"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Bertemu orang fenomenal
Intan mengendarai motor milik Bu RT yang masih bagus dengan hati hati karena takut pula bila sampai rusak dan dia tak punya uang untuk mengganti nya, jalan keluar dari desa ini memang agak buruk dan yang paling seram jalan yang di kelilingi oleh hutan bambu yang begitu rimbun sekali, bahkan rasa nya Intan seperti sedang di awasi oleh seseorang yang bermata merah. tapi gadis ini terus berdoa dan berharap ada orang juga yang lewat sini agar bisa bareng, seperti nya takdir allah memang bagus sehingga dia pun bertemu oleh seseorang yang naik motor juga menuju keluar desa, entah tujuan nya kemana.
"Mas!"
"Iya?" pemuda itu berbalik karena nama nya di panggil.
"Sampean mau keluar desa ya, bareng boleh kan saya takut mau jalan sendirian." pinta Intan.
"Ayo, saya bukan penduduk sini jadi sebenar nya kurang paham juga jalan nya." sahut pemuda.
"Oh begitu, saya yang depan ya." ucap Intan mendahului.
Maka mereka pun beriringan keluar dari desa dan sudah lewat gapura juga, kini mereka menuju desa yang sudah sangat ramai bahkan bisa di bilang seperti kota, sudah banyak toko atau pun mini market di sini, sehingga warga desa nya Intan banyak yang kesini saja dari pada harus kekota karena lebih jauh.
Tiiinn.
Intan berhenti karena pemuda itu membunyikan klakson yang sangat kuat, sehingga Intan pun menghentikan motor nya karena ada yang mau di bicarakan oleh pria itu pasti nya, entah beda arah atau juga dia ingin ngebut maka nya membunyikan klakson yang sangat kencang sekali suara nya.
"Ayo jalan terus." teriak pemuda itu membuat Intan bingung.
Namun karena motor sang pemuda sudah jalan duluan meninggalkan dia, Intan pun langsung ngebut juga karena desa yang sebelah ini sangat sepi sekali, bekas rumah yang terbengkalai masih ada di sana, terutama rumah yang tiang nya dati beton maka pasti masih ada yang tersisa.
"Kalau lewat desa itu harus membunyikan klakson." ujar pemuda dengan motor berjalan pelan.
"Memang nya kenapa, Mas?" tanya Intan tidak mengerti.
"Kamu bukan penduduk sini ya? kok tidak tahu!" heran pemuda.
"Saya baru pulang merantau dari kota, sehingga saya tidak tahu." jelas Intan.
"Itu desa yang warga nya di bantai dalam satu malam oleh setan kafan hitam, maka nya kita kalau lewat harus permisi." pemuda menerang kan nya.
"Oh begitu, terima kasih sudah menjelaskan." angguk Intan paham.
Pemuda itu pun menutup kaca helm nya lagi karena dia mau melanjutkan perjalanan, Intan juga agak ngebut karena harus segera sampai agar nanti pulang nya bisa sebelum tengah hari, sebab dia masih mau belanja dan juga membereskan rumah yang masih berantakan sekali tentu nya.
"Saya sampai di desa, kamu lanjut saja sendiri berani kan?" tanya pemuda.
"Kedepan sana saya insya allah berani, cuma nanti pas pulang nya itu pasti agak takut! semoga saja ada orang lagi yang bisa di ajak bareng." harap Intan.
"Kamu mau kemana?" tanya pemuda.
"Kepasar desa nya Purnama." jelas Intan.
Sangking terkenal nya Purnama di perkampungan itu, bahkan desa nya juga di beri nama desa Purnama oleh kepala desa, siapa yang tidak kenal dengan desa itu. walau pun Intan tidak pernah pulang, namun dia selalu tahu kabar lewat ponsel nya dan sekarang ponsel nya tidak ada karena di ambil oleh mertua nya.
"Eh dia mau ketemu dukun galak apa ya?" batin Hendra.
"Saya permisi dulu ya, takut nanti kesiangan." pamit Intan.
Hendra pun menganggukan kepala, dia segera masuk desa nya karena tadi dia hanya ingin jalan jalan karena gabut saja, malah ketemu dengan Intan yang mau kepasar dan takut jalan sendirian. untung nya ada Hendra yang bisa di jadikan teman, bila tidak maka pasti nya Intan akan mengalami motor nya mati setelah melewati desa terbengkalai yang ada di sana.
...****************...
Intan menunggu pedangan menghitung emas yang akan di jual nya, sebenar nya dia punya dua dan yang satu hanya emas putih dan yang ini ukuran nya lebih besar. dulu Dani sengaja membelikan dia emas putih agar di kira perak oleh Bu Lidia sehingga wanita itu iri dengan menantu nya, sekarang Intan sedang bingung mau jual yang mana, oleh sebab itu dia ingin tahu harga nya lebih mahal mana.
"Yang emas putih ini laku nya dua puluh satu juta dan yang kuning delapan juta, Mbak." jelas pedagang.
"Saya jual yang putih saja, Ko." Intan sayang mau jual cincin nikah nya.
"Mau uang semua atau ada ambil barang lain?" tawar Koko.
"Enggak usah lah kok, saya mau uang saja." tolak Intan.
Maka Koko memberikan uang itu kepada Intan dan wanita ini menerima nya dengan hati perih, barang pemberian dari mantan suami yang masih ia cintai harus di jual sekarang, demi untuk bertahan hidup dan bisa membuka usaha atau pun yang lain nya nanti. Intan pergi membeli pulsa listrik nya yang sudah habis, tak lupa juga mampir mini market untuk membeli bahan keperluan makan selama satu minggu, itu hanya mie dan telur saja, dan ada juga minuman manis. tak lupa dia membelikan roti beberapa bungkus untuk Bu RT karena sudah meminjam motor, dan juga mengisikan bensin.
"Eh Mbak boleh enggak saya duluan, anak saya rewel mau pulang?" pinta seorang pria ketika akan membayar.
"Oh iya silahkan." Intan berkata ramah sambil menatap bayi perempuan yang begitu lucu.
"Maaf ya memotong antrian." sesal Arya karena anak nya sudah rewel.
"Enggak apa apa, adik nya lucu sekali ini siapa nama nya?" Intan gemas melihat bocah lucu itu.
"Kiara." jawab Arya tersenyum.
"Nama nya cantik seperti orang nya." Intan sangat terpesona melihat Kiara.
"Terima kasih ya, Mbak! saya duluan kalau begitu." pamit Arya.
"Sama sama." Intan melambaikan tangan pada sang bocah.
Setelah itu baru lah dia membayar semua barang yang sudah di ambil tadi, total nya sebanyak empat ratus ribu serta pulas listri nya juga dan Intan segera keluar karena mau pulang dan segera membereskan rumah. rasa nya tidak mungkin mau tidur dengan keadaan rumah yang kotor begitu, cuma satu malam tak akan masalah.
"Kamu motong antrian ya tadi, Mas?" tanya Fatma yang memegang Arka tidur.
"Lah gimana lagi, ini Kiara sudah rewel begitu! tapi Mbak nya baik kok, dia tidak masalah." sahut Arya.
Pasangan suami istri ini pulang juga dengan mobil nya, mereka penduduk asli sini sehingga banyak kenal atau pun paham dengan keadaan sekitar.
kereeen thor
sukses selalu ya