NovelToon NovelToon
PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Deskripsi:
Di sebuah ruang sunyi yang dihiasi mawar merah dan lilin-lilin berpendar redup, seorang pengantin dengan gaun merah darah duduk dalam keheningan yang mencekam. Wajahnya pucat, matanya mengeluarkan air mata darah, membawa kisah pilu yang tak terucap. Mawar-mawar di sekelilingnya adalah simbol cinta dan tragedi, setiap kelopaknya menandakan nyawa yang terenggut dalam ritual terlarang. Siapa dia? Dan mengapa ia terperangkap di antara cinta dan kutukan?

Ketika seorang pria pemberani tanpa sengaja memasuki dunia yang tak kasat mata ini, ia menyadari bahwa pengantin itu bukan hanya hantu yang mencari pembalasan, tetapi juga jiwa yang merindukan akhir dari penderitaannya. Namun, untuk membebaskannya, ia harus menghadapi kutukan yang telah berakar dalam selama berabad-abad.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 32: PENGADILAN DARAH

Pintu besar itu berdiri menjulang, memancarkan cahaya merah yang seolah menghisap jiwa mereka. Setiap langkah mendekati pintu tersebut terasa seperti menarik mereka ke jurang kematian. Raka mengencangkan genggamannya pada pedang, sementara Lando dan wanita penjaga bersiap dengan senjata masing-masing. Pria tua itu berdiri paling belakang, melantunkan mantra perlindungan yang terus melemah karena tekanan kegelapan yang begitu pekat.

"Kita hanya punya satu kesempatan," gumam Raka dengan suara rendah. "Apa pun yang ada di balik pintu ini, kita harus menghancurkannya, atau kita tidak akan keluar hidup-hidup."

Wanita penjaga menatapnya dengan tegas, meskipun tubuhnya gemetar. "Aku siap. Jika aku harus mati, setidaknya aku mati dengan alasan yang benar."

Pria tua itu mengangguk pelan. "Tidak ada jalan mundur sekarang. Pusat dari kekuatan ini ada di dalam. Kita hanya perlu menemukan sumbernya dan menghancurkannya... meskipun itu mungkin akan menuntut nyawa kita semua."

---

Pintu Terbuka

Dengan napas tertahan, Raka mendorong pintu besar itu. Suara jeritan mengerikan terdengar dari baliknya, seperti ribuan jiwa yang tersiksa. Cahaya merah menyilaukan menyambut mereka, membuat mata mereka terasa terbakar. Namun, mereka tetap melangkah masuk.

Ruangan di balik pintu itu seperti neraka yang nyata. Lantai dipenuhi genangan darah yang memantulkan bayangan aneh. Di tengah ruangan, berdiri sebuah takhta besar yang terbuat dari tulang manusia, dihiasi tengkorak yang menatap kosong ke arah mereka. Di atas takhta itu duduk sosok tinggi, sosok yang bahkan lebih mengerikan dari Kasper dan wanita bergaun hitam. Kulitnya kelam, matanya bersinar merah, dan dari punggungnya menjulur cabang-cabang berduri seperti akar pohon mati.

"Kalian akhirnya tiba," suara sosok itu menggema, dalam dan penuh kekuatan. "Aku adalah inti dari kegelapan ini. Aku adalah pemilik setiap jiwa yang terperangkap di sini, dan kalian hanyalah tambahan berikutnya."

Raka mengacungkan pedangnya. "Kau mungkin inti dari kegelapan ini, tapi kami akan menghancurkanmu. Ini adalah akhir dari semuanya!"

Sosok itu tertawa, suara tawanya seperti gempa yang mengguncang ruangan. "Menghancurkanku? Bahkan Ilya, dengan pengorbanannya, hanya berhasil memperlambatku. Sekarang, lihatlah teman-teman kalian, dan tanyakan pada diri kalian, siapa yang akan kau korbankan selanjutnya?"

---

Serangan Pertama

Tanpa peringatan, sosok itu mengangkat tangannya, dan lantai ruangan berubah menjadi cairan merah pekat. Dari genangan itu, muncul makhluk-makhluk yang bahkan lebih mengerikan daripada sebelumnya. Tubuh mereka berbentuk manusia, tetapi kepala mereka seperti binatang buas, dan tangan mereka membawa senjata tajam yang tampak hidup.

"Serang!" teriak Raka, melompat maju dengan pedangnya. Ia menebas salah satu makhluk itu, tetapi darah dari tubuh makhluk itu meledak seperti asam, membakar kulitnya. "Hati-hati! Mereka beracun!"

