Hari itu Jeri tak sengaja melihat Ryuna yang sedang menari sendirian di lapangan basket. Ia yang memang dasarnya iseng malah memvideokan gadis itu. Padahal kenal dengan Ryuna saja tidak.
"Lo harus jadi babu gue sampai kita lulus SMA."
"Hah?!" Ryuna kaget.
"Pasti seru." Jeri tersenyum misterius membuat Ryuna menduga lelaki itu akan menyiapkan seribu rencana untuk membuatnya sengsara.
"Seru apanya?! Fix sih, lo yang nggak waras di sini!" gadis itu menatap Jeri dengan pandangan menghujat.
Sejak hari itu, Ryuna harus selalu berurusan dengan Jeri yang senang sekali bukan hanya mengganggu namun juga menjadikannya babu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Gadis itu tak memutuskan untuk langsung menjawab. Namun membiarkannya setelah beberapa saat. Kemudian, barulah ia mengangkat panggilan dari Jeri.
"Apa?" tanya Ryuna jutek.
"Lo lagi ngapain?"
"Buset Jer gue lagi ngerjain tugas, lo jangan nyuruh-nyuruh gue deh. Nyuruhnya cuma di sekolah aja bisa nggak? Setelah di luar sekolah gue seharusnya bebas dari lo."
"Nawar?"
"Lo ngeselin sumpah. Mau apa sih?" tanya Ryuna sekali lagi, memastikan untuk apa lelaki itu menghubunginya.
"Mau ngingetin besok pas pagi jangan lupa bawa minuman teh buat gue."
Ryuna mendecak. "Iya, gue ingat."
"Siapa tahu lo gampang pikun."
Gadis itu tak menanggapi Jeri. Ia sedang fokus pada soal yang harus dijawab.
"Lo dengar kan?"
"Ye."
"Lo nggak terima?"
"Menurut lo?" balas Ryuna.
"Ya gue nggak peduli sih."
Saat ini Ryuna berusaha menelan umpatan yang akan keluar dari mulutnya. Kalau saja ia tidak di rumah dan sedang sendirian, sepertinya gadis itu akan mencak-mencak dan mengumpati Jeri.
"Udah kan? Gitu doang?" tanya Ryuna ingin segera menyudahi obrolan.
"Gue pengen nanya," ucap Jeri.
"Astaga, nanya apa?" kali ini Ryuna sudah tak bisa fokus pada soal. Ia meletakkan bolpoin di atas meja dan menatap pada ponselnya.
"Hm, sebelumnya gue udah bilang, video lo nggak sememalukan itu. Kenapa lo lebih milih jadi babu gue?"
Ryuna mengerjap. "Gue nggak tahu video yang lo ambil kayak apa. Lagian kalau entar video itu ternyata jelek dan bisa merusak citra gue, gue nggak mau masa-masa SMA yang nggak akan keulang lagi berubah jadi mimpi buruk. Lo hapus ya? Lo kasihan dong sama gue."
"Oh. Nggak deh, enak aja."
Gadis itu menggertakan gigi dengan gemas. Sepanjang-panjang ia menjelaskan, jawabannya cuma begitu.
"Jer, gue ingat apa yang harus gue lakuin besok dan sekarang gue lagi sibuk. Kalau udah nggak ada apa-apa lagi, mau gue tutup."
"Gue juga sibuk."
Mendengar itu, Ryuna memutar kedua bola matanya. "Nggak peduli," ucapnya tanpa suara.
"Nah kan, lo sibuk berarti gue tutup aja ya."
Ryuna menutup panggilan tanpa menunggu jawaban atau pun persetujuan dari lelaki itu. Ia tak peduli bagaimana reaksi Jeri nanti. Apalagi ia rasa, lelaki itu menelponnya dengan alasan tak jelas. Ryuna pun harus segera menyelesaikan tugas karena ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.
Sebelum kembali mengerjakan, ia lebih dulu meminum air putih yang berada pada cangkir di atas meja. Setelah diteguk sampai tersisa sepertiganya, Ryuna mengambil bolpoin dan siap melanjutkan tugasnya.
Namun, pintu kamar gadis itu tiba-tiba ada yang mengetuk. Ryuna menghembuskan napas dengan kasar. Ia segera beranjak dan melangkah menuju pintu.
Ketika pintu dibuka, tampaklah sang ibu yang tersenyum. "Mama nggak ganggu kan?"
"Nggak."
"Oh iya ..., besok mama ada banyak kerjaan. Jadi kayaknya bakal pulang malam, ayah kamu juga katanya besok nggak bakal ada di rumah. Ryuna di rumah sendiri nggak papa?" ucap sang mama.
"Nggak papa." Ryuna menjawab secara langsung.
"Oke, mama cuma mau ngasih tahu itu. Kalau mama belum pulang sampai larut malam, pintunya jangan lupa dikunci ya."
Ryuna menganggukkan kepala. Gadis itu baru akan menutup pintu ketika mamanya berkata, "Ryu, selamat malam. Mama sayang sama kamu."
Sejenak, Ryuna terpaku. Namun ia segera sadar dan hanya mengangguk sebagai balasan. Lalu, Ryuna lanjut menutup pintu. Selama beberapa saat, ia tak tahu harus apa.
episode nggak kepanjangan
tata bahasa rapi,konfliknya juga masuk akal.
terimakasih author,,semoga sehat selalu dan terus berkarya