Yovandra Askara, seorang duda beranak satu. Dia merupakan seorang CEO muda perusahaan Yovan Group. Tak pernah Yovan berpikir untuk kembali menikah, tetapi putra nya terus meminta ibu darinya.
Sampai akhirnya, putranya mengenalkannya pada seorang janda cantik yang merupakan ibu dari teman sekolah putranya. Yovan mengenal wanita itu, dia bernama Aletta Safira. Cinta pertama Yovan saat duduk di kelas dua SMA. Namun, sangat di sayangkan. Aletta memiliki trauma terhadap pernikahan, dia hanya ingin fokus terhadap putrinya saja.
Putri Aletta yang bernama Qiara Alzena mengagumi sosok Yovan menjadi Papa nya. Begitu pun dengan putra Yovan, dia mengagumi Aletta menjadi ibunya.
"Kau mau mama ku kan Altap?" Seru Qiara pada seorang bocah bernama Altaf Askara, yang tak lain putra dari Yovan.
"Iya." Jawab Altaf dengan mengangguk polos.
"Ada catu cala bial kau dapat mama ku, dan aku dapat papa mu." Bisik Qiara.
"Calana?"
"Meleka halus nikah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah ajaran
Setelah mengantar Altaf dan Qiara sekolah, Yovan pun langsung berangkat menuju kantornya. Sesampainya di sana. para karyawannya menyambutnya dengan ramah. Namun, Yovan hanya membalas sapaan mereka tanpa menampilkan senyum apapun. Setibanya dia di ruangannya, pria itu langsung menaruh tasnya di meja dan melonggarkan dasinya yang terasa menyesakkan. Saat Yovan akan duduk, tiba-tiba pintu terketuk.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" Seru Yovan sembari mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.
Cklek!
Terlihat, seorang pria berkaca mata yang masih terlihat muda berjalan menghampiri Yovan yang sedang membuka sebuah kertas. "Ada jadwal apa hari ini Riko?" Tanya Yovan yang sepertinya tahu siapa yang masuk ke dalam ruangannya tanpa melihat orangnya.
"Tidak ada tuan, rapat dengan perusahaan sanjaya akan berlangsung besok. Untuk hari ini, jadwal rapat anda kosong." Jawab Riko dengan membuka ipad yang dirinya bawa.
"Bagaimana? Apa status pernikahanku sudah sah secara negara?" Tanya Yovan.
"Sudah tuan, besok saya akan mengambil buku nikah anda dan nona." Jawab Riko.
Yovan mengangguk, dia beralih menatap Riko yang juga tengah menatapnya. "Duduklah." Pinta Yovan yang mana membuat Riko terkejut.
"Apa saya membuat kesalahan?" Tanya Riko dengan ekspresi khawatir.
"Duduklah dulu, aku ingin menanyakan sesuatu." Pinta Yovan sekali lagi yang mana membuat perasaan Riko semakin tak karuan.
"Tuan, saya tidak melakukan kesalahan. Sungguh, kenapa anada ingin ...,"
"Duduk!" Tegur Yovan dengan penuh penekanan. Riko pun buru-buru duduk tepat di hadapan Yovan, posisi keduanya saling terhalang meja. Riko menelan ludahnya kasar saat Yovan menatapnya dengan tatapan penuh selidik.
"Waktu kamu dan istrimu sebelum menikah, siapa yang jatuh cinta lebih dulu?" Tanya Yovan yang mana membuat Riko melongo.
"Ma-maksudnya?!" Riko bingung dengan pertanyaan Yovan.
"Jawab saja! Siapa yang lebih dulu jatuh cinta. Kamu, atau istrimu?" Seru Yovan.
Riko menggaruk tengkuknya yang tak gatal, raut wajahnya terlihat salah tingkah. "Sa-saya tuan. Saya yang meminta istri saya dari orang tuanya." Terang Riko.
"Ehm begitu? Berarti, cintamu bertepuk sebelah tangan yah," ujar Yovan dengan ekspresi yang sulit di tebak.
Riko mengangguk malu, "Iya tuan, tapi setelah kami menikah ... lama-lama istri saya jadi mencintai saya," ujar Riko. Mendengar itu, senyum Yovan mengembang. Dia mengambil buku tulis dan sebuah pena. Lalu, pria itu memposisikan dirinya seperti akan menulis.
"Hal apa saja yang bisa membuat istrimu jatuh cinta padamu?" Tanya Yovan yang mana membuat Riko membulatkan mulutnya.
"Heh! Cepatlah! AKu tidak butuh senam bibirmu." Pekik Yovan.
Riko tidak mengerti, dia bingung dengan sikap Yovan yang terkesan aneh. Dia sudah bekerja dengan Yovan kurang lebih selama delapan tahun. Bahkan, dia juga tahu bagaimana kehidupan pernikahan Yovan dan juga mantan istrinya. Bosnya itu sangat cuek dengan mantan istrinya. Namun, pernikahan kali ini Yovan justru malah ingin meluluhkan istrinya.
"Apa istrinya saat ini berhasil membuat Tuan tunduk. Waahh hebat! Ku pikir, mereka menikah hanya karena Tuan kecil yang sakit." Batin Riko. Dia sudah tahu mengapa Yovan menikahi Aletta, sebab bos nya itu menceritakan kejadian yang sebenarnya padanya. Apalagi, Riko telah bekerja lama dengannya. Bagi Yovan, Riko sudah seperti teman dekatnya.
