Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Lima Belas
****
Seno memandangi wajah pucat di hadapannya ia menggenggam erat jemari istrinya seolah memberikan kehangatan dan mentransfer kekuatan pada wanita kesayangannya itu.
Ia mengingat kilas balik keadaan istrinya sebelum membawanya ke rumah sakit, ada bercak darah di kedua sisi paha dalam dan sekitar mimew istrinya.
Lalu Dokter juga mengatakan jika istrinya ke guguran, mengapa Ambar menutupi semua ini darinya?
Seno yang tak menemukan jawaban atas pikirannya tersebut memilih tidur dengan posisi duduk, ia hanya ingin jadi yang pertama di lihat oleh istrinya saat membuka ma ta.
****
Rendi yang telah menyelidiki apa yang terjadi pada bosnya itu, kini ia sedang berbicara pada salah satu bawahan serta mata- mata yang sempat ia suruh untuk menjaga bosnya di saat ia lengah.
Mata- mata tersebut mengatakan jika ini memang jebakan namun salah sasaran yang artinya minuman dengan obat per4ngs4ng dosis tinggi di tunjukkan untuknya bukan untuk bosnya.
Si pelayan yang di suruh mengantarkannya lah yang salah orang, karena semalam Rendi dan Seno mengenakan setelan dengan warna yang sama, kemeja biru navi dengan celana serta jas hitam.
Jadilah orang yang hanya melihat sekilas mereka adalah orang yang sama, namun berbeda jika orang yang melihat dengan jeli.
******
Sudah hampir satu minggu Ambar belum membuka ma ta, Seno tetap menunggunya dengan telaten Seno membersihkan tubuh istrinya dengan kain basah.
Ia membersihkan seluruh noda hitam yang mulai memudar, serta bekas c4k4r4n dan gig!tan pun mulai memudar.
Ia mengoleskan salep untuk membantu menghilangkan bekas luka, bukan ia ingin menghapus jejak kejah4t4n nya pada tubuh sang istri. Namun jika ia melihat bekas itu ia merasa jika dirinya bukan manusia dan ia seperti sudah gagal dalam menjaga amanat yang Pak Bambang berikan.
Bahkan Seno sendiri pernah mengamuk dan menyakiti dirinya sendiri untuk mengurangi rasa bersalahnya pada istrinya.
Namun lagi-lagi Rendi dengan sabar memberikan pengertian dan berjanji akan langsung membereskan masalah ini, ia juga berjanji akan menyeret pelaku dan orang -orang yang terlibat ke hadapan si bos.
Hari ini Seno memutuskan untuk pulang ia melarang siapa pun membersihkan kamar mereka dan kamar tamu yang sehabis mereka gunakan, ia ingin mengingat jejak-jejak istrinya saat ia tinggal ke pesta semalam.
Ia mengingat jika istrinya sedang tidak enak badan, ia merebahkan dirinya di ranjang kamar mereka berdua. Meraup habis sisa-sisa aroma istrinya yang tertinggal hingga ia tertidur.
*****
"Nona bangun lah di sini Seno sangat membutuhkan anda, ia sangat terpuruk dengan kejadian yang menimpa anda apalagi Dokter mengatakan jika kalian kehilangan janin yabg seharusnya menjadi kebahagiaan anda dan Seno. Maaf saya berbicara seperti ini bukan sebagai sekertaris atau asisten atau apalah itu, saya di sini sebagai sahabat Seno orang kedua yang menyayanginya setelah anda istrinya. Berikan saya waktu nona akan saya bawa pelaku dan orang-orangnya yang telah memasukan obat itu kedalam minuman yang seharusnya saya minum, tapi malah mereka berikan pada Seno. Bangun lah nona saya mohon nona bilang saya ini adik nona tolong bangunlah kak dengar kan cerita ku" ucap Rendi dengan isakan tertahan.
Yaa memang Rendi sahabat sekaligus orang kepercayaan Ayahnya setelah Seno, Ambar sudah menganggap Rendi sebagai adiknya dan mereka pun tak canggung saat Rendi bercerita tentang apapun masalah yang ia miliki.
Bahkan yang tau akan kemajuan hubungan nya dengan Naya hanya Ambar dan Ambar pula lah yang memberikan ide serta memberikan saran untuk cincin tersebut. Di bagian dalam cincin tersebut sudah tersemat inisial Rendi dan Naya.
Maka dari itu Naya sangat menyukai cincin mungil nan cantik bermata biru kecil di bagian tengah.
