Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Siang Yang Manis Dari Dev
Aleen dan Dev berangkat kerja bersama seperti sebelum Dev mulai kerja.
"Dev, aku masuk duluan ya. Sampai jumpa saat makan siang".
Aleen bicara sebelum dia turun dari mobil
"Tunggu Leen. Aku tidak bisa makan bersamamu. Aku ada meeting saat jam makan siang. Jadi kamu makan sendiri saja, tidak papa kan? Aku akan pesankan kamu makanan disalah satu restoran sekitar sini".
Dev bicara dengan sikap yang lembut dan pernuh perhatian.
"Eum. Ya sudah tidak papa. Sampai jumpa nanti"
Allen pun setuju dan melambaikan tangan sebelum dia turun dari mobil.
Dev berjalan memasuki kantor dengan gagah dan penuh wibawa. Semua mata tertuju padanya saat dia berjalan.
"Selamat pagi, Pak"
"Pagi"
"Selamat pagi, Pak"
"Ya, pagi"
Dia menanggapi setiap sapaan dari karyawan-karyawannya meskipun hanya dengan 1 kata yang singkat ataupun satu anggukkan kepala saja.
"Pagi, Pak"
"Pagi"
Ray menyapa Dev begitu melihatnya lalu ia berjalan mengikuti Dev keruangannya.
"Apa jadwalku hari ini?", tanya Dev sambil melepaskan jas miliknya dan menggantungnya ditempat yang disediakan.
"Kita akan mengunjungi salah satu pabrik bermasalah yang bekerja sama dengan perusahaan ini"
"Lalu?"
"Saya sudah booking restoran untuk rapat siang ini".
"Oh ya. Pesankan juga tenderloin steak untuk istriku di restoran dekat sini"
"Baik, Pak"
Dev selalu menanggapi pertanyaan Ray dengan singkat tanpa basa basi.
"Apa kamu sudah menemukan orang yang akan bekerja sama dengan keluarga Prasetyo?".
Dev menanyakan pertanyaan pribadinya setelah selesai membahas pekerjaan.
"Saya sudah menemukannya dan mereka akan segera tanda tangan kontrak", ujar Ray menjelaskan.
"Kerja bagus".
...****************...
Sementara itu Aleen juga sedang bekerja di ruangannya. Dia memeriksa setiap bagian dari proyek yang akan segera digarap oleh perusahaan.
Tok tok tok
"Masuk!".
Aleen mempersilahkan masuk tanpa bertanya terlebih dahulu ataupun mengalihkan pandangannya dari dokumen ditangannya.
"Maaf bu, ini dokumen yang ibu minta. Setelah dokumem ini disetujui pak direktur, maka kita bisa langsung survei tempatnya".
Sekretaris Aleen menjelaskan dengan rinci mengenai dokumen yang harus diperiksa Aleen.
"Apa kamu sudah memeriksa semuanya dengan rinci?"
"Sudah, Bu. Saya sudah periksa dan tidak ada masalah dengan datanya".
"Baiklah. Terima kasih"
Sekretaris Aleen kembali keruangannya setelah dia selesai memberikan dokumennya.
Tring
Sebuah pesan teks diterima Aleen saat dia sedang fokus dengan pekerjaannya.
Sudah waktunya makan siang. Aku sudah pesankan tenderloin steak di restoran XX untukmu. Kamu harus pergi makan sekarang. Aku masih rapat bersama klien. Sampai jumpa nanti sore
Aleen tersenyum manis setelah dia membaca pesan singkat yang dikirimkan Dev untuknya.
"Kenapa sekarang dia bersikap manis?"
Gumam Aleen sambil merapikan tasnya dan bersiap pergi untuk makan siang.
"Aku akan makan siang diluar", ujar Aleen bicara pada sekretarisnya.
"Baik, Bu"
Setelah memberitahu sekretarisnya, Aleen langsung beranjak pergi menuju restoran yang dimaksud Dev. Jarak restoran yang dekat membuat Aleen tidak perlu berjalan terlalu jauh.
"Selamat datang. Silahkan duduk".
Seorang pelayan restoran menyambut kedatangan Aleen begitu dia memasuki restoran.
"Mau pesan apa?", tanya pelayan wanita itu dengan sopan. Dia sudah siap dengan pulpen dan kertasnya untuk mencatat pesanan Aleen.
"Pesanan makanan atas nama Dev".
"Oh Pak Dev. Baik, akan saya ambilkan. Tolong tunggu sebentar"
Pelayan itu kembali ke dapur untuk mengambilkan makan siang Aleen yang telah dipesan oleh Dev.
Aleen menunggu sambil memperhatikan sekeliling restoran. Pandangannya terkunci pada seorang pemuda yang baru saja masuk. Aleen tersenyum mencibir lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.
