Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
Masih berada di mall, zhafira nampak tidak nyaman saat berdua dengan Arga, karena sejak tadi dia sadar sedang di awasi oleh Kendrick.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini fira? Dan dengan siapa kamu ke mari?" Arga pun memberondong zhafira dengan berbagai pertanyaan.
"Aku ke sini, hanya mengantar teman ku untuk belanja, arga." Zhafira terpaksa berbohong, supaya tidak di curigai oleh arga.
"Aku ingin membicarakan sesuatu dengan mu, fira." Arga menatap serius.
Mendengar penuturan arga, membuat zhafira terdiam.ini bukanlah waktu yang tepat untuk mereka mengobrol karena zhafira sadar jika dirinya tidak sendiri.
"Maaf arga, sepertinya aku harus segera pulang. Mungkin lain kali saja, kita berbincangnya. Tidak apa-apa, kan?" zhafira bangkit dari duduknya, segera pamit pergi dari sana.
Arga yang merasa kecewa pun, hanya bisa menghela nafas kasar. "Aku tahu mungkin ini sangat sulit bagi mu fira. Seandainya kamu mau membuka hati mu untuk ku. Maka aku akan obati luka hati mu." gumam Arga pelan, menatap punggung zhafira yang menjauh.
Zhafira menghela nafas lega, karena bisa pergi menghindar dari Arga. kini dia menghampiri kembali windi, yang masih berada di toko baju.
Seketika mata zhafira terbelalak, saat melihat beberapa paper bag yang sangat banyak terpampang di hadapannya.
"Apa ini semua, windi? " pekik zhafira, terkejut.
Windi tersenyum tipis. "Maaf nona, ini semua keperluan untuk nona." ujarnya,sopan.
"Ta-tapi ini terlalu banyak." protes zhafira.
Di saat zhafira terlihat frustasi, karena melihat belanjaan yang menurutnya berlebihan, Kendrick menghampirinya.
"Maaf nona,kita harus segera pulang. King sudah menunggu kita di rumah." sahut Kendrick, tegas.
Zhafira menatap ke arahnya, kini dia hanya bisa pasrah dengan semua ini.
Sebelum pergi, Kendrick membayar terlebih dahulu semua belanjaannya zhafira. setelah itu, mereka pun segera pulang kembali ke rumah eric.
***
Tak berselang lama, mobil yang di tumpangi zhafira pun sampai di halaman rumah eric.
Dia ragu, saat akan masuk kedalam ruang. takut jika eric akan memarahinya karena berbelanja terlalu banyak.
"Mari nona, king sudah menunggu anda di ruangannya. " Kendrick mempersilahkan zhafira, segera masuk ke dalam rumah.
Zhafira pun menghela nafas. "Baiklah." ucapnya pasrah.
Di dalam rumah tampak keadaan sangat sepi, tidak ada Louis maupun eric di sana. lalu di mana mereka entahlah.
Kendrick menuntun zhafira, berjalan ke suatu ruangan yang terlihat gelap, bahkan dia merasa takut dengan suasana di sepanjang lorong itu.
"Kamu mau membawa aku kemana, tuan?" sahut zhafira, ketakutan.
Kendrick hanya melihat sekilas tanpa menjawab. zhafira yang melihat hal itu pun, semakin takut dengan sikap Kendrick yang begitu dingin.
CEKLEK...
Kendrick membuka pintu, saat sudah sampai di depan ruangan itu.
"Silahkan masuk nona. King sudah menunggu mu di dalam." Kendrick memberikan jalan, pada zhafira yang akan masuk ke dalam ruangan itu.
"Apa kamu yakin, eric ada di dalam? " Dengan perasaan takut, zhafira memberanikan diri untuk bertanya.
Kendrick hanya mengangguk pelan dan segera menutup pintu.
"Hei... kenapa aku di tinggal sendiri.... " Zhafira yang ketakutan pun, memutuskan untuk keluar lagi. namun saat akan membuka pintu, tiba-tiba ada yang menarik tangannya.
"Aaaaa." teriak zhafira ketakutan.
"Sssttt. Jangan takut ini saya! " sahut eric, dengan nada dinginnya.
Zhafira terdiam, memperhatikan wajah eric yang berada di sampingnya.
"Kamu... " Zhafira menghembuskan nafas lega, saat melihat keberadaan eric di sana.
"Kenapa kamu menyuruh ku ke sini, " tanya zhafira.
Eric hanya tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya ke dekat zhafira.