"Awal saya menikah, saya sering memberikan dia perhatian. Sering mengucap maaf, tolong, dan terima kasih. Harus lebih sabar, karena mood wanita tidak bisa di tebak." Yovan menyimaknya, dan mencatatnya dengan baik. Pria itu terlihat benar-benar ingin memperbaiki hubungannya dengan Aletta yang terlalu kaku.
"Berikan dia hadiah, tidak usah terlalu mewah. Dengan memberikan bunga saja, wanita sudah bahagia. Cara bahagia wanita itu sangat sederhana tuan, hanya di mulai dari hak-hal kecil saja. Yang paling utama, selalu berikan kabar untuknya. Wanita akan merasa kita menyayangi dan menghargainya saat kita memberikan tahunya dimana kita berada. Jadi, dia tidak perlu berpikir negatif tentang .... Eh?!"
Riko membelalakkan matanya saat Yovan meraih ponselnya dan menelpon seseorang. Tak lama, sambungan itu terangkat. "Halo! Tolong bilang pada nyonya jika saya ada di kantor!" Seru Yovan yang mana membuat Riko menjatuhkan rahangnya.
"Gak gitu juga konsepnya." Ringis Riko dalam hatinya.
.
.
.
Di rumah, Aletta merasa bingung. Sebab, sedari tadi para pelayan di rumah itu selalu mengabarkan padanya tentang keberadaan Yovan. Padahal, dirinya tak bertanya apapun. Bahkan, setiap setengah jam sekali para pelayan akan datang untuk memberikan kabar keberadaan Yovan.
"Nyonya, Tuan saat ini ada di ruangan manager. Beliau sedang ...." Ucapan pelayan itu terhenti saat melihat Aletta mengangkat tangannya.
"Tolong berhenti, kepalaku menjadi sakit." Seru Aletta dengan memijat kepalanya.
"Maaf yah, tolong katakan padanya. Tidak usah memberi tahuku dimana keberadaannya. Kepalaku menjadi sakit " Ujar Aletta dengan tatapan memelas. Pelayan pun mengangguk dan segera keluar, meninggakkan Aletta yang menjatuhkan dirinya di sofa yang ada di kamar putrinya.
"Ada apa dengan Kak Yovan. Kenapa dia menjadi aneh." Gumam Aletta.
Menjelang makan siang, Aletta sudah berada di pintu utama. Menyambut kedua anaknya yang baru saja pulang dari sekolah. Terlihat, keduanya turun dari mobil Yovan dan berlari ke arahnya dengan merentangkan tangannya.
"AKU DULUUU!"
"AAAA!! AKUUU!" Aletta menarik kembali tangannya saat kedua bocah itu saling menabrakkan diri mereka. Qiara menarik baju Altaf, sedangkan Altaf berusaha mempertahankan bajunya.
"EKHEEE MAAA!" Rengek Altaf.
"NGADU TELUS KAU BICANAAA! AKU DULUAN! PELEMPUAN HALUS DULUAN! LAKI-LAKI HALUS NGALAAHH!" Teriak Qiara.
Aletta menghela nafas panjang, bisa-bisanya acara terharu itu berubah menjadi keributan. Lalu, tatapannya beralih pada seorang pria yang berjalan mendekatinya dengan buket bunga nawar merah di tangannya. Namun, anehnya. Saat pria itu yang mendekat. Aletta justru menjauh.
"Aletta aku ...,"
"Jauhkan bunga itu dariku kak!" Seru Aletta dengan menutup hidungnya. Yovan, pria itu tiba-tiba pulang dengan membawa buket bungan Aletta tak mengerti, mengapa tiba-tiba pria itu menjadi aneh hari ini.
"Kenapa? Bunganya kurang besar yah?" Tanya Yovan dengan tatapan polosnya. Aletta tak menjawab, membuat Yovan kembali mendekat.
"KAK! JANGAN MEND ....,"
"HATCHI!"
Yovan langsung terbengong, sedangkan kedua bocah yang sedang bertengkar itu menghentikan kegiatannya. Melihat sang mama yang bersin-bersin, Qiara pun mengalihkan tatapannya pada buket mawar yang Yovan oegang.
"Paa! Mama Alelgi mawal!" Seru Qiara yang mana membuat Yovan terkejut.
"Ma-maaf. aku tidak tahu." Yovan langsung kembang mawar itu ke sembarang arah. Lalu, dia mendekati Aletta yang lagi-lagi menjauh darinya.
"Bunganya sudah ku buang Letta," ujar Yovan dengan tatapan bersalah.
"Tapi baunya masih tertinggal di jasmu Kak." Pekik Aletta. Yovan menghela nafas pelan, dia berkacak pinggang sembari menatap Aletta yang sedang menggosok hidungnya.
"Riko sesat!" Rutuk Yovan dalam hatinya.
Sedangkan di lain tempat, Riko yang sedang menikmati makan siang nya, mendadak hidungnya merasa ingin bersin. "HATCHI!" Pria itu pun mengelus hidungnya yang terasa gatal.
"Siapa yang sedang membicarakan ku." Gumam Riko.
semangat thor
salah dua2 atuhhhh bocil mak lg fokus bc jadi pingin ngitung juga🤪😂😂😂
senang authornya g baper jd yg komen semangat bacanya 😘👍🏼