Ini lanjutan dari Novel keduaku yang berjudul "Gadis Barbar Kesayangan Tuan Muda Lumpuh"
Edgar merasa ada yang aneh dalam dirinya, dia mencoba memeriksakan dirinya ditemani oleh asisten setianya yang bernama Leo. Begitu ia datang kerumah sakit Edgar menemui dokter Andrologi, betapa terkejutnya ia mendapati hasilnya yang menyatakan kalau dirinya impoten.
Dibalik kesedihan pasti ada kebahagian yang telah di persiapkan oleh Tuhan, Edgar di pertemukan dengan seorang gadis tomboy bernama Zalea yang berasal dari keluarga broken home. Sebuah keajaiban datang ketika Edgar dan Zalea tak sengaja bertemu disuatu tempat, ia yang dinyatakan impoten tiba-tiba bereaksi ketika melihat Zalea.
Bagaimana kisah cinta Edgar dan juga Zalea? Apakah mereka akan bersatu?
Yuk simak ceritanya 💃🥰🤗
HAPPY READING 😚
Jangan lupa bintang 5 nya ya readers 🙏😚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zalea sadar
Adel yang diminta datang ke apartemen milik Edgar pun bergegas mengajak suaminya Albert ikut serta bersamanya, sebelum pergi Adel menitipkan si kembar pada Indah selaku neneknya.
"Mom, Adel titip si kembar ya." ucap Adel.
"Emangnya kamu mau kemana?" tanya Indah.
"Adel sama mas Al mau ke apartemen Edgar, katanya ada perlu sebentar." jawab Adel.
"Tapi Edgar gak kenapa-napa kan?" tanya Indah lagi.
"Enggak kok mom," jawab Adel.
"Yasudah, hati-hati di jalannya. Gausah khawatir ya, si kembar aman sama mommy." ucap Indah.
"Oke mom, makasih ya mom." ucap Adel.
Adel pun menyalimi tangan Indah, dia mengeluarkan ponselnya mengirim pesan singkat pada Leo. Albert turun dari kamarnya membawa jaket serta kunci mobilnya, Albert juga berpamitan kepada ibunya serta menyalimi tangannya.
"Dinda, ayo berangkat." ajak Albert.
"Ayo kakanda, jaket aku mana?" tanya Adel.
"Ini," ucap Albert menyodorkan jaket pada Adel.
Adel mengambil jaket dari tangan suaminya, dia langsung memakianya begitupun Albert. Setelah semuanya siap keduanya pun berjalan keluar, Albert mengambil mobilnya terlebih dahulu sedangkan Adel menunggu di depan pintu utama.
"Ayo naik dinda." titah Albert.
Adel menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, ia membuka pintu mobil kemudian duduk disamping suaminya. Dirasa semuanya sudah aman Albert melajukan mobilnya meninggalkan mansion, di sepanjang jalan Adel tengah memikirkan sesuatu membuat suaminya penasaran.
"Kamu mikirin apa dinda?" tanya Albert.
"Mikirin cicilan." jawab Adel asal.
"Hah? Kamu punya hutang? Sama siapa?" cecar Albert terkejut.
"Ck, ya enggaklah. Masa suami orang terkaya nomor satu bininya punya hutang? Yang bener aja." ucap Adel berdecak kesal.
"Ya habisnya kamu jawabnya punya hutang." ucap Albert.
"Astagfirullah, kamu kenal aku udah berapa lama sih? Kamu kan tahu kalau aku lagi mikir jangan di ganggu dulu, kalau konsentrasinya keganggu otomatis apa yang aku pikirin langsung buyar." kesal Adel.
"Ya maaf, kamu kenapa sih akhir-akhir ini jadi gampang sensi? Apa kamu lagi hamil lagi ya?" tebak Albert.
"Enggaklah, orang aku mens nya aja masih lancar." sanggah Adel.
Tak lama kemudian mobil yang di tumpangi oleh Adel dan Albert sudah sampai di apartemen Edgar, mereka langsung naik kelantai atas, sebelum masuk Leo tengah menunggu kedatangan Adel di depan pintu.
"Lele." panggil Adel.
"Ya Allah madam, nama udah bagus-bagus tapi dipanggilnya lele sih?" protes Leo.
"Serah gue dong, sekarang dimana Edgar sama perempuan yang lu maksud?" tanya Adel.
"Ada di kamar." jawab Leo.
"Yaudah bukain dong, gue gak tau kata sandinya." titah Adel.
Leo pun memasukkan kode kata sandi, setelah terbuka Adel mengajak suaminya untuk masuk kedalam.
Ceklek.
"Edgar." panggil Adel.
"Di kamar madam." sahut Edgar.
Adel dan Albert berjalan menuju kamar Edgar diikuti oleh Leo, saat pinti kamar terbuka Adel melihat seorang gadis tengah berbaring tak sadarkan diri diatas kasur.
"Madam, gue minta tolong ya buat urusin nih bocah." ucap Edgar.
"Yaudah, kalian semua keluar dulu gue mau ganti bajunya." ucap Adel menyuruh para pria keluar dari dalam kamar.
Edgar dan yang lainnya lun menuruti ucapan Adel, setelah semuanya keluar Adel mengeluarkan pakaian dari dalam paper bagnya. Dengan hati-hati Adel membuka seluruh pakaian Zalea, dia juga melihat ada luka memar di bagian dadanya serta sudut bibirnya.
"Kayaknya nih anak udah gelut deh." tebak Adel.
Adel memakaikan baju miliknya pada Zalea, tak lupa ia juga mencari kotak obat untuk mengobati luka Zalea. Saat semuanya sudah selesai Adel keluar dari kamar Edgar, dia menghampiri para pria yang tengah duduk di ruang tengah.
"Edgar, apa gadis itu yang di ceritain sama Rasya?" tanya Adel.
"Maksudnya?" tanya Edgar.
"Ck, udah jangan sembunyikan apapun lagi dari gue. Rasya udah cerita semuanya mulai dari penyakit impoten lu sama gadis yang nyuruh jadi pacar pura-pura lu, cuman kita gak kasih tahu mommy takutnya dia khawatir soalnya akhir-akhir ini mommy gampang stress." jelas Adel.
"Kenapa kamu sembunyikan semuanya dari kita? Kalau mommy sampai tahu tamat riwayatmu Ed, mommy udah anggap kalian berdua anaknya jadi apapun yang terjadi kalian harus kasih tahu kita." ucap Albert.
Edgar menundukkan kepalanya, dia juga merasa bersalah sekaligus malu jika harus membahas penyakitnya pada yang lain.
"Sorry." ucap Edgar.
"Disini ada beras?" tanya Adel.
"Ada, cuman dikit lagi soalnya belum belanja." jawab Leo.
"Aku mau bikin bubur dulu ya, kasihan dia pasti lapar begitu bangun nanti, bibirnya sedikit robek jadi harus dikasih makan makanan yang lembut biar gampang ngunyahnya." ucap Adel.
"Iya sayang." ucap Albert.
Adel bediri diikuti oleh Leo, dia masuk ke dapur mengambil beras yang di berikan oleh Leo. Adel dengan cekatan membersihkan beras, setelahnya ia memasak beras tersebut untuk di jadikan bubur. Edgar masuk ke dalam kamarnya memeriksa keadaan Zalea, dilihatnya Zalea sudah membuka matanya berusaha mendudukkan tubuhnya.
"Kau sudah bangun? Jangan banyak bergerak dulu." cegah Edgar.
Edgar berjalan kearah ranjang, dia membantu Zalea untuk duduk bersandar di kepala ranjang.
"Eummh, aku dimana?" tanya Zalea.
"Kau sedang di rumas sakit jiwa." celetuk Edgar.
"Yang bener jawabnya dong, kenapa aku ada disini?" kesal Zalea seraya memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Kamu gak amnesia kan cil? Tadikan kamu dikeroyok, lah terus pingsan yaudah ta bawa kesini aja." ucap Edgar.
Zalea mencoba mengingat kejadian tadi saat ia bertemu dengan ayahnya sepulang belanja, dia langsung melihat jam yang ada diatas nakas, mata Zalea langsung membulat sempurna ternyata ia sudah lama tak sadarkan diri.
"Kok gak bangunin sih om? Ya ampun gimana ini? Ibu pasti khawatir." cemas Zalea.
"Orang lu nya pingsan cil, tenang aja nanti gue anterin pulang." ucap Edgar.
Zalea pun menganggukkan kepalanya, dia baru sadar kalau bajunya sudah diganti. Zalea refleks meraba tubuhnya, dia menatap tajam kearah Edgar yang tengah menatapnya bingung.
"Apa?" tanya Edgar.
"Om jujur! Om apain Lea? Kenapa bajunya diganti?! Om gak blaem-blaem Lea kan?" amuk Zalea.
Pletak.
Edgar menjitak kening Lea dengan keras, dia tak habis pikir dengan Zalea yang menuduhnya sembarangan. Zalea mengusap-usap keningnya yang memerah akibat ulah Edgar, dia melihat tatapan Edgar yang melotot kearahnya.