"Saya akan menghukum wanita,yang tidak mendengarkan peringatan suaminya." bisik eric, dengan suara bernada dingin dan berat.
Seketika tubuh zhafira merinding,merasakan sapuan nafas eric, yang mengenai telinganya. apalagi dengan cara berbicara eric, seperti seseorang yang akan hendak memangsa buruannya.
"Ma-maksud kamu apa eric?"
Eric mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sesuatu pada zhafira.
"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, eric. " Zhafira ketakutan, saat melihat eric berjalan mendekati dirinya.
Zhafira reflek memundurkan langkahnya,saat melihat tatapan eric seperti seorang psychopath.
"Saya tidak suka orang pembangkang.Jadi kamu harus menerima hukuman dari saya, zhafira." ucap eric, penuh penekanan.
"Tidak, aku mohon! Aku tidak sengaja bertemu dengannya. Aku juga tidak tahu jika dia berada di sana! " Zhafira terus memundurkan langkahnya,sambil memohon agar eric tidak melakukan hal buruk padanya.
Eric yang sudah muak mendengar perkataan zhafira pun, mencekik lehernya kuat.
Zhafira terkejut, dengan apa yang di lakukan oleh eric.dia mencoba berontak namun percuma, karena kekuatan eric lebih besar.
Eric menatap tajam zhafira, yang mulai kehabisan nafas.setelah puas meluapkan kemarahannya, eric segera melepaskan tangannya.
Zhafira terduduk dengan rakus menghirup oksigen, merasakan sakit pada bagian lehernya.
Kini zhafira semakin ketakutan,melihat sifat asli eric yang sebenarnya. dia tidak menyangka, jika eric dapat bersikap seperti seorang pembunuh.
"Ya Tuhan, siapa eric sebenarnya? Aku takut.... " lirih zhafira dalam hati.
Eric tersenyum miring. "Itu sebagai permulaan bagi mu. Sekarang nikmatilah malam indah mu, zhafira. Tidur nyenyak lah, di sini." Perlahan berjalan mundur, dan dengan cepat menutup pintu dan menguncinya.
Zhafira yang baru menyadari hal itu pun segera, menghampiri pintu yang sudah di kunci dari luar.
"Eric! Tolong buka pintunya! " teriak zhafira, ketakutan.
Bagaimana tidak takut,ruangan itu kini terlihat menyeramkan, bahkan tak ada cahaya selain sinar lampu yang sudah lemah dan nyaris padam.
Apalagi tanpa semua tahu,jika zhafira sangat takut dengan kegelapan. kini keadaan zhafira sangat memprihatinkan, dadanya terasa sesak dengan keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya.
Kini zhafira mengalami serangan panik,bahkan kini pandangannya mulai kabur.tak lama kemudian, zhafira tidak sadarkan diri.
Tidak ada yang mengetahui, jika zhafira kini tidak sadarkan diri. sungguh malang nasib zhafira saat ini.
***
Di kamar Eric
Setelah selesai memberikan hukuman pada zhafira, Eric langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.
Tak lama kemudian, dia pun selesai dan segera berpakaian. setelah selesai,eric membaringkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit di artikan.
Hari ini dia sangat banyak menguras energi, sehingga merasa lelah pada hati dan pikirannya.
"Ada apa sebenarnya dengan diri ku. " gumam eric, pelan.
Sebelumnya, dia tidak pernah semarah ini pada wanita. apa lagi sampai ingin membunuh.
Eric menghela nafas kasar, memilih memejamkan matanya. berharap setelah tidur, hal yang mengganggu pikirannya menghilang.
Pukul 22.00 WIB
Eric mengejapkan mata,melihat ke jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. dan itu artinya dia sudah tertidur sangat lama.
Kini dia pun teringat pada zhafira, yang masih terkunci di ruang tempat dia menghukumnya.
Eric menyibakkan selimut dan segera beranjak dari tempat tidurnya.sebelum pergi ke tempat itu, eric terlebih dahulu mencuci mukanya dulu.
Dengan langkah lebarnya, eric berjalan menuju ruangan zhafira.
CEKLEK...
Eric membuka pintunya dan betapa terkejutnya dia, saat melihat zhafira yang tak sadarkan diri.
Eric segera menghampirinya dan memastikan keadaannya.
"Zhafira! Bangun! " Eric menepuk-nepuk pipi zhafira, yang terasa dingin.
"Shit! Dasar lemah! " decak eric, kesal.
Melihat keadaan zhafira yang mengkhawatirkan, eric pun segera membawanya keluar dari sana.