Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 19
KENYATAAN YANG BERBEDA
Keadaan yang cukup sepi di kedai tersebut. Mungkin karena sudah masuk malam atau tempatnya yang memang tidak menjamin akan ada pengunjung banyak. Namun itu cukup membuat Luna da Cassie nyaman.
Seperti saat ini, Luna dengan telatennya menjaga anak itu, menyuapi makanan hingga minuman. Sementara Almo yang duduk di depannya, pria itu terus saja memperhatikannya. “Tuan, Anda ingin memesan sesuatu?” tanya salah satu pelayan yang menghampirinya seolah dia tahu apa yang pria seperti Almo inginkan.
“Kau punya beer? Vodka atau wiski?” tanya Almo sehingga Luna mencuri pandang saat pria itu menginginkan minuman beralkohol.
“Ehh... Aku akan mencoba mencarinya di gudang!" ucap sang pelayan dengan senyuman getirnya lalu pergi dengan membawa catatan menu.
Sementara Almo yang kembali menatap ke Luna sehingga kontak mata mereka saling bertemu. “Why?” tanya pria itu sedikit dingin.
“Dasar aneh.” Gerutu Luna yang kembali fokus ke Cassie.
Almo memperhatikan bagaimana cara Luna merawat seorang anak, dan bagaimana juga dia melayani seorang pria dengan sangat polos. “Tetaplah di sini, atau kau akan mati.” Ucap Almo yang beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kedai.
Tak sempat bertanya, Luna hanya menggeleng malas.
Tentu saja, apa yang dilakukan para pria jika mereka keluar dari kedai? Merokok! Almo merokok santai di keheningan malam sambil berdiri di dekat mobilnya terparkir. “Hhhffuuu...” Asap mengepul ke udara tatkala Almo menghembuskan napasnya yang dingin.
Seketika Almo melihat cahaya biru di dalam mobilnya. Itu berarti ada panggilan masuk dari layarnya. Pria itu dengan segera masuk seusai mengapit rokoknya ke sudut bibirnya.
[“Katakan?”]
Dari dalam kedai, Luna masih memperhatikan Almo yang kini berada di dalam mobil. Tentu wanita itu waspada— bagaimana jikalau Almo meninggalkannya tiba-tiba di tempat itu? Sendirian bersama Cassie.
Namun tak berselang lama, Almo kembali keluar dan menghampirinya setelah dia membuang rokoknya. Sementara Luna beralasan mengobrol dengan Cassie yang asik menjilati sendok bekas susu.
“Kita harus pergi sekarang. Mereka akan melewati jalan ini." Ucap Almo sehingga membuat Luna kembali panik.
“Maksudmu, mereka yang menyerang di rumah sakit?" tebak Luna.
“Ya.” Jawab singkat Almo segera keluar tapi sebelum itu dia membayar ke kasir. Tentu, sebagai pria, dialah yang membayar semuanya kan.
Sementara Luna segera bergegas menggendong Cassie kembali dan membawanya ke mobil. Bertepatan dengan dua pria yang baru saja turun dari motor keren mereka.
“Halo Nona!!" sapa dua pria tadi sedikit genit. Luna tak ingin memperdulikannya sehingga dia memilih masuk ke mobil saja.
Sementara kedua pria tadi berjalan masuk ke kedai sambil terus menatap ke arah Luna sembari senyum-senyum tak jelas. “Jarang ada janda seksi dan cantik!" bisik salah satunya ke temannya yang juga setuju akan candaan tersebut.
Bruakk!! Dengan sengaja, Almo membuka pintu kedai sedikit keras sehingga mengenai wajah pria yang mengatakan candaan tadi.
“Aaahhhh!!!” desisnya sedikit sakit hingga hidung mancungnya mengeluarkan darah akibat benturan dengan pintu kaca terlalu keras.
Tak mempedulikan mereka berdua. Almo terus saja berjalan keluar dengan santainya sehingga Luna yang berada di dalam mobil cukup terkejut melihat bagaimana Almo melakukan semua itu.
“HEY!!! KAU INGIN MATI YA!” sentak tak terima kawan si pria mimisan tadi sembari menunjuk ke arah Almo yang masih berjalan.
“HEY!!!" panggilnya sekali lagi dengan nada tinggi. Namun kali ini giliran pria yang memegangi hidungnya.
Almo berbalik dan menatap kedua pria tadi dengan tatapan datar namun tajam. “You guys want to die huh? (Kalian ingin mati ya)?” tanya balik Almo dengan ucapan yang sama seperti pria tadi.
Keduanya terdiam saat mendengar ucapan serta tatapan dingin Almo.