Angga yang menyadari keberadaan Aleen langsung berjalan menghampirinya.
"Leen, kamu juga disini?", sapa Angga yang kini berdiri dihadapan Aleen.
"Hmn, ya"
Aleen tidak terlalu menanggapi Angga dan kebali fokus dengan ponselnya sambil menunggu makan siangnya.
"Leen, boleh aku duduk disini?", tanya Angga menunjuk kursi dihadapan Aleen.
"Kurasa tidak. Masih banyak kursi kosong disana".
Aleen menanggapi dengan sikap yang dingin.
Angga tidak memperdulikan ucapan Aleen dan tetap saja duduk dihadapannya.
"Kenapa kamu bersikap dingin padaku?", tanya Angga yang tidak terima dengan sikap Aleen padanya.
"Haruskah aku bersikap hangat padamu?", jawab Aleen lagi dengan sinis.
"Permisi. Ini pesanan untuk anda. Beliau juga menitipkan bunga ini".
Pelayan itu menyuguhkan steak pesanan Dev dan juga sebuah buket bunga mawar merah untuk Aleen.
"Terima kasih". Aleen menerima buket bunga dengan senyum yang lembut lalu membuka kartu ucapan yang ada didalam buket dan membacanya
To my wife
Maaf tidak bisa menemanimu makan siang. Aku memberikan karangan bunga ini karena kemarin aku tidak bisa memberimu apa-apa saat pernikahan kita. Semoga kamu menyukainya.
Dari suami mendadakmu
Aleen tersenyum membaca pesan yang ditulis Dev untuknya.
"Dasar dia ini". gumam Aleen menutup kembali kartunya dan mencium aroma bunganya.
"Rasanya sudah lama aku tidak melihat senyummu yang seperti itu. Apa itu karena kamu sekarang bersama pria lain atau karena kamu bahagia setelah putus denganku?".
Suara Angga membuat Aleen kembali sadar dengan keberadaannya.
Aleen menatap Angga dengan tatapan yang dingin.
"Bisa jadi karena keduanya... Aku senang karena kamu memutuskan hubungan denganku, jadi aku bisa bersama pria yang jauh lebih pengertian dan lebih percaya padaku dibandingkan kamu. Jika saja saat itu kamu percaya padaku, mungkin aku tidak akan pernah bisa keluar dari rumah itu"
Aleen menanggapi dengan sikap acuh tak acuh.
"Mengenai itu … kenapa kamu tidak pernah menceritakan keadaanmu padaku?"
Dari nada bicara dan tatapan mata Angga, terlihat kalau dia merasa menyesal karena tidak tahu kondisi Aleena.
"Untuk apa? Untuk mendapatkan rasa simpati darimu? Atau … agar kamu bisa menuduhku pembohong dan tidak tahu terima kasih?"
Aleen menanggapi dengan nada mencibir dan tatapan yang sinis.
"Aleen, maksudku tidak seperti itu"
"Angga, sudahlah. Tidak ada yang perlu disesali. Dan masalah aku bersama siapapun, itu bukan lagi urusanmu. Kuharap kamu tidak pernah ikut campur lagi dengan urusanku!"
Aleen bersikap dingin pada Angga.
"Oh, rupanya kalian sedang bersama"
Aleen dan Angga menoleh bersamaan mendengar suara seseorang di dekat mereka.
"Diana"
"Kak Aleen, apa kamu masih belum bisa menerima hubunganku dengan kak Angga? Meskipun kamu telah meninggalkan rumah, tapi aku tetap menganggapmu sebagai kakakku"
Diana yang manipulatif bersikap polos seperti gadis baik dihadapan Angga.
"Aku tidak peduli dengan hubungan kalian. Jangan pernah libatkan aku lagi didalamnya"
Aleen benar-benar bersikap dingin pada Angga dan Diana. Tentu saja itu membuat mereka terkejut dengan perubahan sikapnya.
"Kak, kenapa kamu bersikap dingin kepada kami? Ini tidak seperti Kak Aleen yang ku kunal"
"Memangnya seperti apa Aleen yang kamu kenal itu? Bukankah Aleen yang kamu kenal sudah hancur saat aku meninggalkan rumah Prasetyo? Aku bukan lagi bagian dari keluarga Prasetyo, jadi tidak usah pura-pura bersikap baik padaku"
"Tapi Kak Aleen"
Angga menahan tangan Diana lalu menggelengkan kepala perlahan saat dia mau bicara lagi
"Kurasa sudah tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Bisakah kalian tinggalkan aku sendiri agar aku bisa makan siang? Sangat disayangkan jika makan siang yang disiapkan secara spesial untukku ini malah jadi terbuang percuma karena nafsu makanku hilang"