Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 Benar benar tidak mengenalnya
"Bagaimana kamu dapat tidak ." tanya Sinta pada selfi .
"Aku dapat tapi tidak bisa melihat wajahnya . posisinya terlalu miring dan tidak jelas ." keluh Selfi sambil mengeser layar ponselnya untuk mencari hasil jepretannya .
"Banyak yang goyang dan buram , karena buru buru ." tambah nya lagi
Tin Tin..
Suara klakson mobil di belakang saling bersautan membuyarkan , keasikan mereka yang sedang lihat lihat hasil fotonya . Mereka lupa jika sedang berada di jalan raya sedang menunggu lampu merah . Begitu lampu berubah hijau dan mobilnya tidak segera melaju . Membuat puluhan pengendara di belakangnya membunyikan klakson bergantian .
"Oh ..dalam keadaan begini kenapa kita salah ambil tempat ." ucap Sinta langsung melajukan mobilnya .
***
"Ada apa ?." Tanya Maxsim saat melihat anggita yang baru masuk ke dalam mobil dengan wajah sedikit pias .
Anggita menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Maxsim . Kemudian dia menyodorkan minuman segar yang baru saja dia beli di gerai kedai minuman di pinggir jalan tadi kepada Maxsim
"Kamu minta berhenti di sini hanya untuk membeli minuman ini ." Maxsim menaikan alisnya menatap Anggita lekat . Anggita mengangguk dengan lembut .
"Jika kamu haus , kamu bisa katakan pada Rey , dia akan menunjukan tempat yang lebih bagus dari pada gerai pinggir jalan ." kata Maxsim lagi .
"Memang kenapa dengan gerai pinggir jalan .? Mereka juga jual makanan dan minuman yang layak dan terjangkau . Dan lagian di tempat yang mewah harganya sangat mahal . Aku tidak mampu membelinya . Satu lagi dulu mamaku punya seorang sahabat , dia hamil karena kesalahan semalam , sahabat mamaku tidak kenal dengan laki laki itu , karena laki laki itu salah memasuki kamar sahabat mamaku . Akhirnya sahabat mama aku hamil ,kamu tahu ..." Anggita menatap wajah Maxsim sekil&:as .
Susah payah Maxsim menelan ludahnya yang seakan tercekat di tenggorokan , dia penasaran cerita apa yang selanjutnya dari Anggita .
"Anak dari sahabat mamaku bisa bertemu dengan papa kandungnya juga di gerai eskrim pinggir jalan ." lagi lagi Maxsim hanya bisa menelan ludahnya dengan mata yang mulai memerah .
"Anggap saja segelas minuman ini , sebagai tanda ucapan terimakasih aku , atas kado yang kamu berikan padaku ." tambah Anggita sambil menyodorkan kembali gelas minuman pada Maxsim .
Bukannya menerima gelas itu ,Maxsim menarik dan mencengkeram tangan Anggita dengan erat , tubuh Anggita hampir terjerembab , minuman di tangannya juga hampir tumpah . Dia menatap mata Maxsim yang juga menatap nya , tanpa mengatakan apapun mereka berdua hening dalam diam .
"Anggita Dewi Samudra ! Apakah kamu begitu kekurangan uang ? Suamimu adalah Maxsim putra samudra . Kamu bisa membeli semua yang kamu inginkan ."
Anggita meringis merasakan cengkeraman tangan Maxsim yang semakin erat ." Aku tahu , tapi aku hanya ingin membelikan sesuatu sc:c" ucap Anggita dengan lembut .
Kalimat yang begitu lembut membuat hati dingin Maxsim mencair seketika . Tanpa melepaskan pengangan di tangan Anggita Maxsim meraih gelas minumannya .
"Untuk sepatu itu jangan terlalu kamu pikirkan . Itu hanya kebetulan aku melihatnya di sebuah pameran , (arena melihat dan merasa bagus aku membelinya ."
Dengan senyuman samar Anggita memiringkan kepalanya ke arah Maxsim .
"Benarkah ?."
"Tidak percaya , kamu bisa tanyakan pada Rey . Reylah yang pertama kali menunjukannya padaku ." Maxsim memalingkan wajahnya sebelum menunjuk ke arah Reymond yang duduk di kursi kemudi .
