu Ryan butuh waktu.

"Kenapa harus seperti ini?" Ryan akhirnya membuka mulut, suaranya serak, hampir tak terdengar. "Aku... aku hanya ingin melupakan semuanya. Tapi kenapa rasanya makin sulit?"

Hana menatapnya tanpa menginterupsi, membiarkan Ryan berbicara. Dia tahu, di balik sikap dingin dan tertutup Ryan, ada banyak luka yang belum sembuh.

"Aku ingin lari... menjauh dari semuanya. Masa lalu itu, kenapa terus membayangi?" suara Ryan terdengar semakin lirih, seperti berbicara pada dirinya sendiri, bukan kepada Hana.

Tangannya mengepal, kuku-kukunya menekan kuat ke telapak tangan, mencoba menahan rasa sakit. "Aku ingin... melupakan semuanya. Tapi mereka, orang-orang itu, mereka tidak biarkan aku pergi. Aku terus diseret kembali..."

Ryan berhenti, menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dia menyadari dirinya sudah terlalu jauh membuka luka lama. Dengan cepat, dia menyembunyikan lagi perasaannya yang berantakan. "Lupakan saja," katanya tiba-tiba, suaranya kembali datar. "Itu bukan hal yang penting."

Hana mengerutkan kening, tidak yakin apa yang baru saja ia dengar. "Tapi, Ryan-"

"Sudah cukup," potong Ryan tajam, meski suaranya masih sedikit bergetar. Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba menghapus sisa air mata yang masih mengalir. "Aku... aku hanya lelah."

Hana menunduk, tak ingin memaksa lebih jauh. Ia bisa merasakan betapa rapuhnya Ryan saat ini, meskipun dia berusaha keras menutupi rasa sakitnya.

Mereka berdiri di sana, terbungkus oleh keheningan yang hanya diisi oleh suara rintik hujan yang mulai mereda. Langit yang sebelumnya gelap perlahan-lahan mulai terbuka. Cahaya matahari sore menerobos awan-awan kelabu, menembus rintik hujan terakhir, menciptakan semburat hangat yang menyinari mereka.

Hana mendongak, matanya mengikuti sinar cahaya yang jatuh tepat di wajah Ryan. Pemandangan itu terasa seperti jeda dalam badai emosi yang barusan terjadi. Cahaya lembut yang menyinari mereka menciptakan kontras dengan kegelapan yang baru saja mereka lewati.

Ryan menatap cahaya itu dengan mata lelah. Ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. "Hana... terima kasih," ucapnya pelan, hampir berbisik. Ia tak ingin melanjutkan kalimatnya, tapi di dalam hati, ia tahu momen ini tak akan pernah ia lupakan.

Hana tersenyum kecil, samar tapi tulus. "Aku ada di sini," jawabnya dengan lembut.

Hujan kini benar-benar berhenti. Genangan air di tanah memantulkan langit sore yang perlahan mulai memerah. Hana dan Ryan tetap berdiri di sana, membiarkan momen itu berlalu, tahu bahwa di antara derita dan kekacauan, selalu ada momen kecil yang tak terhapuskan.

Bagi Ryan, walau hanya sejenak, ia merasa lebih ringan. Tepat di saat ia hampir tenggelam dalam kegelapan, Hana hadir, memberikan secercah cahaya yang tak pernah ia sangka bisa ia temukan lagi.

...----------------...

