Mila Agatha telah menjalani 11 tahun pernikahan penuh dengan cinta dari suaminya, namun tidak ada rumah tangga tanpa ujian. Pernikahan yang ia jalani terasa hampa tanpa kehadiran seorang anak di antara mereka, berbagai macam cara sudah ia lakukan namun nihil.
Hingga suatu hari ia harus menerima suatu kenyataan pahit yang membuatnya begitu terluka.
Akankah Mila sanggup untuk melewati ujian pernikahan yang ia jalani?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Mila dan Kenzo mengikuti Ravin di belakangnya, Ravin duduk di kursi kemudi sedangkan Mila dan Kenzo duduk di kursi belakang.
''Apa kau pikir aku sopir mu?" Sindir Ravin dengan nada dingin nya. Melihat wajah Mila yang berada di kursi belakang melalui kaca spion.
Mila yang merasa tersindir pun langsung bergegas turun dari mobil itu dan mengetuk pintu mobil Ravin. "Ada apa" Tanya Ravin yang sedikit menurunkan kaca mobilnya.
"Tuan turunlah biarkan saya yang menyetir"
Mendengar ucapan Mila membuat ravin tersenyum mengejek. "Apa kau pikir aku ini bukan pria sejati yang duduk dibelakang sedangkan seorang wanita yang menyetir. Aku tidak mau!''
"Baiklah kalau begitu biar saya naik taksi saja'' Ucap Mila yang langsung pergi dari hadapan Ravin.
"Mommy aku ikut" Ucap Kenzo yang membuka pintu mobilnya dan berlari menghampiri Mila.
Sedangkan Ravin merasa sangat kesal dengan tingkah kedua manusia yang berada di hadapannya itu.
"Tunggu, baiklah kau yang menyetir'' ravib mengalah sedikit menurunkan egonya, agar ia bisa berbicara dan bertanya apa yang terjadi malam tadi.
Karena ia tidak bisa bertanya kepada siapapun lagi selain pada Mila saja, karena di ruang kerjanya tak ada kamera cctv jadi ia tidak bisa melacaknya sendirian. Mila masuk dan duduk di bangku kemudinya dengan Kenzo yang tak pernah jauh darinya, sedangkan Ravin duduk di belakang dengan wajah datarnya.
Mila menatap wajah dingin Tanpa ekspresi Ravin sekilas melalui kaca spion, "*A*pakah pria itu tidak bisa tersenyum walau sedikit saja, kenapa wajanya selalu datar dan kaku tanpa ekspresi seperti itu"
"Apa kau mengatakan sesuatu" Ucap Ravin dengan nada dingin nya.
"Apa dia ini cenayang yang bisa mendengarkan suara hati seseorang"
"Tidak ada tuan" Mila pun langsung mengemudikan mobil itu membelah jalanan yang sedikit padat. Mila sangat pokus melihat ke arah jalanan, sedangkan Kenzo pokus menatap wajah Mila dengan tatapan kagumnya, yang sedang pokus menyetir mobil.
"Anak Tampan jangan menatapku seperti itu, kau membuatku malu saja'' Ucap Mila tanpa mengalihkan pandangan nya dari jalanan.
"Mommy terimakasih sudah mengantarkan ku kesekolah''
"Sama-sama sayang''
"Mom ceritakan sesuatu padaku."
"Kau ingin mendengar cerita apa sayang?"
"Kancil dam buaya"
"Baiklah, dengarkan baik-baik ya. Pada suatu hari..." Akhirnya kedua orang yang berada di jok depan pun saling bercakap-cakap dengan di iringi canda tawa bahagia, tanpa menghiraukan Ravin yang berada di sana.
Mereka seakan lupa bahwa selain mereka ada Ravin juga di sana, sedangkan yang merasa di abaikan hanya diam dan mendengarkan tawa bahagia putranya.
"Aku tak menyangka bahwa putraku akan sedekat itu saat bersama dengan wanita asing, bahkan ini adalah pertama kalinya aku melihat putraku tersenyum dan tertawa seperti ini''
''Lalu apa selanjutnya mommy" Kenzo Merasa penasaran dengan kisah kancil dan buaya yang Mila cerita padanya.
"Sekarang kita sudah sampai di sekolah jadi kita lanjutkan ceritanya di rumah nanti, okey'' mila mencolek hidung mungil Kenzo sambil membuka seatbelt nya.
Kenzo hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban dengan senyuman mengembang menghiasi wajahnya. Sedangkan Mila langsung bergegas turun dari mobil untuk mengantarkan Kenzo kedalam kelasnya, dan meninggalkan Ravin begitu saja.
"Apa mereka menganggapku sebagai patung disini" Kesal Ravin yang sedikit melonggarkan dasinya.