Lando memutar tombaknya, menusuk dua makhluk sekaligus, tetapi makhluk-makhluk itu terus bangkit. "Mereka tidak bisa mati!" serunya.

Pria tua itu mencoba melantunkan mantra, menciptakan penghalang cahaya yang sementara menghentikan serangan makhluk-makhluk itu. "Kalian harus menyerang inti kegelapan! Ini hanya distraksi!"

Wanita penjaga berlari ke arah takhta, tetapi sebelum ia bisa mendekat, cabang-cabang berduri dari tubuh sosok itu menyerangnya. Salah satu cabang itu menembus bahunya, mengangkatnya ke udara. Ia menjerit kesakitan, darah mengalir deras dari lukanya.

"Tidak ada yang bisa mendekatiku tanpa membayar harga!" teriak sosok itu, mengayunkan wanita penjaga seperti boneka, sebelum melemparkannya ke dinding. Tubuhnya jatuh dengan bunyi berdebam, dan ia tidak bergerak lagi.

---

Perlawanan yang Putus Asa

Raka, dengan amarah membara, berlari ke arah sosok itu. Ia mengayunkan pedangnya dengan seluruh kekuatannya, tetapi cabang-cabang berduri itu menyerang balik, menghantam tubuhnya hingga ia terlempar ke belakang.

"Kau hanya manusia kecil yang lemah," ejek sosok itu. "Bagaimana kau bisa berharap untuk melawanku?"

Lando berusaha melindungi Raka, menangkis serangan cabang-cabang itu dengan tombaknya. "Bangun, Raka! Kita tidak bisa menyerah sekarang!"

Namun, situasi semakin memburuk. Pria tua itu jatuh berlutut, mantra pelindungnya melemah. "Energi ini terlalu kuat... aku tidak bisa menahannya lebih lama."

Raka memandang sekeliling. Wanita penjaga terbaring tak bergerak, pria tua itu hampir tidak mampu berdiri, dan Lando kelelahan. Makhluk-makhluk itu terus menyerang tanpa henti, sementara sosok di takhta hanya tertawa, menikmati penderitaan mereka.

"Ilya mengorbankan dirinya untuk memberi kita kesempatan," pikir Raka. "Aku tidak bisa membiarkan pengorbanannya sia-sia."

---

Tekad Terakhir

Raka berdiri dengan susah payah. Darah mengalir dari luka-lukanya, tetapi matanya penuh dengan tekad. Ia menatap pria tua itu. "Apa cara tercepat untuk menghancurkannya?"

Pria tua itu menggeleng lemah. "Kau harus mencapai inti takhtanya dan menusukkannya dengan senjatamu... tetapi kau akan mati sebelum kau bisa mendekatinya."

"Kalau begitu, aku akan memastikan setiap langkahku berarti," jawab Raka dengan tegas.

Ia berlari dengan kecepatan penuh, menebas makhluk-makhluk yang menghalanginya. Cabang-cabang berduri dari sosok itu menyerangnya lagi, tetapi kali ini, Lando melompat ke depan, menangkis serangan itu dengan tombaknya.

"Pergi, Raka! Aku akan menahan mereka!" teriak Lando, meskipun ia tahu ini mungkin akhir baginya.

Raka berlari melewati genangan darah dan makhluk-makhluk yang terus bermunculan. Ketika ia mendekati takhta, sosok itu mulai panik.

"Tidak! Kau tidak akan berhasil!"

Cabang-cabang berduri itu menyerang dengan liar, tetapi Raka terus maju. Dengan teriakan penuh amarah, ia melompat ke udara dan menusukkan pedangnya ke pusat takhta tersebut.

---

Kematian dan Kehancuran

Saat pedang Raka menusuk takhta, ledakan besar mengguncang ruangan. Cahaya terang menyelimuti segalanya, menghancurkan makhluk-makhluk dan cabang-cabang berduri. Sosok di atas takhta menjerit, tubuhnya mulai hancur menjadi abu.

Namun, kekuatan ledakan itu juga menyeret Raka. Tubuhnya terbakar oleh cahaya yang sama, tetapi ia tersenyum. "Aku telah menyelesaikan tugasku."

Ketika cahaya itu mereda, ruangan itu kosong. Hanya tersisa Lando, yang terbaring lemah di lantai, dan pria tua itu, yang menangis dalam diam. Dunia kegelapan telah lenyap, tetapi dengan harga yang sangat mahal.

---

1
Airin Livia
bagus. semangat thor! 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!