Hujan deras di tengah malam menyatukan langkah dua orang asing, Dasha dan Gavin di bawah payung yang sama. Keduanya terjebak di sebuah kafe kecil, berbagi cerita yang tak pernah mereka bayangkan akan mengubah hidup masing-masing.
Namun hubungan mereka diuji ketika masa lalu Gavin yang kelam kembali menghantui, dan rahasia besar yang disimpan Dasha mulai terkuak. Saat kepercayaan mulai retak, keduanya harus memilih menghadapi kenyataan bersama atau menyerah pada luka lama yang terus menghantui.
Mampukah Dasha dan Gavin melawan badai yang mengancam hubungan mereka? Ataukah hujan hanya akan menjadi saksi bisu sebuah perpisahan?
Sebuah kisah penuh emosi, pengorbanan, dan perjuangan cinta di tengah derasnya hujan. Jangan lewatkan perjalanan mereka yang menggetarkan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pada siang hari yang cerah Dasha tiba di sekolah Nathan untuk menjemputnya. Setelah beberapa bulan penuh kesibukan dengan usaha baru, Dasha merasa senang bisa meluangkan waktu untuk anak tirinya itu. Ketika dia sampai di gerbang sekolah, dia melihat Nathan sedang berdiri di depan pintu keluar, menunggu. Matanya langsung bersinar ketika melihat Dasha mendekat, dan senyum lebar muncul di wajahnya.
"Hi, Nathan! Bagaimana sekolahmu hari ini?" sapa Dasha sambil membuka pintu mobil.
Nathan melangkah masuk dengan riang, meletakkan tas ranselnya di kursi sebelah. "Hi, Bunda! Sekolah seru banget hari ini," jawab Nathan dengan antusias.
Dasha tersenyum, menatap Nathan lewat kaca spion. "Oh ya? Ceritakan dong, apa yang seru?"
Nathan mulai bercerita dengan semangat. "Tadi pagi kita ada pelajaran matematika, Bunda. Aku akhirnya paham soal yang bikin aku bingung minggu lalu. Miss Sara ngasih aku cara gampang buat menyelesaikan, dan aku langsung bisa jawab soal-soalnya dengan bener!"
Dasha tertawa kecil, merasa bangga. "Wah, keren banget, Nathan! Jadi, pelajaran matematika mulai seru ya?"
"Iya, Bunda! Terus tadi siang kita ada olahraga. Aku dan teman-teman main bola, dan aku bisa nge-gol loh! Walaupun cuman sekali, tapi aku senang banget!" Nathan melanjutkan ceritanya dengan semangat.
“Wah, hebat! Aku pasti bakal jadi penonton setia kalau kamu main bola nanti,” ujar Dasha sambil mengusap kepala Nathan dengan lembut.
Nathan tersenyum lebar. "Bunda, aku juga tadi ngobrol sama teman baru. Namanya Alex, dia baru pindah dari kota lain. Kita jadi deket karena kita suka banget sama game yang sama."
“Oh, jadi kamu sudah punya teman baru ya? Senang deh dengarnya,” kata Dasha sambil melirik Nathan dengan penuh perhatian.
"Iya, Bunda. Dia juga suka main bola dan dia ngajarin aku cara baru buat main game. Kita juga ngobrolin tentang liburan sekolah nanti, katanya dia bakal ke pantai. Aku juga pengen banget ke pantai!" Nathan melanjutkan cerita sambil menatap jendela.
Dasha tertawa kecil. “Wah, sepertinya kamu punya banyak cerita seru hari ini. Jadi, kamu makin betah di sekolah ya?”
Nathan mengangguk antusias. “Iya, Bunda! Aku senang bisa belajar hal-hal baru dan ketemu teman-teman. Tapi, aku tetap suka banget kalau Bunda jemput aku, jadi kita bisa ngobrol kayak gini.”
Dasha merasa hangat di hatinya mendengar kata-kata Nathan. “Aku juga senang, Nathan. Aku akan selalu ada untuk jemput kamu, apapun yang terjadi. Kamu penting buat Bunda.”
Nathan tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahu Dasha. “Makasih, Bunda. Aku juga senang banget punya Bunda. Semoga besok ada cerita seru lagi di sekolah.”
Dasha memegang tangan Nathan dengan lembut, merasakan betapa berartinya momen sederhana ini. “Aku yakin akan ada banyak cerita seru. Tapi yang paling penting, kita selalu bisa saling berbagi cerita, kan?”
Nathan mengangguk dengan senyum lebar, merasa nyaman dan bahagia. Di perjalanan pulang, mereka terus berbicara tentang sekolah, teman-teman, dan rencana mereka di akhir pekan. Momen itu terasa begitu berharga bagi Dasha meski sederhana, namun penuh dengan kehangatan dan kedekatan yang semakin mendalam antara dirinya dan Nathan.
.
.
.
.
.
Setibanya di rumah, Nathan langsung bergegas keluar dari mobil. “Bunda, aku mau ganti baju dulu!” serunya sambil berlari ke dalam rumah. Dasha hanya tersenyum melihat semangat Nathan. Dia tahu betul bahwa setelah seharian beraktivitas, Nathan pasti merasa lapar dan ingin segera berganti pakaian.
