Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebat Lagi
Ibu Sean berbalik menghadap Claire. "Katakan padaku, apa yang kau inginkan agar kau mau membatalkan perjodohanmu dengan anakku?" tanya Ibu Sean tanpa basa-basi.
Sebenarnya Claire sudah bisa menebak apa yang akan disampaikan oleh ibu Sean saat dia mengajaknya bicara menjauh dari rumah utama. "Bibi Kate, maafkan aku. Aku tidak bisa membatalkan perjodohan ini. Hanya kakek yang bisa membatalkannya. Silahkan Bibi bicara dengan kakek."
Claire sebenarnya juga tidak ingin melanjutkan perhodohan itu. Hanya saja dia tidak suka diprovokasi apalagi diperintah oleh orang lain.
"Claire, percuma kau melanjutkan perjodohan ini. Anakku tidak mencintaimu. Kau sendiri yang akan menderita jika tetap memilih untuk menikah dengannya."
Claire tersenyum sinis diam-diam. "Maaf Bibi, aku tidak bisa melakukan permintaanmu. Mengenai perasaan Sean padaku, biarkan itu menjadi urusanku."
Mendengar jawaban dari Claire, Ibu Sean menatap Claire dengan tatapan tidak terbaca. "Baiklah, tapi jika kau berubah pikiran, datanglah padaku. Akan kujamin hidupmu tidak akan menderita, jika kau bersedia membatalkan perjodohan dengan anakku."
Claire hanya tersenyum kemudian membungkuk lalu pergi kembali masuk ke rumah utama. Saat dia akan menaiki tangga, tidak sengaja bertemu dengan bibi Mey. "Bibi Mey, kau mau ke mana?"
Bibi Mey menghentikan langkahnya lalu menjawab, "Mengantarkan teh untuk tuan muda, Nona."
"Biarkan aku yang mengantarnya, aku juga akan pergi menemui Sean."
Bibi Mey terlihat ragu. Selama ini Sean pernah tidak mau dilayani oleh pelayan lain selain bibi Mey, Sean juga melarang orang lain memasuki dan membersihkan ruang kerjanya selain bibi Mey. Claire memang calon istrinya, tetapi Claire adalah orang baru, mungkin saja Sean masih merasa tidak nyaman dengannya.
Melihat bibi Mey nampak diam, Claire berkata, "Aku akan bertanggung jawab jika Sean marah. Berikan saja padaku."
Claire melangkah menuju ruang kerja Sean setelah menerima nampan dari bibi Mey. Sesampainya di depan ruang kerja Sean, Claire mengetuk terlebih dahulu. Setelah terdengar sahutan dari dalam, Claire meraih gagang pintu lalu masuk ke dalam.
Sean nampak sedang sibuk dengan tablet yang ada di tangannya dan tidak menyadari kalau Claire yang masuk ke dalam ruangannya. Dia baru menyadari setelah suara Claire terdengar di telinga Sean. "Ini tehmu."
Sean mengangkat kepalanya setelah melihat Claire meletakkan cangkir di atas mejanya. Dia memandang Claire sesaat sebelum meletakkan tablet di atas meja. "Siapa yang mengijinkanmu masuk ke ruang kerjaku?
"Aku tidak sengaja bertemu dengan bibi Mey di bawah saat akan mengantarkan minuman untukmu. Karena aku juga ingin ke ruanganmu, maka aku menawarkan diri untuk mengantarkannya untukmu," jelas Claire.
Sean menyandarkan tubuhnya di kursi sambil memandang Claire. "Apa saat ini kau sedang berlagak menjadi calon istri yang baik untukku?"
Claire berdeham sekali untul mengusir rasa tidak nyaman setelah melihat tatapan dingin dan ucapan sinis dari Sean. "Memang apa salahnya kalau aku membawakanmu teh? Aku hanya ingin menjalin hubungan baik denganmu. Tidak bisakah kau menghargai ketulusanku?"
Sean mencibir tanpa ampun. "Apa ini memang sudah menjadi bakatmu? Menggoda siapapun pria yang ada di dekatmu? Tidak cukup aku yang menjadi targetmu dan kau juga mengincar pria lain untuk menjadi cadanganmu."
Claire mengerutkan kening karena tidak mengerti dengan maksud perkataan Sean. "Apa maksudmu?"
Sean mendengus dingin. Kali ini, Sean tidak bisa menyembunyikan senyum mengejek dari wajah tampannya. "Berhenti menampilkan wajah polos dan lugu di depanku. Aku tidak akan terperangkap dengan pesona murahanmu itu," cibir Sean dengan kata-kata tajamnya.
Claire menarik napas lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. "Sean, sepertinya kau salah paham denganku. Asal kau tahu, aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapmu. Apa kau pikir aku dengan suka rela menerima perjodohan ini?" Claire tertawa mengejek.
"Kalau bukan karena terpaksa, aku juga tidak mau datang ke sini. Aku akan sangat berterima kasih kalau kau bisa membatalkan perjodohan ini, jadi jangan anggap dirimu saja yang tersiksa dengan perjodohan ini, aku pun sama denganmu. Aku menolak keras perjodohan ini, tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau kau bisa membujuk kakek untuk membatalkan perjodohan kita, silahkan batalkan saja, aku tidak keberatan sama sekali jika itu terjadi."
