Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25.
Dengan sedikit canggung, dan ragu, tangan Hendrik perlahan membalas pelukan Jane.
Perasaan Hendrik begitu nyaman, saat tangannya memeluk Jane, ini baru pertama sekali ia mendapat pelukan hangat dari seseorang.
Rasanya begitu menyenangkan, dan tanpa sadar Hendrik semakin erat memeluk tubuh mungil Jane.
Jane gadis penolongnya, yang membuat Hendrik pertama kali, merasakan perhatian dan rasa yang nyaman.
Dan sekarang, gadis itu telah menjadi satu-satunya keluarga miliknya sendiri, dan ia harus menjaga miliknya untuk dirinya, jangan sampai ada seseorang mengambilnya darinya.
"Terimakasih" bisik Hendrik, sembari memeluk tubuh mungil Jane.
Kepala Jane mengangguk dalam dekapan Hendrik, ia juga merasa nyaman dalam pelukan Hendrik.
Sepertinya mereka sudah mengakrabkan diri, dan sudah merasa saling terbuka satu sama lain.
Perlahan Jane melepaskan pelukan mereka, "Sebaiknya kita cepat istirahat, pergilah mandi, pasti tubuhmu lelah sekali karena pertarungan tadi!" Jane menatap Hendrik dengan hangat.
"Em..!" Hendrik mengangguk, ia memang perlu istirahat, rasanya lelah sekali.
Ia pun pergi masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan diri, dan sementara Jane masuk ke dalam walk in closet, untuk membongkar koper kecilnya, yang belum sempat ia buka.
Jane menyusun pakaiannya ke dalam lemari, yang ia lihat masih kosong di dalam walk in closet tersebut.
Jane hanya membawa sedikit pakaian, karena tidak sempat mengemasi semua pakaiannya, ia akan kembali lagi ke rumah Ayahnya lain waktu, untuk mengambil pakaiannya.
Jane memasukkan koper kecilnya itu, ke dalam lemari setelah ia selesai menyusun pakaiannya.
"Kau sedang apa?" suara Hendrik terdengar di pintu walk in closet.
Jane tidak menduga, Hendrik begitu cepat selesai mandi. Ia melihat suaminya itu masuk ke dalam walk in closet, hanya memakai handuk saja.
Rambut Hendrik terlihat masih basah, dan air menetes dari rambutnya membasahi bahu, dan mengalir ke dadanya.
Hendrik terlihat begitu seksi dan menggoda, membuat Jane mengedipkan matanya, tanpa sadar terpesona melihat, betapa tampannya suaminya itu.
Jane menelan ludah gugup, ia tersadar dengan apa yang barusan ia perhatikan, membuat pipinya jadi memanas.
"A.. aku menyusun pakaianku, apakah kau sudah selesai mandi?" tanya Jane, merasa canggung dan diam-diam melirik Hendrik.
"Iya, aku sudah selesai!"
"Oh, kalau begitu.. aku mandi dulu!"
Dengan langkah cepat, Jane keluar dari dalam walk in closet, tanpa menoleh sedikitpun pada Hendrik.
Jane mengunci pintu kamar mandi, begitu ia masuk ke dalam kamar mandi, dan kemudian memegang dadanya, yang tiba-tiba terasa berdebar dengan cepat.
"Ada apa denganku?" gumam Jane, memegang dadanya yang semakin berdebar.
Pipinya semakin memerah, saat ia membayangkan tubuh kekar Hendrik yang masih basah.
Padahal sebelumnya ia sudah melihat tubuh Hendrik, saat suaminya bertarung di arena boxing, bahkan ia sudah menyentuh kulit kekar suaminya itu.
Jemarinya yang menekan dadanya, tanpa sadar ia kepal, karena membayangkan tubuh Hendrik.
Membayangkan jemarinya, ingin menyentuh kulit Hendrik lagi.
"Aihh... "
Plak! plak!
Jane memukul pipi nya, kiri dan kanan, untuk menyadarkan lamunannya, yang ia rasa begitu mesum, membayangkan tubuh Hendrik yang ingin ia sentuh.
Setelah ia merasa tenang kembali, Jane pun membuka pakaiannya, dan kemudian mandi di bawah shower.
Sepuluh menit kemudian, Jane keluar dari kamar mandi, setelah ia selesai memakai baju tidurnya, Jane pun keluar dari dalam kamar mandi.
Di tempat tidur, tampak Hendrik sudah berbaring memakai piyama tidurnya, dan sepertinya suaminya itu baru saja tertidur.
Jane tersenyum, ia tahu Hendrik pasti lelah sekali, karena pertarungannya di ring boxing, sehingga membuat suaminya itu cepat terlelap.
Jane mengecilkan suara hairdryer, saat ia mengeringkan rambutnya, agar tidur Hendrik tidak terganggu.
Setelah mematikan lampu kamar, dan menyalakan lampu tidur, Jane pun perlahan naik ke atas tempat tidur.
Ia pun masuk ke balik selimut, dan bergabung dengan suaminya, untuk beristirahat.
Bersambung....