Dasha memasuki dapur dan mulai menyiapkan makan siang. Sebagai seorang ibu yang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, dia sudah merencanakan menu sederhana tapi bergizi untuk hari itu nasi goreng dengan telur dan sayur-sayuran yang segar. Sambil mengaduk nasi goreng di wajan, Dasha mendengar langkah kaki Nathan yang kembali ke ruang makan setelah mengganti bajunya.
Nathan duduk di meja makan dengan ekspresi gembira. “Bunda, wangi banget nih! Apa yang Bunda masak?”
“Nasi goreng kesukaan kamu,” jawab Dasha sambil menuangkan nasi goreng ke piring Nathan, menambahkannya dengan telur mata sapi di atasnya. "Ada telur dan sayuran juga, biar kamu tetap sehat."
Nathan melompat kegirangan, matanya berbinar melihat makanan favoritnya di depan mata. “Wah, makasih Bunda! Ini paling enak, deh!”
Dasha tertawa, duduk di seberang Nathan. “Aku tahu kamu pasti suka. Jangan lupa makan sayurnya ya, biar badan kamu tetap sehat dan kuat buat main bola.”
Nathan langsung mengangguk dan mulai menyantap makanannya dengan lahap. “Iya, Bunda! Pokoknya, kalau ada nasi goreng Bunda, aku pasti habisin deh!” jawab Nathan sambil tersenyum ceria.
Dasha memandangnya dengan penuh kasih sayang. Dia senang bisa menyediakan makanan yang disukai Nathan dan melihat anaknya makan dengan lahap setelah hari yang panjang di sekolah. Sambil menunggu Nathan selesai makan, Dasha mempersiapkan segelas jus jeruk segar untuk menambah asupan vitamin.
Ketika makan siang hampir selesai, Dasha mengajukan pertanyaan dengan nada ringan. “Jadi, Nathan, setelah makan siang, kamu mau ngapain? Ada PR atau mau main dulu?”
Nathan mengunyah makanannya dengan semangat, lalu menjawab, “Aku mau main game dulu bentar, Bunda. Abis itu baru deh kerjain PR. Tadi pas di sekolah aku dapat ide buat ngerjain tugas seni, jadi aku gak sabar pengen mulai.”
Dasha mengangguk. “Oke, tapi jangan lupa istirahat, ya. Setelah itu baru kerjain PR-nya dengan tenang.”
Nathan mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Bunda! Makasih ya udah bikinin makan siang yang enak. Aku selalu senang banget kalau Bunda di rumah.”
Dasha merasa bahagia mendengar kata-kata Nathan. Meskipun sederhana, momen makan siang bersama ini membuatnya merasa lebih dekat dengan anaknya. Ia sadar, waktu-waktu seperti inilah yang sangat berharga waktu untuk saling berbagi cerita, menikmati kebersamaan, dan saling mendukung.
“Bunda juga senang kok bisa di rumah dan menemanimu, Nathan. Apapun yang terjadi, kita selalu punya waktu untuk satu sama lain,” jawab Dasha sambil tersenyum, hati penuh dengan rasa syukur.
Setelah makan siang yang lezat, Nathan merasa sedikit mengantuk. Hari yang panjang di sekolah membuat tubuhnya lelah, dan setelah aktivitas fisik seperti bermain bola, dia merasa perlu istirahat. Dasha melihat Nathan mulai menguap, matanya mulai setengah terpejam.
“Nathan, kamu udah cukup makan dan istirahat, nih. Mungkin sekarang waktunya tidur siang, biar nanti sore kamu punya energi buat main lagi,” kata Dasha sambil tersenyum lembut.
Nathan mengangguk setuju, meski matanya sudah mulai terpejam. “Iya, Bunda. Aku capek, deh. Tapi nanti kalau udah bangun, aku mau main sama teman-teman, ya?”
“Tentu, setelah tidur siang kamu pasti lebih segar. Jangan khawatir, kita bisa main setelah itu,” jawab Dasha, sambil mengusap rambut Nathan dengan penuh kasih sayang.
Nathan berjalan perlahan menuju kamarnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut kesayangannya. Sebelum menutup mata, dia tersenyum pada Dasha. “Makasih, Bunda. Aku senang banget punya Bunda yang selalu ada buat aku.”
Dasha mengangguk dengan senyuman hangat. “Aku juga senang punya kamu, Nathan. Tidur yang nyenyak ya, biar kamu segar saat bangun.”
Setelah memastikan Nathan nyaman di tempat tidurnya, Dasha menutup pintu kamar dengan pelan, memberikan ruang bagi Nathan untuk beristirahat. Dengan hati yang ringan, Dasha melangkah keluar dari kamar dan kembali ke ruang tamu.
Beberapa menit berlalu, dan suara lembut nafas Nathan yang teratur mengalir dari kamar, menandakan bahwa dia sudah terlelap dalam tidur siangnya. Dasha duduk di sofa, memanfaatkan waktu ini untuk meresapi kebersamaan mereka, merasa bersyukur atas momen-momen kecil yang penuh dengan kasih sayang ini. Sejenak, Dasha menikmati keheningan rumah, sembari menunggu Nathan terbangun untuk melanjutkan hari mereka bersama.
Saat Nathan tidur dengan tenang, Dasha merasa lebih yakin bahwa meskipun banyak kesibukan dan tantangan yang datang, kebahagiaan mereka selalu bisa ditemukan dalam momen-momen sederhana seperti ini menghabiskan waktu bersama, mendengarkan cerita, dan memberi perhatian satu sama lain.