susah loh buat adegan ini🤧

1
TAG
semangat der.. keren loh bahasanya
TAG: oke tapi gak sampe langsung tamat ya wkwk
RYN: baca aja weeh, gak usah mikir/Proud/
total 4 replies
TAG
belum 5 menit /Grin/
RYN: apanya?
total 1 replies
TAG
belajar silat harusnya si ryan/Grin/
Emi Lia Wulandari
lanjuttttt .. semangat kak
Emi Lia Wulandari: sama kak.. aku kadang nulis juga gitu🤣🤣🤣
RYN: thanks udah support walaupun nulis ni Bab setengah turu/Facepalm/
total 2 replies
Emi Lia Wulandari
semangat thor
putri cobain 347
absen kak 🙏🙏
TAG
Oke sih. tapi harus banyak mikir kalo baca yang puitis gini /Smile/
TAG: Ok gw ikutin
RYN: pelan-pelan aja... btw nanti kedepan nya banyak dialog nya/CoolGuy/
total 2 replies
TAG
titiknya satu aja sih kayanya
RYN: makasih udah ngasih tau
RYN: wkwk ketinggalan koma nya/Facepalm/
total 2 replies
nao chan
wah novel tentang pembulian seru juga
RYN: jangan lupa ninggalin jejak like nya/Proud/
total 1 replies
putri cobain 347
absen kk
RYN: oke, semangat/CoolGuy/
total 1 replies
Cherry
Justru enak pake titik koma yang jelas. Kalau ga pake, bacanya capek ga ada jeda. 😁
RYN: jangan berlebihan please/Facepalm/ gak nyambung itu
total 1 replies
Cherry
Kalau aku kadang malah dikobok pake tangan. Jorok 😂
Cherry: Ok ok
RYN: siap. Besok udah selesai tenang aja./Proud/ file jya masih progres ku revisi.
total 9 replies
Cherry
So farr.. aku suka sama ceritanya. Penuh motivasi dan filosofi hidup yang mendalam. BTW, dah coba dengar lagu Jepang belum? Terutama genre alternatif rock 😁
RYN: ya... BTW say suka beberapa lagu Jepang judul nya 'aimyon—anone', 'Yuika—Sukidakara' dan 'mosawo—koiiro'

sudah setengah tahun saya jatuh cinta pada 3 lagu itu
Cherry: Karyaku juga belum bener, tapi kamu dah baca. Makasih ya
total 4 replies
Cherry
Belum ada adegan dia minum cokelat panas, sudah tersedak. Mungkin kalau sebelumnya di jelasin seperti “ia meminum cokelat panas sambil menunggu pertanyaan berikutnya, juga untuk menghilangkan ketegangan di hatinya,” bakal lebih nyambung untuk adegan berikutnya yang tersedak itu. 😁
RYN: lupa kirim kayak nya versi full revisi nya, karena 3 kali revisi/Frown/
total 1 replies
Cherry
Itu bukan tebak-tebakan.. tapi sejenis Truth or Dare hanya saja ga ada tantangannya, cuma kejujuran. 😁
Di novelku juga ada permainan seperti itu, judul chapternya “Truth to Truth. Tapi beda fungsi, bukan untuk main atau bersenang-senang. 😂
RYN: terinspirasi dari berbagai manhwa sih/Sweat/ kayak manhwa 'The Girl From Random Chatting'
total 1 replies
Cherry
Kyk aku.. 24 jam, musik apapun selalu terngiang. Mau saat dengar musik atau enggak, selalu nempel dibenak. Walau ga keingat lagu, ya pikiran ramai dengan masalah atau ide-ide novel atau gambar lainnya. Pokonya isi kepala ga pernah tenang. 😁
Cherry: Tapi bikin ga fokus, kadang. 😁
RYN: saya menulis juga pake musik agar dapat momen nya/Sweat/
total 2 replies
Cherry
Pulang-pulang, emaknya ngambek. Ya, ga tau kenapa aku merasa walau terkesan cuek ibunya MC tetep peduli sama anaknya. Buktinya tetep nyiapin sarapan, bekal makan siang, dan nanyain keadaan anaknya di sekolah. Mungkin aja kalau tahu anaknya ga pulang, bakal habis dimarahin. 😁
RYN: Nah di sini letak Mistery nya, bakal ku buat rumit. clue nya bunuh diri. silahkan berfantasi.
total 1 replies
Cherry
Ini kan dah pernah dibahas di episode dia duduk di taman sekolah. Kenapa Hana nanyain musik lagi? Dia lupa kah?
RYN: yah telat./Sweat/ udah ku revisi lagi untuk ke sekian kali nya.

kalau gaya tulisan ku aneh di bawah itu. sebenernya habis nulis, harus totalitas jangan ada celah. aneh pas gw baca jir/Facepalm/
Cherry: Ga perlu sempurna, yang penting jadi.
Kelamaan nunggu sempurna mah, ga bakal pernah beres.
total 3 replies
Cherry
Beneran Chopin dong.. 😂
Cherry
Ini juga, ketulis dua kali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!