Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11. Perpustakaan
Pagi hari setelah selesai sarapan Bram mengantarkan Kinara Ke sekolahnya. Awalnya Kinara menolak, namun Bram berhasil meyakinkannya bahwa lebih baik di antar oleh Bram dari pada berangkat seorang diri.
Setelah memastikan Kinara sampai dengan selamat, Bram langsung membalikkan badannya hendak kembali ke rumah.
"Boy apa yang terjadi ? Mengapa tanganmu diperban ?." tanya Bram.
Pertanyaan Bram membuat Kinara menghentikan langkahnya. Ia menoleh melihat tangan kanan Boy yang ditutupi dengan perban.
"Apakah Boy sebenarnya pemimpin Naga Hitam ?." tanya Kinara dalam hati.
"Semalam aku mendapat sebuah musibah paman. Jadi terpaksa hari ini aku kerumah sakit untuk membalut luka ini." jawab Boy.
"Lebih berhati-hati lagi, jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Ingatlah tugas kita dan perjalanan ini masih sangat panjang." ucap Bram sambil menepuk pundak Boy.
Setelah berbasa-basi sebentar, Bram akhirnya meninggalkan Boy dan juga Kinara. Sementara keduanya berjalan menuju kelas karena waktu sudah menunjukkan pukul 7.30 dimana Bel masuk langsung berbunyi.
Setelah sampai di kelas, mereka mengikuti pelajaran seperti biasanya. Ada yang lain di dalam kelas hari ini.
Kelas terlihat sangat damai dan terasa sangat nyaman. Tidak ada kegaduhan seperti biasanya. Semua siswa mengikuti pelajaran dengan seksama.
"Baru kali ini kita bisa mengikuti pelajaran dengan damai."
"Benar, biasanya aku selalu merasa tegang dan takut."
"Ia benar, hari ini sungguh sangat berbeda, aku bisa belajar dengan seksama."
"Iya aku juga sama, seandainya setiap hari selalu seperti ini. Pasti saat ujian nanti kita akan mudah mengerjakan setiap soal."
Ucap para siswa didalam kelas, meskipun mereka berbicara sangat pelan namun masih bisa terdengar oleh Kinara.
"Apa kalian bilang ? Hah !. Apakah kalian sedang bergunjing dibelakang Queen. Jangan macam-macam ya, awas aku laporkan kepada Queen." ucap Bela saat mendengar ucapan siswa yang merasa nyaman saat Queen tidak masuk hari ini.
"Kami tidak menyinggung Queen, kami hanya membahas pelajaran hari ini yang sangat menyenangkan sehingga kami bisa mencerna pelajaran dengan baik." jawab salah satu siswa.
"Sama saja ! Kalian merasa nyaman saat Queen tidak masuk sekolah kan ?." tanya gadis yang duduk di samping Bela.
"Betul sekali ! Aku setuju dengan ucapanmu." jawab Boy.
"Kau !."
"Lho apakah ada yang salah dengan ucapan ku ? Bukankah kau yang bilang bahwa kau merasa nyaman saat Queen tidak masuk sekolah ?."
"Jadi aku setuju dengan ucapanmu itu. Karena saat Queen tidak masuk sekolah, kelas ini terasa sangat nyaman. Tidak ada kebisingan yang selalu menganggu kita belajar." jawab Boy dengan cuek.
Hal itu mendapatkan persetujuan dari beberapa teman sekelasnya. Meskipun mereka tidak berani untuk mengungkapkan dukungan itu secara terang-terangan.
"Boy aku ingin ke perpustakaan, banyak pelajaran yang aku kurang paham." ucap Kinara sambil ia beranjak pergi.
Boy langsung mengikutinya dari belakang. Seperti ekor binatang yang selalu menempel di belakang tubuh induknya.
Huuuu
Sorak para siswa yang melihat Boy, Seorang pemuda tampan yang selama ini menjadi idola banyak siswa perempuan bahkan pria idaman bagi Queen.
Tapi Boy seolah-olah tidak pernah melihat para gadis cantik itu. Hanya ada Kinara dimatanya. Bahkan tatapan matanya penuh dengan cinta dan juga kasih sayang yang tulus untuk Kinara.
"Apa yang kamu cari ?." tanya Boy saat berada di dalam perpustakaan.
