Ini kisah yang terinspirasi dari kisah nyata seseorang, namun di kemas dalam versi yang berbeda sesuai pandangan author dan ada tambahan dari cerita yang lain.
Tentang Seorang Mutia ibu empat anak yang begitu totalitas dalam menjadi istri sekaligus orangtua.
Namun ternyata sikap itu saja tidak cukup untuk mempertahankan kesetiaan suaminya setelah puluhan tahun merangkai rumah tangga.
Kering sudah air mata Mutia, untuk yang kesekian kalinya, pengorbanan, keikhlasan, ketulusan yang luar biasa besarnya tak terbalas justru berakhir penghianatan.
Akan kah cinta suci itu Ada untuk Mutia??? Akankah bahagia bisa kembali dia genggam???
Bisakah rumah tangga berikutnya menuai kebahagiaan???
yuk simak cerita lebih lengkapnya.
Tentang akhir ceritanya adalah harapan Author pribadi ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah pahit
Mutia kehabisan setok bahan di dapur, kulkas sudah kosong, hari ini dia berencana untuk belanja ke Mall.
Anak-anak tengah sekolah, dia akan belanja sebelum menjemput Kean.
Mobil Mutia melaju di jalanan, entah kenapa perasaan dia semakin tidak enak, dia bingung harus bertahan atau berpisah, jika di tanya cinta tidakkah dia pada suaminya tentu saja cinta, kalau tak cinta bagaimana dia bisa bertahan dan melahirkan 4 anak yang sangat di cintainya. Namun seberapa besar cinta itu, dia tidak bisa mengatakan besar karena sering suaminya menghianatinya.
Tak terasa mobil sudah sampai di Mall dia masuk ke area parkir lalu turun. Ketika mutia melewati restoran tiba-tiba dia terkejut mendapati Haris duduk di sana dengan perempuan lebih muda darinya, di lihat dari pakaiannya saat terbuka, perempuan itu nampak bergelayut manja di lengan Haris, dan parahnya suaminya itu nampak bahagia.
Dada Mutia bergemuruh, tangannya terasa gemetar kakinya lemas untuk melangkah, air matanya sudah mau membobol pertahanan.
Pelayan nampak menyampaikan pesanan mereka , Haris dan perempuan itu makan bersama, sesekali perempuan itu menyuapi Haris dengan mesrahnya, Mutia berdiri di tempatnya tidak bisa bergerak semua kekuatan dalam dirinya terasa hilang.
Setelah makan Haris dan perempuan itu berdiri untuk pergi, Haris menaruh tangannya di pinggang perempuan itu sambil membisikan sesuatu di telinganya, entah apa yang dia katakan, namun itu membuat si perempuan tersenyum bahagia lalu mengecup pipi Haris.
Di depan pintu Mutia bersandar pada dinding memandang tepat ke wajah suaminya, kecewa, sedih, sakit hati dan marah bermuara di matanya.
Haris terkejut saat melihat Mutia di sana dengan tatapan yang sangat menakutkan juga memilukan. Haris melepas tangannya dari pinggang perempuan itu, wajahnya gugup dan pucat. Sementara perempuan di sisinya nampak bingung dengan perubahan Haris.
Mutia melangkah pelan ke arah mereka, berusaha tersenyum meski pahit, Haris berhenti dengan kaku dan gugub.
"Hay Mbak..." Katanya mengulurkan tangannya pada perempuan di sebelah Haris.
"Anda siapa?" Tanya perempuan itu sambil menyambut tangan Mutia.
"Saya Mutia istri Mas Haris yang ada di sisimu." Kata Mutia.
"Bun... emh..." Haris mencoba menjelaskan namun di potong oleh Mutia.
"Cukup Yah, aku hanya akan memastikan sendiri..." Jawabnya.
"Bisa kita kesana, saya tidak enak di lihat orang..." Mutia menarik tangan perempuan itu.
Mereka pun duduk di dalam restoran, semuanya membisu tidak ada yang bicara.
"Bisa Anda jelaskan ada hubungan apa Anda dengan suami saya?" Mulai Mutia.
Perempuan itu menatap Haris meminta persetujuan, namun Haris hanya membisu.
"Sudah berapa lamakah hubungan kalian?" Tanya Mutia.
Namun keduanya membisu, wajah Haris memucat, tertangkap seperti ini membuat dia tidak bisa beralasan.
"Saya tidak akan marah, silahkan Anda jelaskan." Kata Mutia mencoba bersikap tenang.
"Saya dan Mas Haris sudah menikah." Jawab perempuan itu pelan.
"Kapan?" Tanya Mutia lagi ada gurat kecewa di wajahnya.
"6 bulan yang lalu..." Jawab si perempuan.
"Dimana?" Tanya Mutia sambil meremas bajunya.
"Di Bali, kami nikah siri di sana..." Jawab si perempuan itu tanpa malu.
Ada sebutir air mata lolos di sudut mata Mutia yang lolos dari pertahanannya, luka di hatinya semakin menganga.
"Bun... Maafin Ayah, dia istriku juga, Kiara namanya, saya harap Bunda menerima hubungan kami." Akhirnya Haris memberanikan diri berucap.
"Jika Bunda mengijinkan Ayah ingin menikahinya secara legal..." Lanjutnya.
"Jahat kamu ya Yah." Suara Mutia parau menahan tangis.
"Pilih Bunda dan anak-anak atau dia?" Mutia meremas jarinya.
"Kalian sama-sama berharga Bun... Ayah tak bisa memilih di antara kalian." Haris menunduk.
"Baik saya anggap Ayah memilih dia, Bunda akan urus perceraian kita!" Mutia geram, lalu berdiri dan pergi dari hadapan keduanya.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang namun hadiah pahit yang di dapat dari suaminya membuat hatinya semakin terluka. Sepanjang perjalanan Mutia berderai air mata, air mata yang di tahannya sudah tak bisa dia tahan lagi.
Alhamdulillah senang bngttt
Semoga ada ke ajaiban dan Arsya bisa selamat