Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 34
Di desah ke tiga ratus, Sky akhiri permainan panas mereka. Lala kemudian terduduk lemas di anak tangga sambil membetulkan dandanannya.
Sementara tak ada lelahnya lelaki itu, Sky bahkan masih bisa tertawa saat memunguti satu persatu kancing baju Lala yang terjatuh saat proses penyatuan raga mereka.
Setelah rapi dengan gesper miliknya kembali, Sky meraih jasnya untuk kemudian dibalutkan pada punggung istrinya. "Sering- sering saja buat aku cemburu," katanya terkekeh.
Lala hanya menjawab dengan menyengir sekilas lalu meredup. "Sekarang gimana kita keluarnya, Pak?"
"Turun lewat tangga darurat." Apa lagi? Tidak mungkin keluar dari sini dan menunjukkan pakaian acak- acakan mereka.
Bukan apa- apa, ini lantai 8. "Capek, Pa--"
Belum selesai rutukan Lala protes, Sky sudah meraih tubuhnya untuk ditempatkan ke dada bidangnya. "Bilang mau digendong!"
Lala menyengir, mereka juga meraih tas Lala yang tergeletak sembarangan. Sky mulai menapaki satu persatu anak tangga dengan wibawa dan gagahnya.
"Pak Sky nggak capek?"
Sky terkekeh kemudian. "Sebenarnya capek juga. Tapi tidak apa- apa, mungkin sudah nasib punya istri yang beban hidupnya terlalu berat depan belakang."
Sky mendapatkan sentilan di bibirnya yang tertawa kecil. "Masih berani buat cemburu?"
"Tergantung." Lala menyahut meski malu- malu, sebenarnya hukumannya tidak buruk sama sekali, justru mengasikan.
"Sekarang telepon Dominic! ... Suruh dia siapkan mobil, bilang kita akan keluar dari pintu darurat!" titah Sky yang lekas dilakukan oleh Lala tanpa turun dari gendongannya.
Mereka tiba di lantai basemen, keluar dengan dipastikan keamanannya oleh beberapa asisten setia Dominic. Namun, saat sampai di barisan mobilnya, Dominic terlihat gamang.
Tak perlu bertanya apa sebabnya, Sky tahu saat mengikuti arah pandang Dominic yang menatap coretan pesan ancaman di atas kap mobil Limosin miliknya.
...[KAU AKAN MATI LA!]...
"Ulah siapa ini?" Sky menurunkan Lala yang juga terbengong melihat kondisi mobilnya.
Dominic berdecak. "Aku datang ke sini, kondisi mobil sudah begini, tapi aku rasa tidak ada siapa pun di sini."
"Periksa cctv," titah Sky. Di jawab dengan gumaman pelan Dominic.
"Kita urus sambil jalan." Sebelumnya Dominic sudah periksa rem, bensin, atau apa pun yang mungkin saja diutak-atik tanpa dia ketahui, dan beruntung semuanya baik- baik saja.
Sky membuka pintu mobil, Lala segera masuk sebelum ia menyusulnya. Sopir mulai melaju, sementara Dominic fokus pada panggilan teleponnya.
Sepertinya, pelamar pengasuh Wilona mulai berdatangan. Sebelumnya, sudah ada dua penelpon yang masuk.
"Selamat siang, dengan Dominic Brian di sini."
📞 "Halo, ... Abang, ... ini loker beneran, jadi pengasuh anak macan bayarannya 20 juta sebulan?"
Dominic menjauhkan ponselnya, mengurangi volume panggilannya. Sepertinya penelpon memiliki cukup energi siang ini.
"Yuapz, dengan siapa?" tanyanya.
📞 "Gege panggilannya, ya sebut saja Gege, udah no debat!" katanya. "Masih ada kan, lowongan kerjanya, Bang?"
"Masih." Dominic mengerut kening tipis, sebab perempuan di seberang lumayan terang terangan dan tidak ada basa- basi.
📞 "Kapan bisa mulai kerja?" Dengar, Dominic sampai tertawa karena itu.
"Maaf, Kak, .... Tapi Anda perlu mengikuti proses seleksi kami terlebih dahulu sebelum bisa dinyatakan diterima menjadi pengasuh harimau boss kami."
📞 "Apa syaratnya?" lantangnya. "Saya bisa mengendalikan empat elemen, Bang tenang ajah, nggak usah ragu!"
Dominic tertawa, lucu sekali anak ini, terlalu berapi- api dan bersemangat. "Kamu datang sore ini ke perusahaan X-meria."
📞 "X-meria yang merek panci presto itu?"
Ya Tuhan, Dominic kesal. "Banyak elektronik perusahaan kami yang dijual salah satunya ponsel pintar yang menjadi best seller nya, tapi kenapa kau menyebut panci presto?"
📞 "Iya, iya, maaf, Bang! ... Tapi yang saya tahu cuma panci prestonya!"
Dominic memutar bola matanya. "Datang saja ke perusahaan, bilang akan bertemu dengan Dominic Brian. Sudah ada dua orang juga yang akan interview, semoga kau yang akan bergabung dengan kami, terima kasih."
📞 "Okay, ke sana segera, tapi ngomong- ngomong, Abang, bagus juga namanya!"
Dominic mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Bibir berdecak sambil menyimpan kembali ponsel ke saku kemeja.
"Siapa?" Sky bertanya setelah sedari tadi hanya menyimak percakapan tunggal Dominic dengan teleponnya.
"Pengendali Wilona."
Dominic terkekeh, dua puluh juta baginya terlalu berani untuk menjaga seekor Wilona. Tapi lihat, belum ada lima jam dishare lokernya, sudah banyak yang mendaftar.
"Pastikan bukan mata- mata," pesan Sky.
"Tenang saja," enteng Dominic. "Secepatnya, stalker akan kita dapatkan juga."
^^^Aaaa, terima kasih vote-nya mentemen...^^^