Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12.
“Berangkat ya Nek.” Ucap Mawar Ni lagi lalu dia pun segera naik ke atas sepedanya dan segera mengayuh sepeda dengan penuh semangat...
Sepeda yang dikayuh oleh Mawar Ni melewati sawah sawah milik Juragan Handoko, sesaat mata Mawar Ni melihat sebuah mobil bagus berhenti di pinggir sawah, dan di dekat mobil itu tampak sosok pemuda yang tampan dan gagah yang tidak lain adalah Irawan anak Juragan Handoko, sedang berdiri bersama seorang gadis cantik dan sexy memakai celana pendek hot pants yang memperlihatkan kaki putih mulus jenjang dan atasan memakai baju sweater, mereka berdua sedang selfie selfie dengan panorama hijaunya hamparan sawah dan matahari yang baru muncul.. memang sangat indah. Gadis cantik itu bernama Erina yang tidak lain anak Pak Kades Mukti Raharjo.
“Hmmm enaknya jadi orang kaya, tidak capek, tidak pusing mikir cari pekerjaan dan cari uang...” gumam Mawar Ni di dalam hati sambil terus mengayuh sepedanya..
Di jalanan itu sudah ada orang orang mengayuh sepeda untuk menuju ke tempat mereka bekerja atau ke pasar desa...
Mawar Ni pun membelokkan sepeda nya ke jalan menuju hutan, di jalanan yang dia lewati kini mulai sepi.. di kanan kiri jalan bukan lagi sawah sawah tetapi pepohonan yang rimbun.. Mawar Ni terus mengayuh sepedanya, hati nya sudah bertekad untuk mengikuti petunjuk dari buku kuno itu, untuk menjadi petani sukses harus pergi ke hutan melihat lihat isi hutan..
Beberapa menit kemudian jalan sudah tidak lagi bisa dilalui oleh sepeda..
“Sudah tidak bisa pakai sepeda gimana ya, sepeda aku taruh di sini saja.” Gumam Mawar Ni lantas turun dari sepeda nya, Mawar Ni menyandarkan sepeda pada batang pohon yang besar, tidak lupa dia kunci sepada nya itu. Mawar Ni mengambil golok dan lipatan karung plastik nya.
Di saat Mawar Ni akan melangkah masuk ke jalan setapak menuju hutan, dia melihat satu sosok putih putih.. dari cabang jalan lain yang tadi tidak dilewati oleh Mawar Ni.
DEG
Jantung Mawar Ni terasa mau berhenti..
Mawar Ni memberanikan diri mengamati sosok putih putih yang berjalan ke arah dirinya.. dan mata Mawar Ni pun semakin jelas melihat sosok putih putih itu seorang Kakek dengan janggut yang sudah beruban, memakai baju koko berwarna putih, sarung putih, penutup kepala juga berwarna putih. Dan Kakek itu membawa satu keranjang rotan.
“Siapa dia ya, kok ada Kakek Kakek di sini? apa dia juga mau ke hutan?” gumam Mawar Ni di dalam hati.
“Coba saja aku tunggu dia, seperti nya Kakek itu orang baik, aku bisa tanya tanya ke dia.” Gumam Mawar Ni lagi lalu dia tidak jadi melangkah menuju ke jalan setapak.
Se saat kemudian...
“Assalamualaikum..” ucap Kakek itu dengan santun.
Hati Mawar Ni pun lega mendengar salam dari sang Kakek itu.. Bibir Mawar Ni pun melengkung membentuk sebuah senyuman.
“Wa’alaikummussalam Kek, apa Kakek mau masuk ke hutan?” ucap Mawar Ni sambil menatap Sang Kakek itu.
“Iya Nduk.. mau cari madu hutan. Kamu mau apa ke sini seorang diri?” ucap Sang Kakek sambil menatap Mawar Ni juga terutama melihat golok di tangan Mawar Ni.
“Sa.. saya mau cari ilmu bertani di hutan Kek..” ucap Mawar Ni jujur sebab di buku yang dia baca harus pergi ke hutan dan mengamati yang ada di hutan dan melihat yang bisa dipanen di hutan.
“Oooo .. bagus itu tapi hati hati Nduk.. “ ucap Kakek itu sambil mengangguk anggukkan kepalanya, lalu Kakek pun melangkah menuju ke jalan se tampak.
“Kek, boleh saya ikut.” Ucap Mawar Ni agak keras.
