NovelToon NovelToon
Nikah Dini

Nikah Dini

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ela W.

Aku tidak tahu bahwa cinta adalah sebuah kepalsuan semata. Kupikir kebebasan adalah kesenangan yang abadi. Faktanya, aku justru terjebak di sebuah lobang gelap gulita tanpa arah yang disebut cinta.

Aku gadis belia yang berusia 17 tahun dan harus menikah dengan orang dewasa berusia 23 tahun beralasan cinta. Cita-cita itu kukubur dalam-dalam hanya demi sebuah kehidupan fiksi yang kuimpikan namun tidak pernah terwujud.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ela W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 10

Waktu cepat sekali berlalu, sekarang ini aku sudah mulai tenang dengan kehidupanku. Aku juga bertambah bahagia karena ayah tidak lagi berjauhan dengan kami. Ibu yang masih menjalankan bisnis rumahan sambil tetap memperhatikanku. Aku harap aku tidak lagi berpikir salah tentang bagaimana orang tuaku menuai cinta. Pelajaran terbesar sudah kulakukan, semoga menjadi pengingat di masa yang lain, andai jika aku salah paham lagi.

Aku kira, ketenangan ini akan berlangsung selamanya, ternyata aku salah. Siang tadi ayah tergesa-gesa pulang ke rumah, wajahnya terlihat sangat cemas. Ia keluar dari pintu mobil tidak seperti biasanya,.langkahnya besar dan terburu-buru, wajah buram serat penuh amarah terpancar. Aku kaget, penasaran apa yang sudah terjadi.

"Bu, ibu." ayah membuka pintu dan langsung memanggil ibu dari lubang pintu yang terbuka. Ibu hambur dari dapur untuk mendatangi. Ia tahu suara ayah terdengar sedang tidak baik-baik saja. Ibu melempar serbet ke atas meja dan mendatangi ayah di ruang depan.

"Kenapa, yah?" ibu menimpali sigap.

"Bu, ini gawat. I-banking ayah ada yang meretas tadi pagi. Separuh uang ditransfer secara acak ke rekening lain yang ayah juga tidak tau siapa." jelas ayah sambil tergugu. Matanya memerah karena panik. Terlalu banyak yang ditanggung dan disimpan dalam rekening kantor tersebut.

"Astaga, ayah sudah ke kantor bank cabang?"

"Sudah, Bu. Ayah minta semua dana yang tersisa dipindah ke ATM Jordi, ayah sudah beri tau dia. Setelahnya langsung ayah blokir, tidak lupa pemilik akun yang menerima dana juga."

"Terus gimana?" tanya ibu ingin tahu lebih dalam. Terlihat rasa berkecamuk, kaget dan karuan menular pada ibu, tubuh ibu bergetar sedikit, katanya berkaca-kaca menahan tangis.

"Belum tau, bank masih akan memverifikasi akun tersebut dan jika terbukti menipu dan meretas maka akan diblokir."

"Tapi kalau tidak, yah?"

"Nah itu dia, Bu."

"Berapa banyak yang diambil?"

"Hampir 1 m, Bu."

"Ya Tuhan,"

"Bahkan itu untuk gaji karyawan bulan ini."

"Tega sekali orang yang sudah meretasnya." ayah terlihat kebingungan, ibu juga mulai lunglai dan terduduk di sofa karena lemas tak berdaya akan kabar yang diterimanya. Semangatnya yang tadi membara otomatis habir terkuras.

Aku hanya menatap dari tangga, tidak berani ikut campur dan memahami keadaan. Yang jelas ayah dan ibu nyaris meneteskan air mata. Bagaimana tidak, itu adalah hasil kerja keras ayah selama ini bersama tim di kantor. Dan orang lain dengan mudah mengambil, aku yakin orang tersebut bukan orang sembarangan. Mereka pasti orang yang berpengalaman di bidang IT sehingga dengan mudah membobol dan memindahkan dana tanpa menunggu waktu yang lama.

Telepon ayah berdering, nomor baru sepertinya sedang bertengger di layar gawainya.

[Hallo,]

[Ha ... ha ... ha ...] suara tawa memekak telinga. Ayah semakin kesal dibuatnya.

[Siapa ini?] emosi ayah kalang kabut, nada bicaranya tinggi karena amarah yang tidak dapat dikendalikan.

[Lambat laun, kamu akan jatuh miskin. Sudah kubilang jangan lanjutkan laporan tentang Trio. Tapi kamu maksa!]