Ambar hanya bisa merespon suara lelaki yang sudah ia anggap seperti adiknya itu dengan meneteskan air mata.
"Kak maafkan adik mu ini yang tidak becus menjaga mu maafkan aku kak tolong bangunlah jangan hukum aku dan suamimu dengan cara seperti ini, bangun kak pukul aku cubit aku kak sepuas mu aku tidak akan lari aku akan diam. Hu hu hu...
Rendi memegang tangan kakaknya itu di pukulkan ke kepalanya sendiri, ia benar -benar hampir frustasi akan keadaan kakak nya itu.
Ia adalah lelaki yang kuat dan hebat di ma ta rekan kerjanya namun di mata Ambar Seno dan Pak Bambang ia hanyalah anak kecil yang sangat kehausan akan kasih sayang dari orang tuanya.
Ia sedari kecil sudah tidak lagi si pedulikan oleh orang tuanya, yang ada di pikiran orang tuannya hanya bisnis dan uang. Mereka dulunya dari kalangan bawah jadi ketika mereka memiliki peluang tentu tidak akan di sia-siakan oleh mereka hingga berimbas pada anak mereka satu-satunya.
Perusahaan Wijaya milik Raka Wijaya dan Yunita adalah perusahaan yang di bangun oleh kedua orang tua Rendi tentu sedikit banyak dapat bantuan dari Pak Bambang selaku bos mereka.
Namun Rendi lebih memilih menjadi asisten dari Seno yang notabene nya adalah orang kepercayaan Pak Bambang sama seperti dirinya, ia hanya lebih nyaman tidak terlalu di atur untuk soal pribadi.
****
Seno terbangun di sela tangisnya, ia kembali meraup sisa-sisa aroma tubuh istrinya di ranjang itu. Ia bangun dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Sejenak ia menatap pantulan wajahnya di cermin wastafel, ia membasuh wajah yang tak terawat dengan bulu-bulu halus mengitari area bawah hidung hingga ke dagu.
Biasanya Ambar yang akan membersihkannya seminggu sekali, namun wanita itu masih ingin tertidur apakah wanita itu tidak tahu jika ada seorang lelaki yang sangat menginginkan ia membuka ma ta nya?
Seno dengan lekat memandangi wajahnya bayangan akan istrinya tertawa dan menjahili nya terus menghantui pikirannya.
"Ahhhhhhh....
Seni benci jika harus hidup sendiri seperti ini ia memukul cermin wastafel hingga pecah berkeping-keping, sudah tak dihiraukannya lagi tangan yang sudah di aliri cairan merah. Sudah tak dirasakannya lagi sakit di tangannya yang ia rasakan hanya sakit dalam da da nya.
Lama Seno mengontrol emosinya da da nya yang masih bergerak naik turun menandakan bahwa emosi nya masih sangat besar, ia beralih mengambil pot bunga kecil di samping kran wastafel ingin di lemparkannya.
Namun ia melihat gelas kecil yang tersembunyi di sana Seno mengerutkan kening, diambilnya gelas kecil berisikan alat tes kehamilan dengan model yang beragam.
Ia perhatikan ada garis dua di setiap benda tersebut ia yang kurang paham tidak kehabisan akal ia memotretnya dan memasukan di kolom pencarian tak lama muncul penjelasan dengan tulisan Garis dua pada alat kehamilan umumnya menandakan bahwa Anda positif hamil.
Seno membungkam mulutnya dengan telapak tangan tak ia sadari air ma tanya meluncur begitu saja, bahkan istrinya belum tau jika ia akan menjadi seorang ibu?
Seno memandang lekat benda tersebut mengingat kapan istrinya menggunakan benda ini?
Akhirnya ia mendapat jawabannya istrinya menggunakan alat ini di pagi hari setelah mereka selesai menunaikan sholat subuh berjamaah dan Seno membujuk istrinya untuk ikut ke pesta pada malam harinya dan harus gagal karena tiba- tiba istrinya yang mual dan muntah.
" Sayang bahkan kamu belum memeriksa alat ini? Dan saat kamu melihat alat ini justru kamu akan menyesalinya sayang" ucap Seno lirih ia terduduk lemas mengetahui bahwa istrinya belum memeriksa benda tersebut.
Kini pikiran Seno beralih pada istrinya yang masih di rumah sakit ia bergegas mengobati lukanya dan berangkat menuju rumah sakit.
*****
Ceklek....
"Sedang apa kamu di sini?