Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10: Musibah
Seorang wanita hamil tengah menyiapkan banyak sekali box nasi, dengan perutnya yang sudah sangat besar. Dia masih harus menyiapkan usaha cateringnya, dengan di bantu oleh Edgar usaha catering kecil-kecilan itu pun berjalan.
Kehidupan mereka sedikit-sedikit mulai berubah, Alea pun mempelajari kehidupannya saat ini. Betapa bersyukurnya ia masih di berikan kesempatan untuk menata kehidupannya kembali.
"Kak, Ed udah bilang kan. Biar Ed aja yang antar, kehamilan kakak udah besar ... Ed takut kakak kenapa-napa," ujar Edgar yang baru datang dari dapur.
"Gak Ed, kakak yang tau lokasinya. Udah, mending kamu angkat ini semua ke mobil di depan. Tadi kakak udah sewa mobil karena ini pesanannya banyak banget," ujar Alea.
Edgar pun menghela nafasnya, kakaknya sangat keras kepala. Dia pun mengangkat tumpukan box itu keluar dengan bergantian, sedangkan Alea dia menghitung kembali total semua nasi box itu.
"Lima puluh, pas!" seru Alea.
Alea pun memakai tas selempangnya, setelahnya dia memakai sendal sepatunya. Awalnya Alea kesulitan akibat perut yang menghalanginya, tetapi Edgar datang dan membantunya memakaikan sendal.
"Terima kasih Ed," ujar Alea.
"Tentu," ujar Edgar dan kembali melanjutkan kerjaannya.
Setelah selesai semua, Edgar dan Alea memasuki mobil. Mereka menuju lokasi orang yang mengorder, dengan bantuan maps mereka pun berangkat.
Saat hampir sampai, sang supir terlihat bingung karena sedari tadi mereka tidak melihat rumah. Hanya ada tanah kosong dan juga bangunan yang sudah tidak layak huni.
"Maaf mbak, benar ini lokasinya?" ragu sang supir.
Alea pun ragu, sedari tadi dia mengecek lokasi dan benar sesuai dengan yang di berikan padanya.
"Bener kok pak," ujar Alea.
"Kak, coba telpon orangnya," ujar Edgar berusaha tenang.
Alea mengangguk, dia mencoba menghubungi orang tersebut. Namun, hanya suara operator yang dirinya dengar.
"Gak aktif dek," panik Alea.
Edgar pun mengambil ponsel kakaknya, dia mencoba menghubungi dan hasilnya pun sama.
"Mbaknya di tipu tuh, jaman sekarang lagi banyak penipuan mbak. Hati-hati makanya," ujar sang supir.
"Bapak jangan buat kakak saya tambah panik dong!" kesal Edgar.
Edgar menenangkan Alea yang kini sudah terisak, mereka hanya pengusaha kecil. Bukan modal yang sedikit membuat catering seperti itu.
"Ed, uang kita gimana? mana uang yang di pinjam teman kakak belum di balikin," panik Alea.
"Mungkin memang belum rezeki kita, lebih baik kita pulang yah," bujuk Edgar.
"Pak! kita pulang sekarang," pinta Edgar.
Akhirnya mereka pun kembali, di perjalanan pun Alea masih memikirkan kerugiannya. Edgar hanya bisa menenangkan sang kakak, dirinya pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat di lampu merah, netra Alea menatap pengemis jalanan. Dia berpikir jika nasi boxnya tidak bisa di jual, lalu mau dia apakan?
"Pak, menepi yah ke pengemis itu," pinta Alea.
Sang supir pun mengangguk, mobilnya yang memang berada di ujung dengan mudah menepi. Alea pun meminta Edgar membuka bagasi dan dia pun keluar.
"Ehm maaf, kami ada sedikit rezeki. Ini tolong di bagikan juga sama yang lain yah," ujar Alea saat Edgar menaruh tumpukan nasi box itu di depan pengemis.
"Makasih banyak bu, makasih ... semoga kebaikan ibu di balas sama yang di atas," ujar pengemis itu.
Alea tersenyum, dia menarik tangan Edgar untuk kembali ke mobil. Namun, netra Alea melihat seorang pemotor yang ugal-ugalan menuju ke arahnya. Alea yang terkejut pun sontak mendorong Edgar, sehingga dia yang terserempet dan terjatuh hingga perutnya membentur trotoar.
BRUGH!
"KAKAK!" teriak Edgar.
Edgar langsung berlari menghampiri sang kakak, dia membantu sang kakak duduk. Tetapi Alea meringis sakit sambil memegangi perutnya.
"Kak bertahanlah, kita akan kerumah sakit," ujar Edgar.
"Awshhh, sakit ...," lirih Alea.
"Pak, tolong bantu kakak saya masuk ke taksi itu pak," pinta Edgar pada seorang pria yang membantu mereka.
Bapak tersebut mengangguk, dia menggendong Alea menuju taksi yang terparkir. Edgar pun mengikuti dari belakang, setelah Alea masuk Edgar langsung mengucapkan terima kasih dan dirinya pun masuk ke dalam taksi.
***
Sedangkan di tempat lain, Ady dia bekerja seperti biasa. Selama empat bulan dirinya kehilangan jejak Alea dan Edgar, dia pikir pasti Alea membawa Edgar pindah entah kemana untuk itu Ady berusaha untuk mencari kabar.
Namun, dirinya juga baru tahu jika Alea ternyata sudah di pecat dari kantornya. Alea tak lagi memiliki keluarga selain Edgar, dia bingung harus mencari Alea dan Edgar kemana.