[Oh, jadi ini keluarga Trio.]

[Tut. ... Tut. ... Tut. ...] sambungan suara diputus secara sepihak. Ayah berusaha menelpon balik tapi nomor sudah tidak aktif.

"Sialan!" ayah menghantam permukaan sofa karena semakin memanas. Sekarang ayah tahu ini ulah keluarga Trio.

"Belum puas juga mereka, aku harus membuat semuanya hancur ke akar-akarnya!"

Dengan kejadian peretasan tersebut ayah memahami bahwa keluarga Trio bukan main-main. Ayah harus mencari hacker handal yang bisa melawan keluarga Trio, bahkan jika bisa ayah harus menguras juga uang pribadi mereka. Mereka harus dimiskinkan karena mungkin kekayaan yang didapat bukanlah dari pekerjaan yang halal. Ayah yakin, jika dengan mudah keluarga Trio mengambil alih dana orang lain, gitu artinya korbannya pasti bukan hanya dari satu pihak saja. Mereka harus dimusnahkan agar tidak kebiasaan.

"Aku harus nyari bukti kalau keluarga siapan itu adalah pelaku penipuan dan peretasan. Aku tidak puas jika mereka masih bisa berkeliaran. Kalau bisa, sebuyut-buyut ikut ke penjara." ayah semakin tersulut emosinya, kali ini ayah harus bergerak lebih ekstra. Aku merasa sangat bersalah pada keluarga. Seandainya bukan gara-gara aku yang memulai, mungkin semua tidak akan serumit ini. Aku hanya bisa meratap di sudut kamar bersama sepinya waktu menjelang malam. Udara menjelang malam memang agak sejuk, udara lamban menyapu pohon hias di taman buatan depan rumah, warna hijau ngga di langit tidak sepenuhnya terlihat karena asap kota telah menguasai, biar begitu, gemuruh di dada masih saja menyala bak ombak tinggi yang enggan tenang. Kenapa sekarang menjadi serumit ini, lebih rumit dari apa yang dibayangkan sebelumnya. Kenapa mereka lebih jahat, sedangkan aku adalah korban yang sesungguhnya.

Malam semakin menguasai, lampu-lampu kota mulai menyala di setiap sudut jalan dan bangunan. Gerimis merintik menerpa kaca jendela di kamar, aku semakin sesak dibuatnya.

Semua keresahan dan ambang kehancuran yang dirasakan oleh ayah adalah ulahku. Aku membenci kebodohan ini, tapi nasi sudah menjadi bubur, apa yang harus diperbuat untuk mengembalikan dan menormalkan semua seperti semula.

Kutarik napas dalam dan menelan ludah getir, kepala rasanya mau pecah karena tangis yang tak terdengar keluar. Sesenggukan ini kutahan agar tidak menambah beban ayah dan ibu di kamar yang bersebelahan denganku. Trio apakah memiliki masalah denganmu sebuah perjalanan yang teramat siap di salam hidupku, kenapa sangat sulit terlepas dari belenggu keluargamu yang begitu menakutkan. Mereka merugikanku, bukannya menyadari kesalah, tapi malah seolah keluargaku lah yang pantas diberi hukuman. Lelucon macam apa ini? seandainya waktu bisa diputar kembali, aku ingin sekali bisa berada di waktu jauh sebelum bertemu denganmu, karena berkenalan dengan sosokmu adalah mala petaka nyata yang kujalani. Aku seperti anjing yang terperangkap di jebakan pak tani karena mencuri mentimun. Padahal yang sudah mencuri buah mentimun adalah kancil. Yang kuselamatkan adalah pelaku utama yang mengorbankan kebaikanku untuk dihabisi oleh mereka yang merasa marah dan terzalimi.

"De," ibu membawakan teh hangat, ibu tahu mungkin aku akan merasa tidak nyaman dengan kejadian yang dialami ayah. Ibu berusaha menghibur dan menumbuhkan pikiran positif terhadapku. Ia takut karena keteledoran dan kelabilanku, aku kembali mengambil langkah yang salah.

"Iam fine, Bu." bisikku sambil menerima teh hangat dari tangan ibu. Wanita cantik itu melempar sebuket senyum, ia sangat kuat dan tidak pernah terlihat rapuh, aku harus belajar banyak darinya. Bagaimana mungkin, dari sekian banyak penderitaan yang dialami disebabkan oleh anak semata wayangnya. Ibu masih bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya. Ibu adalah kekuatan nyata yang menginspirasiku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!