"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7.Namamu Tiger Ba
Ruangan yang penuh cahaya mentari yang berwarna keemasan. Meskipun hari sudah beranjak ke arah sore, suasana cerah penuh warna emas menaungi tempat itu. Bahama yang takjub dan begitu terkesima dengan keadaan di sekitarnya, hanya bisa melongo. Tatapan mata dan pandangannya menyapu seisi ruangan.
Handrille hanya tersenyum simpul mendapati rekan barunya yang kebingungan dan juga takjub pada ruangan yang mereka tempati saat ini. Di sekelilingnya penuh perabotan mewah berwarna emas. Perabotan itu bukan di cat warna emas, melainkan benar-benar terbuat dari emas! Jendela-jendela yang terbuka berjajar-jajar mengelilingi ruangan itu. Satu lagi yang membuat hati Bahama nggak mengerti. Jika tempat ini penuh dengan barang-barang mewah dari emas, mengapa banyak cela yang memungkinkan para pencuri bebas memasukinya?
Handrille kadang melirik ke arah patner barunya itu. Sedangkan Bahama yang mengetahui tingkah laku pria kokoh yang bertampang bengis di sampingnya hanya diam dan nggak peduli. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Andai semua itu adalah miliknya, dia pasti bisa menguasai dunia!
"Ada apa? Belum puaskah rasa takjubmu?" tanya Handrille dengan memasang wajah bengis dan terkesan risih dengan mata jelalatan pemuda di sampingnya itu.
"Belum. Aku akan menikmati rasa takjubku terlebih dahulu sebelum sang pemiliknya membuyarkan semua rasaku." Jawab Bahama dengan nada sedikit ketus namun tatapan dingin yang menusuk hati diarahkan ke Handrille.
"Semua ini bisa menjadi milikmu, jika kau menjadi seseorang yang pantas beliau harapkan."
"Apa maksudmu?" Bahama agak terkejut dengan pernyataan Handrille yang terkesan singkat namun berisi.
"Nanti kau akan tahu sendiri."
Ucapan Handrille semakin membuat Bahama penasaran. Dia nggak mau rasa penasaran itu membunuhnya. Perlahan, dia mendekati Handrille yang berdiri tegap yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Handrille yang mengetahui hal itu, mencoba bergeser sedikit menjauh. Dua orang itu semakin mirip dua badut yang sedang beraksi. Keduanya lupa, bahwa mereka sekarang ini berada di ruangan sepesial sang Kaisar pemilik tempat ini.
"Jangan-jangan....Pak Han sengaja membuatku mati penasaran sebelum aku menemui Bos ya?" selidik Bahama dengan nada agak rendah, agar tidak terdengar serius. Dia takut, jika penyataannya itu membuat Handrille salah mengartikannya, bisa-bisa tinju raksasa melayang lagi pada tubuhnya.
"Hidup dan matimu bukan ditentukan olehku maupun olehmu. Ingatlah selalu ucapanku Bahama Putra. Jangan salah sejengkal pun! Hidupmu akan tamat bila kau tidak berhati-hati dalam tindakanmu!"
Ucapan Handrille yang serius dan bernada penuh tekanan, membuat Bahama semakin mengerutkan keningnya. Dia menatap ke wajah Handrille lekat-lekat. Dengusan jengkel pun keluar dari bibir Bahama yang agak menonjol di antara dagunya.
"Jangan menakutiku! Aku tahu dengan pilihan yang sudah kubuat. Dan aku...nggak akan takut apapun! Termasuk kematian!!" Jawab Bahama tegas dan tatapan mata tajamnya, setajam pedang Excalibur sanggup menusuk jantung Handrille.
Mendadak dari arah yang tidak disangka oleh mereka berdua, terdengar suara tepukan tangan yang keras dan suaranya membahana memenuhi ruangan keemasan itu. Handrille dan Bahama langsung membungkuk hormat, layaknya menyambut kedatangan seorang Kaisar.
Tuan Vengsier Eiger melambaikan tangan kanannya, pertanda bahwa beliau menerima hormat mereka berdua. Dengan langkah mantap, tenang dan penuh wibawa seorang penguasa dunia Mafia yang disegani dan ditakuti. Tuan Vengsier Eiger menuju ke singgasananya yang berukir singa dan berwarna keemasan.
"Bos, kami datang menghadap. Dan kami sudah menyelesaikan tugas khusus yang Bos berikan," kata Handrille yang mencoba membuka sebuah percakapan. Sedangkan Bahama hanya diam tak bergeming di sebelah Handrille.