"Benar Nona , seperti yang Tuan katakan . Maaf sepatu itu saya yang merekomendasikan." Reymond seperti ingin menangis saat mengatakan itu . Meski yang dia ucapkan itu benar jika dirinya yang merekomendasikan itu kepada Bosnya .
Tapi bohong jika Tuannya bilang tiada niatan beli khusus untuk istrinya . Seharian berkeliling di pameran seni hanya untuk mencari hadiah , Reymond yang merasa kasihan dengan kebingungan yang di alami oleh Tuannya , iseng dia hanya menunjuk model sebuah sepatu .
"Tuan kenapa kamu tidak mengatakannya langsung ? Dengan begitu Nona Anggi pasti akan terharu dan semakin cinta ." gumam Reymond dalam hati
"Reymond!."
Reymond tersentak dari lamunannya oleh nada tinggi suara Tuannya .
"Apa kamu ingin kami tinggal di sini seharian atau semalaman . Cepat jalankan mobilnya ." ucap Maxsim dengan tegas kepada sekretarisnya itu .
Reymond segera mengangguk ."Baik Tuan , maaf saya segera menjalankan mobilnya ."
Mobil baru berjalan beberapa kilometer Anggita sudah mulai mengantuk , saat Reymond tiba tiba mengerem mobilnya mendadak , Dan Anggita hampir saja terjungkal ke depan . Beruntung dengan sigap dan cepat Maxsim menahan tubuh Anggita dan meletakan kepala istrinya untuk bersandar di bahunya .
"Tidak perlu mengebut , pelan pelan saja bawa mobilnya ."
Reymond melirik lewat kaca spion , dan dia baru paham . Perjalanan yang seharusnya bisa dia tempuh dalam waktu setengah jam . Kini harus dia tempuh dalam waktu satu jam karena harus mengemudi dengan pelan .
Tetapi Anggita masih tertidur , bahkan semakin lelap dengan bersandar di bahu Maxsim .
"Tuan apa perlu saya memanggil Bi indri .? Tanya Reymond saat mobil telah memasuki halaman vila .
"Tidak perlu , Bukakan saja pintunya ." Ucap Maxsim dan segera membopong Anggita masuk ke dalam vila menuju ke kamar tidur nya . Sesampainya di kamar Maxsim membaringkan tubuh Anggita dengan hati hati sekali juga menyelimuti tubuhnya .
"Saya sudah mengatur seseorang untuk membawa mobil Nona Anggi dan mengantar ke vila yang akan sampai beberapa menit lagi ." Lapor Reymond yang berdiri di ambang pintu .
"Baiklah kamu bisa pulang , dan jemput aku besok pagi tepat jam 6 pagi ." ucap Maxsim .
"Baik Tuan ." setelah itu Reymond menutup pintu kamar sebelum pergi . Di lantai bawah Reymond berpapasan dengan bi indri .
"Apakah Tuan akan menginap ?." tanya bi indri .Reymond hanya mengangguk .
"Entah kenapa akhir akhir ini sikap Tuan berbeda .Dia juga semakin sering menginap bersama Nyonya ."
Reymond hanya diam tidak bisa menyangkal ucapan Bi indri . Sebagai sekretaris dia juga menyadari semua itu . Sikap Tuannya dalam sebulan terakhir ini benar benar berbeda . Tuannya semakin sering datang ke vila bahkan menginap di vila juga .
"Bibi selalu berharap hubungan Tuan dan Nyonya terus membaik dan langgeng ." kata bibi Indri sambil memejamkan mata .
"Bibi Indri , saya harus pulang dulu . Karena besok harus datang pagi pagi sekali , Permisi Bi ."pamit Reymond untuk pergi dari sana .
Bibi Indri yang semula hendak akan pergi ke kamar Anggita juga mengurungkan niatnya , karena keberadaan Tuannya di sana .
***
Sementara Maxsim di dalam kamar baru saja selesai membersihkan dirinya . Dia keluar dari kamar mandi dengan memakai baju piyama tidur .
Dia menatap Anggita yang masih pulas dalam tidurnya , kemudian Maxsim duduk di sofa masih memperhatikan wajah istrinya .
"Anggi , sebenarnya kamu seperti apa , Mana kamu yang sebenarnya ?." tatapan Maxsim makin dalam
Meski sudah mengenal dan menjalani hidup bersama dengan nya selama satu tahun .Tapi Maxsim merasa benar benar tidak mengenalnya .