"Peta sekolah ini." jawab Kinara.
"Baiklah akan aku bantu untuk mencarinya." jawab Boy.
Kemudian mereka berjalan kearah yang berbeda.
"Tolong kirim data lengkap tentang Boy seluruhnya. Aku sangat membutuhkan itu." perintah Kinara pada seseorang.
Setelah berjalan beberapa langkah Kinara akhirnya menemukan apa yang ia cari. Dengan cepat ia membawa peta tersebut ke sebuah meja yang terletak di sudut ruangan.
Setelah seksama Kinara memperhatikan peta tersebut, ia masih belum menemukan apa yang ia cari.
"Ini peta yang kau cari." ucap Boy sambil menyerahkan sebuah peta yang terlihat sudah sangat usang.
Dengan cepat Kinara meraih peta tersebut. Ia tersenyum melihat peta itu. Ia baru tau ternyata di perpustakaan ini sudah ada peta duplikat. beruntungnya ia menemukan peta yang masih asli
"Mengapa ada dua peta ? Dan ini terlihat lebih bagus." ucap Boy.
"Aku ingin peta ini untuk dibawa keluar dari sekolah ini." ucap Kinara.
"Bisa diatur." ucap Boy.
Setelah mengatakan itu, Boy membisikkan sesuatu kepada Kinara. Kinara melotot mendengar ucapan Boy.
"Itu sangat konyol !." ucap Kinara.
"Hanya itu cara paling aman, agar kita bisa membawa peta usang ini tanpa harus mengembalikannya dan tanpa harus ketahuan." jelas Boy.
Kinara berfikir sebentar dan akhirnya ia setuju dengan saran dari Boy. Ia yakin ia tidak akan diijinkan untuk membawa peta tersebut keluar dari perpustakaan ini.
Terlebih peta ini merupakan peta yang asli. Pasti hal itu akan menimbulkan kecurigaan dari penjaga perpustakaan.
Boy mengoleskan cairan berwarna merah di rok bagian belakang Kinara. Setelah itu ia segera melepaskan baju seragamnya. Ia hanya menggunakan singlet saja.
Kinara tertegun melihat dada bidang Boy, yang hanya tertutup kaos singlet saja. Entah kenapa Kinara merasa Boy terlihat sangat tampan. Dadanya yang bidang dengan kulit yang putih bersih, menambah nilai plus tersendiri.
"Ayo !." ucap Boy sambil mengikat baju putih yang tadi ia gunakan dipingang Kinara untuk menutupi noda merah di rok bagian belakang Kinara.
Tak lupa ia juga mengikat peta yang diinginkan oleh Kinara dan ia selipkan dibawah baju yang ia ikatkan pada Kinara. Keduanya berjalan dengan Boy berada didepan Kinara.
"Waw, sungguh indah ciptaan Tuhan."
"Ah, aku jadi pingin dipeluk."
"Pasti sangat nyaman bersandar di dada bidang itu."
Banyak siswa perempuan yang tidak fokus dengan buku yang ada dihadapannya saat melihat Boy yang hanya menggunakan kaos singlet saja.
"Boy apa yang kamu lakukan ?." tanya sang penjaga perpustakaan.
"Maaf pak, saya hanya ingin membantu Nara, kasihan dia sedang dapat dan itu." jawab Boy sangat pelan.
Penjaga perpustakaan itu melihat Kinara yang tersipu malu sambil menggenggam ujung baju Boy yang ada dipingangnya.
Setelah memutari Kinara dan dengan memperhatikan setiap inci tubuh Kinara dengan tatapan mesum, akhirnya penjaga sekolah itu mengijinkan Boy dan Kinara meninggalkan perpustakaan meskipun sedikit enggan.
Meskipun Kinara terlihat kampungan dan kulitnya yang sawo matang, tapi entah mengapa senyuman gadis itu membuat setiap pria normal takluk dihadapannya.
Sungguh beruntung Boy yang bisa memanfaatkan kesempatan untuk selalu berada di sisi gadis polos yang mempesona itu.
"Boy kau menjadi pusat perhatian dari gadis-gadis genit itu." ucap Kinara.
Entah mengapa ia merasa sangat tidak rela, melihat dada bidang Boy menjadi konsumsi para gadis di SMA Nusa Bangsa ini.