"Kak Zavin kenapa menciumku?"
"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku, Viola."
Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat Zavin berusia 9 tahun dan Viola berusia 5 tahun. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, tak disangka Zavin jatuh cinta pada Viola. Dia sangat posesif dan berusaha menjauhkan Viola dari pacar toxic-nya. Namun, hubungan keduanya semakin renggang setelah Viola menemukan ayah kandungnya.
Apakah akhirnya Zavin bisa mendapatkan cinta Viola dan mengubah status mereka dari kakak-adik menjadi suami-istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
"Kamu...?" Viola terpaku sejenak melihat wajah yang begitu dikenalnya. Ryan, mantan kekasih yang dulu tiba-tiba memutuskan hubungan mereka tanpa alasan yang jelas.
"Mau apa kamu ngikutin aku?" Kenangan pahit dari hubungan mereka yang mendadak berakhir mendesak di pikirannya, membuat emosinya bercampur aduk.
Ryan tetap diam. Ia kembali memasang helmnya, berniat untuk pergi, namun Viola dengan cepat menangkap tali tasnya dan menghentikan Ryan.
"Jangan bilang kamu disuruh Kak Zavin," desaknya. Viola tahu betul bagaimana obsesif kakaknya terhadap dirinya.
Ryan hanya menatapnya, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
"Berapa Kak Zavin bayar kamu? Jangan bilang kamu putusin aku juga dibayar Kak Zavin," tanya Viola lagi.
"Tidak!" sergah Ryan. "Aku memutuskan kamu karena kamu tidak bisa menjaga sikapmu sama cowok lain. Kamu terlalu dekat dengan mereka, Viola. Itu yang membuatku gak bisa bertahan. Dan ya, sekarang aku memang mengawasimu. Selain bayaran dari kakakmu, aku juga gak mau kamu terjerumus ke pergaulan bebas dengan pacar dan teman-teman kamu itu."
Kata-katanya bagaikan pukulan keras di dada Viola. Ia melepaskan pegangan pada tas Ryan.
Ryan mengembalikan helmnya ke posisi semula, lalu melaju pergi tanpa menoleh lagi.
Viola hanya berdiri mematung dan menatap bayangannya yang semakin menjauh. Di antara mantan-mantannya, Ryan memang selalu jadi yang terindah dan yang paling memahami dirinya. Tapi mungkin, dialah yang tak pernah benar-benar mengerti Ryan.
Viola akhirnya menaiki motornya dan melaju menuju kampus. Namun, pikirannya masih terpaku pada pertemuan singkat dengan Ryan.
Sesampainya di kampus, Viola memarkir motornya dan melepas helmnya. Ia berjalan dengan langkah lesu menuju perpustakaan untuk mencari referensi skripsi.
Viola mengambil beberapa buku referensi, lalu duduk di meja yang agak sepi. Ia membuka salah satu buku, dan hanya menatap halaman-halamannya sekilas sebelum menutupnya lagi dengan frustrasi. Pikirannya kembali melayang pada kakaknya yang tak henti-hentinya mengawasinya dengan cara yang menurutnya keterlaluan.
"Pantas saja Kak Zavin selalu tahu apa yang aku lakukan," gumamnya kesal. "Menyebalkan!" Dengan gerakan cepat, Viola membuka ponselnya dan mencari di internet tentang 'brother complex.'
Ketika artikel-artikel mulai muncul, Viola menatap layar ponselnya dengan serius. "Aih, mengerikan sekali," komentarnya, lalu meletakkan ponselnya di meja. Tatapannya beralih ke Hana, penjaga perpustakaan yang kebetulan seumuran dengan Zavin. Hana cantik dan bersikap sangat ramah.
Senyum nakal mengembang di bibir Viola. Ide iseng muncul di benaknya. Ia mengambil ponsel yang lain, yang berisi nomer yang tidak diketahui oleh Zavin dan diam-diam dia memotret Hana, lalu menjadikan foto tersebut sebagai foto profil. Kemudian dia mengambil selfie dirinya saat berada di perpustakaan dan mengirim foto itu kepada Zavin.
"Viola sekarang ada di perpustakaan, Mas."
Viola terkikik pelan dan puas dengan tindakannya yang jahil. Namun, tak lama kemudian, ia mendapati pesan tersebut hanya dibaca tanpa dibalas oleh Zavin. Viola menggembungkan pipinya kesal.
"Mas, kalau mau tahu apa yang dilakukan Viola, tanya saja sama saya. Saya dekat dengan Viola di kampus," lanjutnya dengan nada menggoda. Beberapa detik kemudian, balasan dari Zavin muncul.
"Iya, terima kasih."
"Wah, benar-benar dingin sama cewek lain," gumamnya, sambil melipat kedua tangannya. Tak lama kemudian, Dika dan Raisa datang dan duduk di dekatnya.
"Kamu dimarahi lagi sama Kak Zavin?" tanya Raisa.
"Yah, biasalah. Aku gak bisa ikut kalian lagi ke klub malam. Cukup yang kemarin, itu yang pertama dan terakhir."
Viola memasukkan ponselnya ke dalam tas, lalu mulai menumpuk buku-buku yang akan dipinjamnya. "Udah, gak usah dibahas lagi."
"Tapi kamu jadi ikut camping di pantai, kan?" tanya Dika memastikan rencana mereka.
Viola mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, jadi."
Mereka bertiga lalu berdiri dan berjalan bersama-sama menuju kelas.
...***...
Viola mempercepat langkahnya menuju parkiran motor karena langit mulai mendung. "Sepertinya akan hujan," gumamnya sambil mendongak ke langit yang semakin gelap. Tak ingin terjebak di tengah hujan yang deras, dia segera menaiki motornya dan menyalakannya. Dia berharap bisa sampai ke tujuan sebelum hujan mengguyur.
Baru beberapa menit di jalan, mata Viola tertarik pada sebuah mobil jeep hitam yang mengikuti di belakangnya. "Mobil jeep?" bisiknya sambil melihat melalui kaca spion. Aneh, mobil itu tak kunjung mendahului meskipun ada ruang untuk melakukannya.
Viola mulai merasa ada yang tidak beres. Ia memperlambat laju motornya dan memberi kesempatan pada mobil untuk melewatinya, tapi jeep itu tetap mengikuti dari belakang dengan kecepatan yang sama. Hal itu membuat jantung Viola berdegup lebih cepat.
"Kenapa mobil itu nggak lewat-lewat juga?" gumamnya. Ia mencoba mengabaikannya dan berusaha berpikir positif. Mungkin si pengendara hanya kebetulan mengambil jalur yang sama, pikirnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Namun, ketakutannya semakin menjadi ketika ban motornya terasa goyah. "Yah, apa lagi ini?" Viola menepikan motornya, lalu memeriksa ban motornya. "Yah, bocor," keluhnya dengan frustrasi. Pandangannya menyapu sekeliling, berharap menemukan bengkel tambal ban, namun yang ada hanya deretan ruko-ruko yang masih tertutup.
"Tukang tambal bannya jauh lagi," desisnya dengan gusar. Tak ada pilihan lain, Viola mulai menuntun motornya dan mencoba mencari tempat yang aman. Tetapi rasa was-was kembali menghampiri karena mobil jeep itu masih terparkir tak jauh di belakangnya. Ia merasa ada yang mengikutinya.
Viola menoleh ke belakang dengan hati-hati, dan betul saja, mobil jeep itu berhenti di kejauhan. Namun, yang membuatnya lebih panik adalah dua pria berjaket kulit hitam yang keluar dari dalam mobil dan berjalan ke arahnya. Mereka berjalan santai, tetapi kehadiran mereka jelas membawa ancaman terselubung..
Tanpa berpikir panjang, Viola melepaskan genggamannya dari motor dan mulai berlari secepat mungkin, meninggalkan motornya di tepi jalan.
Viola salah mengambil keputusan saat berbelok ke arah deretan ruko yang masih setengah jadi. Sekarang dia hanya berharap menemukan tempat bersembunyi.
Setelah memasuki area ruko yang setengah jadi, Viola cepat-cepat mencari tempat yang bisa menutupi tubuhnya. Ia menemukan sebuah ruko dengan pintu yang sedikit terbuka, lalu masuk dan merunduk di dekat sebuah tong kosong yang tergeletak di sudut ruangan. Viola menahan napas, jantungnya berdetak keras di dadanya, seolah akan meledak kapan saja. Tangannya gemetar saat mencoba menutupi mulutnya agar tak bersuara.
Langkah kaki itu semakin mendekat. Mereka berdua mulai memasuki area ruko. "Ke mana cewek itu lari?" tanya salah satu pria.
"Kayaknya ke arah sini," jawab yang lain.
Viola merapatkan tubuhnya ke dinding, berharap bayangannya tak terlihat di celah pintu ruko yang terbuka sedikit.
Ketegangan semakin memuncak ketika suara langkah kaki semakin mendekat ke tempat persembunyian Viola. Ada tangan yang tiba-tiba menyentuh bahunya dan nyaris membuatnya berteriak. " Hah!"
Thanks Mbak Puput
Ditunggu karya selanjutnya ❤️
perjuangan cinta mereka berbuah manis...
Semoga cepat menghasilkan ya, Zavin
semoga cepat diberi momongan ya ..
udah hak Zavin...
😆😆😆
Siapa ya yang berniat jahat ke Viola?