Setelah beberapa saat kemudian Mila pun keluar dari sekolahan Kenzo menuju tempat parkir, Mila mulai kembali ke dalam mobil dimana masih ada big bosnya di sana.
"Aku ingin bicara sesuatu denganmu'' Ravin langsung berbicara dengan Mila dengan nada dingin nya.
"Dia ingin bicar apa. Kenapa dia seperti meminta ijin terlebih dulu untuk berbicara padaku ini sunggu aneh"
"Silakan saja tuan''
"Apa yang terjadi_" sebelum Ravin menyelesaikan ucapannya ponselnya berdering sangat nyaring, dengan santai ia mengangkat panggilan tersebut.
"Ada apa, baiklah aku akan kesana sekarang juga"
"Cepat putar arah aku harus datang ke kantor sekarang juga"
"Baik tuan'' Ucap Mila yang langsung melajukan mobilnya membelah jalanan yang sangat ramai.
"Aku belum selesai bicara denganmu'' Ucap Ravin masih dengan nada ketusnya.
"Ya ampun sebenarnya apa yang ingin pria ini katakan, dia selalu menjeda dan membuat ku takut saja"
"Apa kau mendengarkanku"
"Tuan saya mendengarkan anda sedari tadi jadi bicaralah apa yang ingin anda tanyakan pada saya" Mila sedikit menekan kata-kata nya karena ia masih merasa sangat kesal pada pria yang berada di belakangnya kini.
"Apa yang terjadi semalam"
Deghhh
"Tidak ada tuan'' Jawab Mila singkat.
"Katakan saja berapa uang yang kau butuhkan aku akan memberikan nya padamu. Tapi lupakan apa yang pernah aku lakukan padamu. dan jika kau sampai mengandung nanti hilangkan saja anak itu karena cinta ku hanya satu yaitu istriku dan putraku hanya Kenzo'' Ucap Ravin sarkas.
Cekiiiiitttt...
Mila langsung mengerem mendadak membuat Ravin terhuyung ke depan. "Hey. Apa kau sudah tidak waras." Bentak Ravin dengan penuh kekesalan.
Mila tersenyum sinis mendengar kata-kata ravin. "Dengar tuan uang bukan segalanya, walaupun kau kaya harta ternyata kau miskin akhlak ingat uang mu tidak bisa membeli segalanya termasuk aku. Dan apa tadi jika aku mengandung hilangkan saja Ck.. Ck apa itu namanya pria sejati? lalu apa yang akan istrimu pikiran di alam sana jika suaminya adalah seorang pria yang tak bermoral."
Ravin mengepalkan tangannya. Ia merasa sangat terhina dengan kata-kata pedas yang di lontarkan Mila padanya.
"Jangan melampaui batasan mu sebagai"
"Pengasuh anakmu'' Sahut Mila memotong perkataan Ravin padanya. ada rasa sesak dihatinya dengan apa yang di katakan ravin padanya kini Mila merasa harga dirinya sebagai seorang wanita seakan di injak-injak begitu saja oleh pria seperti Ravindra Adyaksa.
"*U*ntung saja malam tadi tidak terjadi apapun jika tidak entah apalah yang akan terjadi padaku. Walaupun aku tak bisa mengandung tetap saja aku tak ingin harga diriku sebagai perempuan merasa terhina seperti ini."
Karena merasa sangat kesal Mila pun turun dari mobil itu. Bahkan ia membuat kemacetan panjang karena sudah berhenti di tengah- tengah jalanan yang sedang padat.
Suara klakson mobil saling bersahutan menyadarkan Ravin dari kekesalan nya, ia melihat ke arah belakang tampak banyak pengendara mobil dan motor yang memakinya.
"Dasar perempuan itu" Ravin langsung pindah posisi nya dan menjalankan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.
Sedangkan Mila berjalan tak tentu arah, ia merasa dirinya sangat kacau saat ini. Ingatannya kembali di masa-masa awal ia jatuh cinta pada seorang pria yang tak lain adalah suaminya. Kemudian penghianatan sang suami yang membawanya sampai ke titik ini.
"Pahit manisnya kehidupan ini sudah banyak ku lalui. Masa lalu yang akan menjadi kenangan, masa sekarang yang ku jalani dan masa depan yang menjadi pertanyaan. Aku tidak berharap banyak hanya saja, ya allah tolong kuatkan hati hambamu ini untuk melewati segala cobaan dan ujian hidup yang kau berikan.
Mila terus berjalan sambil melamun memikirkan segala sesuatu yang menjadi konflik dalam hidupnya, membuat ia tak sengaja menabrak seseorang yang berada di hadapannya.
Bersambung
aduhh/Facepalm//Grimace/