"Aku suka dengan ucapan Bahama barusan yang kudengar. Untuk menjadi kaki tanganku, kau harus membuang rasa takutmu!! Dan hidup matimu sudah nggak ada di tanganmu! Melainkan ada di tanganku!!"
Tuan Vengsier Eiger tidak begitu menanggapi ucapan Handrille. Beliau malah mengalihkan pembicaraan lain mengenai obrolan mereka tadi. Bahama pun memberanikan diri menatap Bos barunya. Walau di dalam hatinya, api dendam membakar seluruh tubuhnya. Dia harus menahan diri sampai waktunya tiba. Wajah Lou mendadak muncul di benaknya.
"Ada apa Bahama?" tanya Tuan Vengsier Eiger begitu mendapati wajah pemuda di hadapannya itu berubah.
"Saya terlalu fokus dengan sanjungan yang anda berikan Bos!" sahut Bahama singkat dan mencoba menutupi perasaan yang sebenarnya.
"Handrille!!"
"Siap Bos?!"
"Hari ini kau selesaikan masalah transaksi senjata dengan Negara T. Berangkatlah!! Anak buahmu sudah menunggu!!"
Perintah Tuan Vengsier Eiger yang diktaktor membuat hati Bahama terhenyak. Wibawa Sang Kaisar begitu terasa dalam setiap jengkal perintah yang keluar dari mulutnya. Tatapan tajam, dingin, tegas dan penuh tekanan mewarnai aura Tuan Vengsier Eiger. Handrille pun nggak kuasa untuk membantah.
"Baik, Bos!! Handrille mohon diri."
"Hm!!"
Tuan Vengsier Eiger mengangguk singkat. Handrille segera undur diri. Suasana tiba-tiba sunyi. Ruangan yang penuh cahaya keemasan itu mendadak pengap. Bukan karena tiada ventilasi atau penuh sesak. Ada aura tekanan yang nggak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Kini tinggal Tuan Vengsier Eiger dengan Bahama saja. Rasanya aneh, di ruangan seluas itu hanya ada mereka berdua. Tanpa ada seorang pengawal satu pun yang mengawal Sang Penguasa.
"Siapa nama lengkapmu?"
Pertanyaan aneh mendadak keluar dari mulut Tuan Vengsier Eiger. Bahama pun agak terkejut. Aura yang pengap penuh tekanan yang barusan dia rasakan, berangsur-angsur menghilang. Suasana pun berubah sedikit hangat. Karena cahaya matahari sore membias masuk melalui jendela yang terbuka.
"Hanya Bahama Putra saja, Bos!"
Jawaban Bahama terkesan minder dengan nama lengkapnya. Ekspresi culun pun terlihat jelas pada wajahnya. Entah kenapa, dia merasa nggak percaya diri seperti Lou. Sekali lagi, muncul bayangan Lou di benaknya.
"Bahama Putra....nama besar yang nggak akan bisa dilupakan oleh semua musuhmu!"
Jawaban Tuan Vengsier Eiger membuat Bahama terkesima. Mendadak, rasa percaya dirinya bangkit lagi. Ya, apa arti sebuah nama. Dia akan membuktikan dirinya layak menyandang nama agung itu. Sebuah nama yang ditakuti musuh-musuhnya. Dia akan membuktikannya dengan tindakan. Hingga ambisi balas dendamnya tercapai. Membunuh orang yang duduk di hadapannya ini dengan tangannya sendiri.
"Trima kasih atas pujian Bos!"
"Karena kau sudah bergabung, maka namamu menjadi Tiger Ba!! Jangan lupakan itu!!"
"Tiger Ba??!"
Bahama terkejut dengan julukan barunya itu. Sebuah julukan yang aneh baginya. Tiger Ba? Tiger adalah macan, apakah dirinya seorang macan Ba? Tangannya dengan reflex menggaruk-garuk kepalanya. Meskipun kepalanya tidak merasa gatal. Sikapnya itu membuat Tuan Vengsier Eiger tersenyum simpul.
"Kenapa?" tanya beliau, melihat pemuda di hadapannya yang diliputi oleh kebingungan.
"Tidak Bos, hanya terdengar agak aneh."
Tanpa rasa takut sedikit pun, Bahama mencoba menyangkal pemberian julukan padanya terkesan buruk. Tuan Vengsier Eiger langsung menangkap ketidak sukaan julukan yang sudah diberikan olehnya itu. Raut wajah beliau pun berubah garang. Tanpa sadar, Bahama membangunkan Singa yang tidur!!