Ady tengah berkutat dengan pekerjaannya, tetapi sedari tadi hatinya sangat resah entah karena apa.
"Tuan, berkas yang tadi saya berikan apakah anda sudah menandatanganinya?" tanya Aciel sambil mendekati Ady yang sedang melamun.
"Tuan?" panggil sekali lagi Aciel.
"TUAN!" sentak Aciel.
Ady terkejut, dia seperti orang linglung ketika menatap Aciel. Aciel pun menatapnya dengan heran.
"Apa ada yang tuan pikirkan?" tanya Aciel.
"Aku tidak tahu, entah mengapa hatiku merasa tak enak seperti akan terjadi sesuatu," ujar Ady.
"Itu hanyalah perasaan sesaat tuan, jangan di pikirkan," ujar Aciel.
Ady mengangguk, dia kembali fokus pada pekerjaannya. Namun, baru saja dia kembali bekerja telfonnya berdering. Ady pun segera mengangkatnya karena itu dari sang mamah.
"Halo,"
"Halo Ady, cepat ke rumah sakit! Kakakmu akan segera melahirkan!" panik Amanda.
Ady terkejut, dia segera memutuskan sambungan telpon dan segera membereskan berkas-berkasnya.
"Ada apa tuan? kenapa anda panik?" heran Aciel.
"Kakakku segera melahirkan, tolong kamu handle jadwalku hari ini," ujar Ady dan segera mengambil jas yang dia taruh di bangku kerjanya.
Aciel mengangguk, Ady pun segera berlari keluar. Dia harus sampai di rumah sakit secepatnya, dia pun menaiki mobilnya dan melajunya dengan kecepatan tinggi.
Namun, saat dia sedang terburu-buru. jalanan malah tampak macet, Ady pun menggerutu kesal. Dia harus cepat ke rumah sakit, netranya menangkap para warga yang berkumpul. Dia pun mengerutkan keningnya ketika melihat itu.
"Ooo tabrak lari," gumam Ady ketiak melihat seorang wanita yang di gendong oleh seorang bapak menuju mobil.
Ady pun melajukan mobilnya ketika mobil depannya sudah berjalan dan langsung menuju rumah sakit.
Tak berselang lama, mobil Ady pun sampai di parkiran rumah sakit. Dia segera berlari masuk tetapi tiba-tiba mendadak kakinya terhenti, jantungnya berdegup sangat kencang entah karena apa.
Ady pun membalikkan badannya, netranya melihat brankar yang di dorong oleh beberapa suster. Seorang remaja laki-laki membelakanginya sambil mendorong brankar itu.
"Kayak Edgar," gumam Ady.
Ady melangkahkan kakinya dan ingin menyusul brankar itu.
"ADY! KAU MAU KEMANA? KAKAKMU ADA DISINI!" teriak Amanda.
Ady pun mengurungkan niatnya, dia membalikkan tubuhnya dan menatap semua keluarganya yang berada tak jauh darinya.
Ady pun membalikkan badannya kembali, tetapi dia tak lagi melihat brankar itu.
"Ady, cepat kesini. Kau sedang melihat apa hah?!" heran Amanda.
Ady pun mendekat ke arah keluarganya, dia menatap ruangan dimana sang kakak mempertaruhkan nyawanya.
"Sudah berapa lama?" tanya Ady.
"Setengah jam, kakak iparmu juga sedang ada di dalam menemani kakakmu," ujar Amanda.
Tak lama tangisan bayi terdengar, semua keluarga bersorak senang. Tetapi tidak dengan Ady, dirinya masih di landa gelisah. Dia tak mengerti mengapa hatinya merasa sakit tanpa sebab.
"Cucu kita lahir pah! Ady, ponakanmu lahir Ady," ujar Amanda.
"Iya mah," jawab Ady dengan memaksa senyumnya.
Razka, adik dari Ady menerima telfon. Dia menjauh dari keluarganya dan mengangkat telfon itu.
"Halo, ada apa Ed? kenapa kau panik seperti itu?" tanya Razka.
"Kakakku akan segera melahirkan, dokter bilang dia harus di operasi. Tetapi kami tidak mempunyai biaya, dokter berkata kami harus membayar dulu. Apakah nyawa kakakku tiada baru mereka akan bertindak hiks ... bantu aku Razka. Cuman kamu teman yang bisa menolongku," isaknya.
"Tenanglah, aku akan membantumu. Kau ada di rumah sakit mana? dan berapa harga yang harus kau bayar?" tanya Razka.
Razka mendengar jawaban temannya, ternyata mereka satu rumah sakit. Razka pun mematikan sambungan telpon dan mendekat ke arah abangnya.
"Abang, kau investor rumah sakit ini bukan? Tolong bantu kakak temanku, dia akan segera melahirkan tetapi dokter menahan oprasinya akibat dia tak memiliki biaya. Bisakah abang membantu temanku?" pinta Razka.
"Bagaimana bisa begitu? nyawa lebih penting dari apapun, kau bawa dulu kartuku dan bayarkan operasinya. Aku akan berbicara pada kepala rumah sakit," terang Ady dan mengeluarkan dompetnya. Dia menyerahkan kartu atmnya dan langsung di terima Razka.
"Terima kasih bang, aku akan segera kembali," ujar Razka dan pergi dari sana.
alea &ady 👍👍👍
Barulah crita mreka remaja.
Dan crita ttg Bela.
Apkh Bela mempunyai watak buruk?
yaitu dia ahirny jdi seorang pelakor?
Trimksih Author critany yg membuat Sy terhibur.