“Ayo..” ucap Kakek itu tanpa menoleh dan terus melangkah, Mawar Ni pun tersenyum sambil melangkahkan kaki di belakang Kakek itu. Mawar Ni tidak lupa di tangan nya membawa golok dan karung yang terlipat yang akan dia pakai nanti untuk membawa apa yang akan dia dapat dari hutan.
“Kakek sudah sering masuk ke dalam hutan ini Kek?” tanya Mawar Ni
“Hmmm beberapa kali, kalau aku butuh madu hutan untuk obat. Kadang juga mencari rempah rempah, kadang pula mencari umbi umbian yang tidak ada di kebun..” ucap Sang Kakek sambil terus melangkah..
“Oooo.. tidak ada yang marah ya Kek?” tanya Mawar Ni
“Tidak, kalau kita ambil seperlunya saja, asal tidak merusak hutan. Masyarakat di sekitar hutan ini boleh mengambil hasil hutan, tapi tidak boleh menebang pohon dan tidak boleh mengambil kayu pohon itu.” Ucap Kakek itu dan menoleh sesaat ke arah Mawar Ni.
“Oooo..” gumam Mawar Ni
Mawar Ni terus mengikuti langkah kaki Kakek itu, sesaat kemudian Kakek itu berhenti di dekat pohon yang batangnya sangat besar.. Lalu Kakek itu tampak memejamkan kedua matanya dan mulut pun terlihat komat kamit, dan tidak lama kemudian terdengar suara berdengung di atas dahan itu...
NGUUUUUUUNGGGGGGGG
Dan terlihat dari dahan di atas pohon itu banyak lebah lebah beterbangan menjauh... Kedua mata Mawar Ni melebar dan bibir tersenyum kagum..
“Wah Kakek bisa mengusir lebah lebah itu.” Ucap Mawar Ni sambil mendongak ke atas..
“Iya kita berdoa untuk mengusir lebah lebah itu agar menjauh lebih dulu. Ada beberapa orang menggunakan asap.” Ucap Kakek itu lalu dia kini siap siap akan memanjat pohon besar itu..
“Kek, biar saya saja yang memanjat pohon.” Ucap Mawar Ni yang tidak tega melihat Kakek itu memanjat pohon.
“Apa kamu bisa?” tanya Kakek sambil menoleh ke Mawar Ni.
“Bisa Kek, sudah terbiasa.” Ucap Mawar Ni yang memakai celana panjang itu pun siap siap memanjat pohon yang batangnya besar dan tinggi itu.
“Kamu lihat itu sarang sarang lebah, kamu pilih yang berisi madu penuh dan kamu ambil, yang belum penuh jangan kamu ambil biar lebah lebah itu datang lagi, bawa keranjang ini.”
“Baik Kek, titip golok warisan ya Kek...” ucap Mawar Ni sambil menerima keranjang dan menitipkan golok miliknya. Mawar Ni menyelempangkan keranjang bertali itu pada pundaknya dan dia segera memanjat pohon besar itu..
Mawar Ni yang sudah terbiasa memanjat pohon itu dengan cepat dia naik ke dahan tempat sarang sarang lebah..
“Ambil yang penuh madu nya saja, sarang sudah mengecil dan bagian bawah menipis, tampak agak basah!” teriak Kakek dari bawah..
Mawar Ni pun lantas melihat lihat sarang sarang itu dan dia mengambil sarang yang penuh madunya dia taruh dalam keranjang rotan milik Kakek itu...
“Hmm lumayan berat juga.” Gumam Mawar Ni di dalam hati di keranjang itu ada lima sarang lebah yang penuh madunya.. dan Mawar Ni pun turun dari pohon besar itu dengan cepat..
“Banyak Kek ini dapat nya.” Ucap Mawar Ni sambil melepas keranjang rotan itu dan menyerahkan pada Kakek.
“Aku satu saja cukup. Yang lain buat kamu, bisa kamu jual madu ini.” Ucap Kakek sambil menerima keranjang rotan itu dan mengambil empat sarang madu yang besar besar dia berikan pada Mawar Ni.
“Terima kasih Kek.” Ucap Mawar Ni sambil menerima sarang sarang madu itu dan dia taruh pada karung yang dia bawa. Bibir Mawar Ni tersenyum karena dia bisa membawa hasil hutan pagi ini.
“Sama sama, ayo ikut aku.” Ucap Kakek sambil melangkah meninggalkan Mawar Ni..
“Ke mana Kek?” tanya Mawar Ni dan Kakek itu terus melangkah.. Mawar Ni tampak ragu ragu mau ikut Kakek atau pulang..