Claire sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Ini yang ke sekian kalinya Sean mengatakan dirinya gadis murahan. Hanya karena dia pernah mencium dan bermalam dengannya di hotel, Sean menilainya sebagai wanita penggoda dan murahan.
Claire saja tidak ingat apa yang terjadi dengan mereka malam itu, bahkan kalau pun telah terjadi sesuatu di antara mereka berdua. Claire tidak berniat untuk meminta pertanggung jawaban apapun dari Sean.
Terpaksa? Tidak memiliki perasaan apapun? Wanita ini, berani sekali....
Yang ada di kepala Sean saat ini adalah sebagai gadis desa yang tidak memiliki apa-apa, Claire sengaja mencari pria kaya, termasuk dirinya untuk membiayai dan menopang kehidupannya agar dia bisa hidup enak.
Sean mengira kalau penampilan dan barang mewah yang pernah dipakai oleh Claire saat bertemu dengannya di kota A waktu itu adalah hasil pemberian mantan kekasih Claire. Sean bisa melihat kalau mantan kekasih Claire adalah pria kaya hanya dengan melihatnya sekilas.
Terbiasa berada di lingkaran orang kaya dan konglomerat membuat Sean dengan mudah menebak kalau status mantan kekasih Claire yang bukan berasal dari orang biasa. Sean bahkan sempat ragu kalau Claire berasal dari desa setelah bertemu dengannya di kota A waktu itu.
Saat dia menyuruh Ken untuk menyelidiki latar belakang Claire, dia tidak menemukan informasi mencurigakan apapun selain statusnya sebagai gadis desa yang hidup sebatang kara dan merantau ke kota A mencari pekerjaan untuk bertahan hidup sampai dia bertemu dengan Wild, anak salah satu konglomerat yang ada di kota A dan kemudian menjalin kasih dengannya.
Itulah sebabnya Sean berpikir kalau Claire sengaja menjalin hubungan dengan Wild agar dia tidak hidup susah lagi. Dan setelah dia dicampakkan oleh Wild, Claire memilih untuk menerima perjodohan dengannya agar bisa bergantung padanya dan sebagai salah satu bentuk balas dendamnya pada mantan kekasihnya karena sudah menghianatinya.
Memikirkan hal itu, membuat Sean marah karena merasa hanya dimanfaatkan oleh Claire. Gadis desa yang bahkan tidak memiliki kualifikasi apapun untuk bisa menjadi pendampingnya dengan berani mempermainkan hidupnya.
"Jadi sekarang kau mengakui bahwa kau terpaksa menerima perjodohan ini karena tidak punya pilihan lain setelah dicampakkan oleh mantan kekasihmu? Karena tidak ada yang menopang hidupmu lagi jadi sekarang kau jadikan aku sebagai targetmu yang selanjutnya agar kau tidak hidup susah?"
Jadi dia mengira aku menerima perjodohan ini karena ingin memaanfaatkan dia karena dia kaya? Dia sungguh menilai aku sebagai gadis desa yang haus akan uang?
"Kau menilai aku serendah itu hanya karena aku ini gadis desa yang miskin?"
"Kalau bukan karena uang, kekuasaan, dan balas dendam terhadap mantan kekasihmu lalu alasan apa yang membuatmu menerima perjodohan ini?"
Sean bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Claire barang sedetik pun dan itu membuat sedikit gugup.
"Alasannya karena... karena....." Claire tidak mungkin mengatakan alasan sebenarnya.
Melihat Claire tidak bisa menjawab pertanyaannya, membuat Sean semakin yakin kalau Claire hanya ingin memanfaatkam entah dengan alasan apapun itu.
"Keluar," ucap Sean dengan suara dingin.
"Sean, aku....." Sebelum menyelesaikan ucapan Claire terhenti ketika melihat kemarahan dalam sorot mata Sean. Dia memutuskan untuk keluar dari ruang kerja Sean.
*******
Keesokan harinya, saat akan berangkat kerja, Claire melihat Sean akan memasuki mobil, dia kemudian memanggil Sean sebelum pintu mobil tertutup. "Kalau tidak penting, bicara nanti saja."
Claire berhenti tepat di samping Sean. "Baiklah, kita bicara nanti malam saja."
Sean mengangkat kepalanya menatap malas pada Claire. "Jangan membuat masalah lagi di kantor, terutama dengan Aletha. Jika kau masih ingin bekerja di perusahaanku, jangan membuat keributan lagi kedepannya. Setelah ini minta maaflah pada Aletha. Jangan sampai sikapmu melawannya menjadi contoh orang lain dan melakukan hal yang sama sepertimu, berlaku kurang ajar pada orang yang jabatannya lebih tinggi."
Ini pertama kalinya Claire mendengar Sean berbicara dengan banyak padanya.
"Seharusnya kau tanyakan dulu, apa yang sebenarnya terjadi kemarin." Bulu mata Claire bergetar untuk sesaat, "dia menghinaku dan lebih dulu dan mendorongku hingga lenganku lebam. Jika kau jadi aku, apa kau akan diam saja saat diperlakukan buruk oleh orang lain?"
Sean tidak menjawab. "Lindungi saja wanita itu jika kau tidak percaya padaku, tapi aku tidak akan tinggal diam kalau dia menggangguku." Sebelum sempat Sean membalas ucapannya, Claire lebih dulu berjalan keluar dari kediaman kakek Sean.
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor