dibaca aja ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun juntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Maya
Arka dan Maya melanjutkan perjalanan melewati lembah berbatu yang diselimuti kabut. Setelah berhasil melalui ujian pertama, suasana terasa lebih berat, seolah ada sesuatu yang mengawasi mereka. Maya memegang erat peta yang mulai memudar, sementara Arka tetap menggenggam bola cahaya yang kini bersinar lembut, seakan memberi mereka kekuatan untuk melangkah maju.
Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah dataran luas yang aneh. Tanah nya tampak seperti cermin yang memantul kan langit berwarna keemasan, dan di tengah dataran itu berdiri Penjaga Bumi lain. Kali ini, tubuh penjaga itu berkilauan seperti kristal, memantul kan sinar cahaya yang membuat nya tampak hampir tidak nyata.
“Maya,” suara wanita lembut itu terdengar lagi dari bola cahaya. “Ini adalah ujianmu. Penjaga ini akan menilai hatimu, niatmu, dan keberanianmu.”
Maya melirik Arka, ragu-ragu. “Apa yang harus kulakukan?”
“Jangan takut. Jawaban ada di dalam dirimu sendiri.”
Penjaga Bumi itu membuka mata besar bercahaya biru, lalu mengulur kan tangan nya ke arah Maya. Dalam sekejap, Maya merasakan dirinya di tarik ke dalam visi lain, meninggal kan Arka sendirian.
---
Visi Ujian Maya
Maya menemukan diri nya berdiri di sebuah ruangan yang terasa familiar rumah nya sendiri, bertahun-tahun yang lalu. Ia melihat diri nya yang lebih muda duduk di lantai, bermain dengan adik nya, Naira. Tapi pemandangan itu segera berubah menjadi malam yang suram. Suara ledakan terdengar, diikuti dengan teriakan panik.
Maya yang lebih muda berlari keluar rumah, meninggal kan Naira di dalam. Ketika ia kembali dengan bantuan, rumah itu sudah terbakar habis, dan Naira tidak pernah ditemukan.
“Kenapa kau meninggalkan aku?” suara Naira terdengar dari balik kegelapan.
Maya membeku, menatap bayangan seorang gadis kecil yang perlahan mendekat. Wajah gadis itu menyerupai Naira, tapi mata nya dipenuhi rasa sakit.
“Aku… aku tidak tahu harus berbuat apa,” bisik Maya, air mata nya mengalir.
Bayangan itu mendekat lebih jauh. “Dan sekarang, kau akan meninggal kan ku lagi? Pilih lah, Maya. Apakah kau akan melanjut kan perjalanan ini dan meninggal kan keluargamu selama nya, atau kau akan kembali dan mencoba memperbaiki semua nya?”
Maya terdiam, hati nya dilanda konflik. Tapi ia mengingat apa yang telah ia pelajari selama perjalanan ini. Ia menggenggam peta yang muncul di tangan nya, lalu menatap bayangan Naira dengan penuh keberanian.
“Naira,” kata nya dengan suara yang tegas. “Aku tidak bisa kembali ke masa lalu. Tapi aku berjanji, apa pun yang terjadi, aku akan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik untuk mu dan semua orang.”
Bayangan itu tersenyum, lalu memudar menjadi cahaya yang terang. Maya merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelum nya.
“Kau telah membuktikan keberanian mu, Maya,” suara wanita itu terdengar lagi. “Kau siap untuk melangkah ke tahap berikut nya.”
---
Kembali ke Dunia Nyata
Maya terbangun dengan tubuh gemetar. Arka segera menghampiri nya, wajah nya penuh kekhawatiran. “Kau baik-baik saja?”
Maya mengangguk perlahan. “Ya. Aku... aku tahu apa yang harus kulaku kan sekarang.”
Penjaga kristal itu menunduk, memberi kan jalan bagi mereka untuk melanjut kan perjalanan. Arka dan Maya saling bertukar pandang, merasa bahwa mereka semakin dekat dengan tujuan mereka.
---
Mendekati Titik Keseimbangan
Setelah melewati ujian Maya, perjalanan mereka membawa mereka ke puncak sebuah gunung yang tampak nya menjulang di atas dunia. Di sana, mereka melihat sesuatu yang luar biasa—sebuah altar besar dikelilingi oleh lingkaran cahaya, dan di atasnya ada lubang besar yang memancar kan energi keemasan, seolah-olah itu adalah jantung dunia.
“Itu Titik Keseimbangan,” kata Arka, suaranya penuh kekaguman.
Namun, mereka tidak sendirian. Kabut hitam yang telah mengikuti mereka sejak reruntuhan mulai berkumpul di sekitar altar. Dari kabut itu, muncul sosok tinggi berkerudung, matanya bersinar merah.
“Akhir nya,” kata sosok itu dengan suara yang menggetar kan. “Kalian membawaku ke tempat ini. Dengan menghancur kan artefak, kalian membuka jalan bagiku untuk menguasai kedua dunia.”
“Siapa kau?” Arka bertanya dengan tegas.
“Aku adalah bayangan dari dunia yang kalian coba selamatkan,” sosok itu menjawab. “Aku adalah bagian dari keseimbangan yang terlupakan. Jika kalian ingin memulih kan dunia ini, kalian harus menghadapi ku.”
Maya melangkah maju, peta di tangan nya kembali bersinar. “Kami tidak akan mundur. Dunia ini layak di selamat kan.”
Sosok itu tertawa, suara gelap nya menggema di seluruh puncak gunung. “Kalau begitu, bukti kan lah. Tunjuk kan bahwa hati kalian cukup kuat untuk melawan kegelapan.”
---
Pertempuran di Titik Keseimbangan
Pertarungan yang terjadi adalah sesuatu yang belum pernah mereka alami sebelum nya. Sosok gelap itu menyerang mereka dengan bayangan yang tampak nya mampu membaca ketakutan terdalam mereka. Tapi setiap kali mereka terjatuh, bola cahaya dan peta yang mereka bawa memancar kan kekuatan yang menguatkan mereka kembali.
Arka dan Maya bekerja sama, saling melindungi dan mendukung. Setiap kali salah satu dari mereka terdesak, yang lain akan maju untuk melindungi.
“Arka, gunakan bola cahaya ke arah altar!” Maya berteriak.
Arka mengangguk dan berlari menuju altar, menghindari serangan bayangan yang mencoba menghenti kan nya. Ketika ia meletak kan bola cahaya di tengah altar, energi keemasan mulai memancar lebih terang, mengusir kabut hitam.
Sosok gelap itu meraung, mencoba melawan, tetapi cahaya dari altar semakin kuat. Maya bergabung dengan Arka, meletak kan peta di altar, dan keduanya menyatukan kekuatan mereka.
Dalam kilatan cahaya yang sangat terang, sosok gelap itu menghilang, dan dunia di sekitar mereka menjadi tenang.
---
Keseimbangan Pulih
Ketika semua nya selesai, Arka dan Maya berdiri di puncak gunung, memandang dunia yang perlahan kembali seperti semula. Langit kembali biru, dan para Penjaga Bumi yang sebelum nya mengamuk kini berdiri diam, kembali menjadi bagian dari alam.
“Kita berhasil,” bisik Maya, air mata nya mengalir.
Arka tersenyum kecil. “Kita belum selesai. Tapi kita telah membuat langkah besar.”
Di kejauhan, mereka melihat matahari terbit, membawa harapan baru bagi dunia.
Maya duduk merenung di tepi sungai kecil yang mengalir melalui hutan tempat mereka berlindung. Kata-kata Naira terus terngiang di kepala nya: "Bayangan belum sepenuh nya hilang. Ia akan kembali."
Di kejauhan, Arka dan kelompok kecil penjaga tradisi sedang membicara kan strategi untuk menghadapi kekacauan yang masih tersisa. Suri, wanita yang memimpin kelompok itu, tampak khawatir.
“Kabut hitam yang kalian hadapi sebelum nya mungkin telah sirna, tetapi energi nya tidak benar-benar musnah,” kata Suri. “Ada sesuatu yang tertinggal jejak kegelapan yang sedang mencari celah untuk kembali.”
Arka mengangguk. “Kami merasakan itu. Dunia terasa lebih damai, tapi tetap saja ada ketegangan yang tidak bisa dijelaskan.”
---
Jejak Kegelapan
Malam itu, Arka dan Maya memutus kan untuk menyelidiki lebih jauh. Mereka mengikuti intuisi Maya yang terasa seperti panduan samar. Peta yang dulu hilang kini seolah muncul di pikiran nya, memberi nya gambaran tentang tempat-tempat yang mungkin menjadi sumber masalah.
Mereka akhir nya tiba di sebuah lembah yang gelap, dipenuhi pepohonan mati dan bau aneh yang menyengat. Di tengah lembah itu, mereka melihat sebuah batu besar yang memancar kan cahaya hitam, seakan-akan menyerap energi di sekitar nya.
“Itu bukan batu biasa,” bisik Arka.
Maya mengangguk. “Ini adalah tempat di mana bayangan mengakar.”
Namun, sebelum mereka bisa mendekat, suara tawa bergema di udara. Dari balik bayangan, muncul sosok tinggi berkerudung, sama seperti yang mereka hadapi di Titik Keseimbangan.
“Kalian pikir aku hilang?” suara itu mengejek. “Kalian hanya melemah kan ku. Tetapi aku masih di sini, dan aku semakin kuat.”
Arka dan Maya bersiap. Arka menggenggam belati kecil yang diberikan oleh Suri, sementara Maya merasakan energi peta yang mulai mengalir di dalam tubuhnya.
“Kami tidak akan membiarkan mu menghancur kan dunia ini lagi,” kata Maya tegas.
Sosok itu tertawa. “Kalian tidak mengerti. Dunia ini tidak pernah sepenuh nya damai. Aku hanya lah bagian dari apa yang selalu ada kegelapan di hati manusia. Kalian bisa melawanku, tapi kalian tidak akan pernah bisa benar-benar menang.”
---
Pertempuran Kedua
Bayangan mulai menyerang, kali ini lebih kuat dan lebih licik. Mereka menyusup ke pikiran Arka dan Maya, memuncul kan ketakutan dan kenangan terburuk mereka. Maya melihat diri nya kembali di rumah yang terbakar, dengan suara Naira memanggil-manggil nama nya. Arka, di sisi lain, terjebak dalam bayangan dirinya yang gagal menyelamat kan teman-temannya di ekspedisi sebelumnya.
“Ini tidak nyata!” teriak Maya, mencoba melawan. “Aku telah melewati ini!”
Ia menggenggam tangan Arka, membangunkan nya dari ilusi itu. Bersama-sama, mereka memusatkan energi mereka, mengingat semua yang telah mereka pelajari selama perjalanan.
“Dunia ini tidak sempurna,” kata Arka dengan tegas. “Tapi itu tidak berarti kita harus menyerah pada kegelapan. Setiap pilihan, setiap tindakan kecil, bisa membawa cahaya.”
Energi dari tubuh mereka mulai bersinar, memancarkan cahaya keemasan yang menyapu bayangan. Sosok berkerudung itu berteriak marah, mencoba melawan, tetapi kali ini kekuatannya tidak cukup.
---
Menghancurkan Batu Kegelapan
Dengan bayangan yang melemah, Maya mendekati batu besar di tengah lembah. Ia tahu bahwa batu itu adalah sumber energi gelap yang masih tersisa.
“Maya, hati-hati!” teriak Arka.
Maya menempat kan kedua tangan nya di atas batu, merasakan energi panas yang menyengat. Dalam pikiran nya, ia mendengar suara Naira lagi.
“Kau bisa melakukan nya, Kak. Percayalah pada dirimu.”
Maya menutup mata nya, memusat kan kekuatan peta yang ada dalam dirinya. Ia membayang kan dunia yang lebih damai, penuh dengan harapan dan keseimbangan. Dalam sekejap, cahaya terang keluar dari tangannya, menghancur kan batu itu menjadi debu.
Sosok bayangan berkerudung itu menjerit terakhir kalinya sebelum menghilang ke udara, meninggal kan keheningan yang damai.
---
Pemulihan Dunia
Ketika semua nya selesai, lembah itu mulai berubah. Pohon-pohon yang mati kembali tumbuh, dan udara yang sebelum nya berat kini terasa segar. Maya jatuh berlutut, kelelahan, sementara Arka membantu nya berdiri.
“Kita berhasil,” kata Arka, meski suara nya penuh kelelahan.
Maya tersenyum lemah. “Aku harap ini benar-benar akhir.”
---
Pesan dari Cahaya
Di saat mereka bersiap untuk kembali, bola cahaya yang dulu mereka gunakan muncul kembali, meski hanya untuk sesaat.
“Kalian telah melampaui ujian kalian, Arka dan Maya,”suara wanita itu terdengar lagi. “Tugas kalian sebagai Penjaga Baru tidak akan pernah benar-benar selesai, tetapi untuk sekarang, dunia ini aman. Terus lah menjaga keseimbangan, dan ingatlah bahwa kegelapan akan selalu ada, tetapi begitu juga cahaya.”
Bola itu menghilang, meninggal kan mereka dengan perasaan lega dan tanggung jawab yang besar.
---
Beberapa bulan kemudian, Arka dan Maya kembali ke desa mereka, tetapi kali ini sebagai sosok yang berbeda. Mereka bukan lagi hanya penjelajah biasa; mereka adalah Penjaga Keseimbangan, dikenal di seluruh negeri sebagai pelindung dunia.
Maya menggunakan kemampuan nya untuk membantu orang-orang memetakan sumber daya alam dengan bijak, sementara Arka mengajari penduduk desa cara hidup selaras dengan alam.
Meski ancaman bayangan telah berlalu, mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Tetapi untuk sekarang, mereka menikmati kedamaian yang telah mereka perjuang kan dengan susah payah.
Bersambung...