Hampir separuh dari hidupnya Gisell habiskan hanya untuk mengejar cinta Rega. Namun, pria itu tak pernah membalas perasaan cintanya tersebut.
Gisell tak peduli dengan penolakan Rega, ia kekeh untuk terus dan terus mengejar pria itu.
Hingga sampai pada titik dimana Rega benar-benar membuatnya patah hati dan kecewa.
Sejak saat itu, Gisel menyerah pada cintanya dan memilih untuk membencinya.
Setelah rasa benci itu tercipta, takdir justru berkata lain, mereka di pertemukan kembali dalam sebuah ikatan suci.
"Jangan sok jadi pahlawan dengan menawarkan diri menjadi suamiku, karena aku nggak butuh!" ucap Gisel sengit
"Kalau kamu nggak suka, anggap aku melakukan ini untuk orang tua kita,"
Dugh! Gisel menendang tulang kering Rega hingga pria itu mengaduh, "Jangan harap dapat ucapan terima kasih dariku!" sentak Gisel.
"Sebegitu bencinya kamu sama abang?"
"Sangat!"
"Oke, sekarang giliran abang yang buat kamu cinta abang,"
"Dih, siang-siang mimpi!" Gisel mencebik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
"Aku akan menggugurkannya!" ucap Sarah tiba-tiba. Yang mana membuat Senja terkejut. Ia tak percaya Sarah berpikiran seperti itu.
"Jangan bodoh kamu, Sar. Kamu mau melakukan dosa yang lebih besar lagi? apa yang kamu lakukan itu sudah salah. Jangan nmenambah kesalahan kamu dengan menggugurkannya. Dia nggak salah, kamu sama Kend yang salah!'' ucap Senja frustrasi dengan jalan pikiran sahabtanya tersebut.
Sarah terdiam. Senja tahu pikiran sarah saat ini sedang benar-benar kacau. Tapi, dia sangat tidak membenarkan apa yang Sarah ucapkan barusan.
"Bukankah kamu mencintai Ken?"
Degh!
Sarah menatap Senja. Selama ini ia memendam perasaannya sendiri. Bahkan kendra pun tidak pernah tahu.
"Kamu bisa mengelak sama semua orang, tapi tidak denganku, Sar," ujar Senja.
"Tapi Kendra mencintai Gisell. Gisell yang dia cintai!" ucap Sarah, air matanya menetes lagi saat mengatakan hal itu.
Senja mendengus, "Aku tetap tidak akan setuju kalau sampai kamu melakukan hal bodoh dengan menggugurkan kandunganmu. Anak itu tidak bersalah!" ucap Senja tegas.
"Kalau begitu jangan bilang sama Kend, aku akan mengurusnya sendiri!" ujar Sarah.
"Tapi, Sar....?"
"Pikirkan keluargamu, Senja. Aku nggak mau mengacaukan semuanya. Ini salahku, biar aku yang menanggungnya sendiri!" kekeuh sarah. Ia sudah bulat dengan keputusannya. Ia tak akan menuntut apapun sama Kendra.
.
.
.
Senja pulang dengan wajah lesu. Ia pulang ke kediaman mertuanya karena suami dan kedua anaknya masih berada di sana. Acara pengajian sudah selesai beberapa saat yang lalu.
Saat masuk ke rumah, Senja berpapasan dengan Kendra dan adiknya yang akan pulang. Ingin sekali ia mengatakan kepada Kendra soal kehamilan sarah. Tapi, sahabatnya itu mengancam akan menggugurkan kandungannya kalau sampai senja mengatakannya pada Kendra.
Senja hanya melewati Kendra saja tanpa menyapanya. Ia benar-benar pusing dengan keadaan ini.
Kendra merasa ada yang aneh dengan istri bosnya yang bersikap cuek bahkan terkesan dingin secara tiba-tiba tersebut. Tapi, ia mencoba berpikir positif, mungkin Senja sedang kelelahan sehingga moodnya sedang tidak bagus.
"Sudah pulang?" tanya Elang yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Senja. Wanita itu terkejut karena barusan ia melamun sambil menatap punggung Kendra yang semakin menjauh.
"Eh Boo..."
Elang mengernyit," lihat apa, sih sampai melamun gitu?" tanyanya.
''Nggak lihat apa-apa kok. Pullang sekarang, boo?''
"Nggak mau menginap?"
Senja menggeleng, besok berangkat ke hotel dari rumah aja, bajunya kan nggak di bawa ke sini,"
" yaudah kalau begitu. Sarah gimana keadaannya? apa sakkitnnya parah?"
Senja langsung menelan salivanya mendengar pertanyaan sang suami," Eh itu.. Iya dia baik-baik aja, cuma memang masih belum benar-benar sehat. Besok katanya mau datang ke pernikahan Gisell," jawabnya kemudian.
Senja ingin sekali mengatakn yang sebenarnya pada Elang, tapi ia masih ragu. Apalagi jika mengingat ancaman sarah. Ia benar-benar dilema.
Sepanjang perjalanan pulang, Senja lebih banyak diam. Sesekali ia, menoleh ke belakang dimana kedua anaknya sudah tertidur pulas dalam pangkuan babby sitter mereka masing-masing. Kesibukannya membuat Senja memakai jasa baby sitter untuk membantu mengurus kedua buah hatinya saat dia harus bekerja mengurus perusahan peninggalan ayahnya.
Sampai di rumahpun, Senja lebih banyak diam. Ia bahkan tidak bisa tidur. Ia sejak tadi memandangi wajah suaminya yang sudah terlelap sejak tadi. Tak bisa membayangkan bagaimana kecewanya sang suami jika tahu apa yang terjadi. Pria tersebut sudah menganggap Kendra seperti adiknya sendiri.
"Sayang, kok belum tidur. Yang mau nikah kend sama Gisell bukan kamu, nggak perlu terlalu pusing memikirkan. Semuanya pastri berjalan dengan lancar. Semmuanya udah di urus oleh EO profesional. Jangan khawatir. Ini udah malam, besok masih harus bangun pagi-pagi sekali. Tidurlah!" Elang melingkarkan tangannya di pinggang Senja.
Senja mengangguk, ia lalu merosot hingga berbaring di samping sang suami. Mencoba memejamkan matanya meski sangat sulit.
.
.
.
Sementara di tempat lain, hal yang sama di rasakan oleh Rega. Pria itu sama sekali tidak bisa tidur. Hingga dini hari ia masih betah duduk di halaman dengan di temani secangkir kopi yang sudah dingin. Tiba-tiba ada tangan yang mneetuh bahunya. Rega menoleh,"Pa? kok belum tidur?"
"Papa bahkan udah kebangun. Kamu yang nggak tidur. Ada yang kamu pikirkan?" David duduk di kursi sebelah Rega.
Rega hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan papanya.
"Kamu harus mengikhlaskannya, Ga. Bukankah kamu ingin Gisell bahagia dengan dunianya sendiri?"
"Aku sedang mencobanya, pa. Hanya saja sangat di sayangkan karena hubungan kami sekarang benar-benar seperti orang asing. Aku bahkan tak pernah ada kesempatan untuk bicara dengannya, sekalipun untuk minta maaf atas sikapku dulu kepadanya," ucap Rega.
"Papa yakin sebenarnya Gisel juga merindukan abangnya. Hanya saja , mungkin rasa sakit hatinya padamu belum benar-benar sembuh. Papa yakin, jika Kend mampu membuatnya bahagia, dia akan bisa memaafkanmu," ujar David.
"Entahlah, pa. Melihat Gisel bisa tertawa riang seperti dulu lagi sudah membuatku senang. Aku tak berharap mendapat maafnya. Melihatnya bahagia sudah cukup menebus sedikit rasa bersalahku padanya," timpal Rega.
"Bagaimana kabar Nandira, bukankah profesor memintamu untuk mempertimbangkan putrinya?"
Rega menghela napas mendengar nama Dira di sebut. Sebenarnya dia sedang malas membahas apapun saat ini, terutama soal Nandira.
"Emm, maksud papa mungkin kau bisa...."
"Jangan coba-coba pengaruhi putraku, Dave!"
Seketika mulut David mengatup rapat saat mendengar suara sang ratu. Amel sudah berdiri tak jauh di belakang mereka sembari bersidekap. Ia maju mendekat, "Aku tidak mau punya mantu dia. Sekalipun dia anak profesor, atau siapapun. Yang jelas aku nggak mau dia. Jangan pura-pura lupa, gara-gara Dira waktu itu Gisel jadi terluka!" omelnya.
David mendengus, "Kau kan juga tahu, kalau Rega yang memintanya berpura-pura menjadi kekasihnya dulu," ucapnya.
"Tetap saja, aku tidak suka. Kalaupun terpaksa bukan Gisell, tapi bukan DIRA juga titik! Jangan mau sama Dira, Ga!" Amel menatap Rega.
Rega yang sedang banyak pikiran memilih beranjak. Ia sangat malah mendengar perdebatan kedua orang tuanya.
"Tuh kan, jadi pergi anaknya. Kamu sih! Udah bagus tadi tidur, malah nyusulin ke sini. Nggak bisa banget tidur tanpa aku, ya?" ucap David.
"Masih mending aku susulin, kalau enggak kmu udah racunin otaknya tadi," ucap Amel tak terima.
"Aku hanya sedang mencoba menghiburnya, sayang. Berbicara sesama pria dari hati ke hati. Kamu malah mengacaukanny,"
"Oh jadi salahku? Sejak awal itu anak emang udah salah! Dia bertindak nggak mikir kedepannya gimana. Ish masih suka kesal kalau ingat!"
Rasanya David ingin menyusul putranya masuk saja kalau sang ratu sudah mulai mendrama begini. Namun, jika itu ia lakukan, sudah di pastikan esok hari wanita itu akan semakin merepet. Apalagi suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja menyambut pernikahan Gisel.
.
.
.
Semalaman, Senja benar-benar tak bisa tidur. Ia terus memikirkan masalah Sarah. Setelah semalaman ia berpikir, ia akhirnya memutuskan sesuatu.
Pagi itu, Senja pamit kepada suaminya untuk pergi sebentar.
"Mau kemana, sih?" tanya Elang.
"Aku ada urusan pekerjaan sebentar, boo. Kmu langsung bawa anak-anak berangkat ke hotel saja, aku nanti langsung menyusul ke sana," ucap Senja.
"Biar aku antar aja, anak-anak biar sama mbaknya,"
"Nggak usah, aku sendiri saja," Senja tidak bisa mengatakannya kepada Elang sekarang kemana ia akan pergi. Karena jujur, ia masih bingung bagaimana cara untuk menyampaikan hak ini ada suaminya.
Elang memeluk istrinya dari belakang, "Sekarang kamu terlalu mandiri, sayang. aku seperti tak di butuhkan lagi, nggak suka!" ucapnya manja.
Senja mengusap pipi Elang lembut lalu tersenyum. Elang bisa melihat senyum manis itu dari layar kaca di depan mereka.
"Jangan bilang begitu. Aku, anak-anak, kamu sangat membutuhkanmu, boo. Kami sangat bergantung padamu, kau tahu itu," ucap Senja lembut.
"Ya udah, sana pergi!" ucap Elang.
"Cuma sebentar kok,"
Elang mengangguk.
.
.
. Di apartemennya , Kendra sudh bersiap akan berangkat ke hotel dimana di laksanakannya akad dan resepsi pernikahannya dengan Gisell. Ia sedang menunggu adiknya yang tengah bersiap di kamarnya.
Saat menunggu Dzalfa, bel apartemennya bunyi. Kendra membuka pintunya.
"Nona?"
Plak!
Satu tamparan langsung mendarat di pipi Kendra. Pria itu memegangi pipinya, ia benar-benar kaget. Wanita di depannya terlihat marah.
Senja tahu, apa yang akan ia lakukan ini akan menyakiti Gisel dan keluarga besarnya. Keluarganya pasti akan menanggung malu, tapi ini pilihannya.
Jika ia diam dan menyimpannya sendiri, seumur hidupnya ia akn merasa berslah karena telah menyembunyikan fakta penting ini. Apalagi jika suatu saat nanti Gisel tahu, saat itu ia akan menjadi orang paling merasa bersalah.
Senja tak peduli ancaman Sarah, kalau pwrlu setelah ini ia akan mengikat sahabatnya itu hingga tak bisa pergi kemana-mana untuk melakukan niatnya menggugurkan kandungannya.
"Ada apa, nona? Kenapa Anda..."
Bugh!
Senja melempar tespek yang di masukkan ke dalam bungkusnya yang sengaja ia
bawa dari aartemen Sarah semalam.
"Batalkan pernikahan kamu sama Gisel dan nikahi Sarah!" teriak Senja penuh amarah.
Senja benar-benar tidak bisa menahan kekesalannya kebih lama lagi. Mau sadar atau tidak saat melakukannya, ia tetap merasa kesal ada Kendra. Apalagi jika ingat keluarga besarnya, terutama Gisel rasanya sangat sesak di dada.
...****************...
situ sewot liat Gisel di deketin cowok yg emang naksir dia..
naah situ di deketin dira yg juga naksir diri sendiri ga peka kalo Giselnya ga suka.
Jadi cowok itu mesti teges, ga seperti di tempat publik kekya kasih harapan ke si dira, tapi di tempat sepi baru congormya pedes.. yaaa bedalah .. para netizen kan yg di liat yg ada di depan mata bukan yg di tempat sepai.. dasar pea’