Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Melihat kedatangan Dewa dan Vivian, sontak Ara melangkah mundur bersembunyi di belakang tubuh Edward.
"Mampus aku, tadi Kak Vivian mendengar perkataanku tidak ya?" gumam Ara dalam hati sembari menelan salivanya susah payah.
Tidak bisa Ara bayangkan kemarahan Vivian jika wanita itu mengetahui kalau ia telah menikah dengan suami kakaknya itu.
"Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut ?" Dewa mengulang pertanyaannya sembari menatap Edward dengan tajam.
Karena asisten pribadinya itu tidak bekerja dengan baik, terlihat dari Ara yang memberontak ingin pergi dari mansion utama.
"Tuan ..."
Edward menundukkan kepalanya bingung harus menjawab apa. Sementara Ara hanya diam di samping asisten pribadi Dewa.
"Ara, kau masih di sini?" tanya Vivian yang sejak tadi terkejut melihat keberadaan adik angkatnya. Karena ia pikir Ara sudah kembali ke rumah mengingat hari sudah menjelang sore.
"Kak Vivian, a-aku..."
"Mulai hari ini dia akan tinggal di sini?" sahut Dewa.
"Apa? Ta-tapi sayang..." Vivian yang terkejut dsn hendak protes langsung terdiam saat melihat tatapan tajam dari suaminya.
Memang bukan satu dua kali ia mendapatkan tatapan tajam seperti itu, bahkan hampir tiap kali mereka bertemu. Tapi tetap saja mampu membuat Vivian terdiam tak berani untuk membantah sedikit pun.
"Dan kau!" Dewa mengalihkan tatapannya pada Ara. "Patuhi semua perintahku! Jangan mencari masalah atau aku akan mengurungmu di dalam kamar, mengerti?"
Ara reflek menganggukkan kepalanya dengan cepat karena tidak ingin di kurung di dalam kamar. Ia tahu betul maksud pria itu dengan kata mengurung adalah menemani Dewa di atas ranjang seperti yang terjadi tadi siang dan kemarin malam.
Setelah melihat Ara takut pada ancamannya. Dewa pun beranjak dari ruangan tersebut, meninggalkan semua orang yang masih terdiam di tempatnya terutama Vivian yang masih terkejut dengan apa yang terjadi.
"Sayang tunggu!"
Vivian yang tersadar langsung menyusul sang suami dengan melewati Ara, bahkan sampai membuat adik angkatnya itu hampir terjatuh karena dengan sengaja ia menabrak bahu Ara dengan keras dan kasar.
Sungguh Vivian merasa sangat kesal dengan keputusan Dewa yang tiba-tiba menyuruh Ara tinggal bersama mereka. Meskipun ia ingin Ara tinggal bersamanya agar Vivian bisa menyuruh adik angkatnya itu seperti sebelum-sebelumnya. Tapi mendengar Ara akan tinggal di mansion yang sama dengannya dari mulut sang suami, entah mengapa ia tidak suka dan merasa cemburu.
"Sayang tunggu aku!" ucap Vivian lagi sembari terus mengikuti langkah Dewa dengan susah payah, mengingat langkah Dewa yang cepat sedangkan ia memakai heels yang tinggi.
Sedangkan Ara yang tadi hampir terjatuh kalau saja Edward tidak menahan tubuhnya. Hanya menghela napas dengan panjang melihat Vivian yang mengejar Dewa.
"Anda tidak apa-apa?" tanya Edward.
Ara menggelengkan kepala. "Edward apa aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti perintahnya?" tanyanya dengan sendu.
Sungguh Ara tidak mau tinggal bersama Dewa dan Vivian. Apalagi harus menerima pria itu menyentuh tubuhnya dengan mudah, mengingat kini mereka tinggal di satu atap yang sama.
'Anda tidak punya pilihan lain, jadi sebaiknya ikuti semua perintah Tuan Dewa."
Ara pun mau tidak mau mengikuti Edward. Mengikuti pria itu menuju kamar yang sudah di siapkan untuknya. Sebuah kamar yang menurutnya sangat luas dan mewah, bahkan luas kamar tersebut dua kali lipat dari kamar Ara yang ada di keluarga Wisnu. Bahkan ada ranjang besar dan pastinya empuk dengan semua fasilitas yang ada di dalamnya.
Sungguh sebuah kamar yang pastinya sangat nyaman, berbanding terbalik dengan kamarnya dulu yang lebih layak disebut kamar pelayan. Apalagi letaknya yang berada di dekat dapur, dengan ranjang single yang tidak pernah di ganti semenjak Ara menempati kamar tersebut.
ntar Ara mati rasa baru tau