“Sialan!" umpat mereka yang akhirnya memilih masuk ke dalam kedai dan melupakan persoalan tadi. Mungkin mereka takut.
Sementara Almo yang sudah cukup memberikan tatapan tajamnya. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan mulai melanjutkan perjalanan.
Sungguh? Kenapa dia melakukan semua itu? Apa karena dua pria tadi menggoda Luna? Atau hal lainnya?
.
.
.
Sembari menggendong Cassie yang tertidur pulas. Luna mulai tak kuasa menahan rasa kantuknya saat dia hampir saja terjungkal namun dengan gerakan cepat tangan Almo menahan kening Luna dan membuatnya bersandar di punggung kursi.
Pria itu menatap sejenak, memarkirkan mobilnya masuk ke sebuah semak-semak yang tertutup agar tak ada yang sadar bahwa ada mobil mewah dan mahal di sana. Bukan karena takut di curi, melainkan untuk menghindari para musuh Almo yang tidak terduga.
Titt!
[“Kecoh mereka, jangan sampai mereka datang. Dan aku ingin segera hasil tesnya keluar.”] Pinta Almo kepada Enzo.
Ya! Asistennya itu sudah memberikan kabar soal pria bernama Jeff Gavin itu.
Almo mematikan panggilan tadi, bersandar sesaat sembari menoleh ke kanan. Seorang wanita yang masih memejamkan matanya bersama seorang anak di pelukannya.
“Aku harus mendapatkan hasil tesnya sebelum benar-benar menyerahkan anak ini.” Gumam Almo.
Cukup lama dia berdiam diri. Almo mulai bergerak, meraih Cassie dari gendongan Luna yang merenggang disaat dia lengah.
Pria itu membawa tubuh mungil Cassie, dia merasakan sesuatu yang aneh. “Dia sangat kecil!” gumamnya tersenyum tipis sembari berjalan ke keluar dari semak-semak menuju sebuah rumah minimalis yang terlihat sederhana. Tak ada tingkat di sana, dan tempat itu merupakan penginapan yang pernah Morrone tempati disaat dia bersembunyi dari para musuhnya.
Ya! Da Costa memang membangun rumah kecil seperti itu di tempat yang hening dan sepi disetiap kota yang pernah mereka kunjungi. Untuk apa? Tentu saja untuk bersembunyi dari musuh yang tiba-tiba muncul. Ataupun disaat terluka.
Almo membawa Cassie masuk dan meletakkannya perlahan di atas ranjang empuk yang masih terlihat rapi dan terawat karena tertutup oleh kain-kain putih. Pria itu menatapnya sejenak hingga membelai pipi gembilnya.
“Tetaplah diam." Gumam Almo yang mulai kembali keluar menghampiri Luna yang masih tertidur saking kantuknya.
Saat Almo melepaskan pengait sabuk pengamannya. Kedua mata Luna terbuka ketika dia merasakan kegelapan hingga suara desahannya sendiri bercampur rintihan kesedihan saat Almo melecehkannya.
Deg! Kontak mata mereka saling bertemu dengan jarak dekat. Luna mendorong tubuh Almo namun pria itu bisa menahannya sehingga tak oleng sedikitpun.
“Dimana? Dimana Cassie? Kemana kau membawanya huh? Apa kau membunuhnya?” gertak Luna yang benar-benar tak mempercayai Almo sedikitpun.
Pria itu terdiam dengan sedikit heran. “Yes, I sold it. (Ya, aku menjualnya)." Jawab Almo yang keluar dari mobilnya dan berjalan meninggalkan Luna.
Wanita itu terkejut setengah mati hingga mengejar Almo dan memberikan celotehan untuk pria sialan itu.
“Dimana kau menjualnya? Katakan padaku? Aku akan merawatnya dan akan membawanya jauh dari pria seperti mu.” Ucap Luna yang masih mengikuti Almo hingga tak sadar bahwa dia masuk ke rumah minimalis.
Sementara Almo sendiri hanya diam mendengarkan celotehan tadi sampai mereka mengentikan langkahnya dan Luna terbungkam saat melihat keberadaan Cassie terlelap di atas ranjang empuk.
Malu? Tentu saja! Luna merasa bersalah karena sudah berpikir yang tidak-tidak.
Almo mendekatinya, berdiri tepat di belakangnya dan berbisik di belakang telinga kanan Luna. “Belajarlah mengatakan maaf kepadaku karena tuduhan mu tidak semulus kenyataan.”
Luna dapat merasakan napas Almo di lehernya sampai pria itu benar-benar menjauh.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung