NovelToon NovelToon
Mereka Yang Membelokkan Takdir

Mereka Yang Membelokkan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Sistem / Mengubah Takdir / Trauma masa lalu
Popularitas:369
Nilai: 5
Nama Author: Rizky

seorang anak yang bermimpi untuk menjadi penulis,namun anak itu terus berperang dengan pikirannya hingga dimana bencana waktu membuatnya hidup di tubuh seseorang namun dia hidup di cerita yang dia buat saat menjadi penulis dengan alur penuh kejutan dari takdir yang kosong.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~10 Di balik setiap langkah Lina

Aku Lina, dan saat ini Lina akan menuju sebuah reruntuhan kuno di mana terdapat benda yang sangat langka yang mungkin akan berguna mengubah “Maaf, Kyio Klea, aku berbohong tentang petualangan ku,” ujarnya sambil melangkah memasuki reruntuhan yang gelap dan misterius.

Begitu Lina melangkah masuk, pintu di belakangnya menutup rapat dengan suara gemuruh, membuatnya terjebak di dalam reruntuhan. Dia melangkah dengan hati-hati, memegang senter yang menerangi jalannya di lorong-lorong sempit. Suasana di dalam reruntuhan sangat menegangkan dan mencekam.

Tiba-tiba, sebuah bayangan putih melintas di depan mata Lina. Ketakutan menguasai dirinya, dan ia berlari ke sudut tembok sambil menangis. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat dingin membasahi dahinya.

Sosok misterius mendekati Lina. Tanpa keberanian untuk berbalik, Lina merasakan sentuhan lembut di pundaknya. “Aaaaa!” Lina menjerit ketakutan dan pingsan, jatuh ke lantai reruntuhan.

Dalam keadaan pingsan, dia terjebak dalam kenangan indah bersama Vuko, sahabatnya yang sudah lama hilang.

Di dalam mimpinya, Lina dan Vuko sedang bermain kejar-kejaran di sebuah padang yang luas dan cerah. “Tunggu, Vuko... ah!” Lina jatuh kesandung batu dan mulai menangis.

Vuko dengan cepat mengulurkan tangannya dan membantu Lina berdiri. Dia membalut luka Lina dengan kain.

“Kita akan melihat kota yang indah di seberang lautan sana, Lina,” kata Vuko sambil menggenggam tangannya ke arah langit. “Kita berjanji akan melihat kota itu bersama.”

Namun, kenangan indah itu retak ketika Lina terbangun dari pingsan. Dia melihat seorang pria duduk bersandar di dinding reruntuhan, tampak lelah namun penuh perhatian.

“Syukurlah kamu sudah sadar,” ucap pria itu. “Aku Uko. Aku menemukanmu pingsan dan membawamu ke sini. Mari kita teruskan pencarian kita.”

Lina dan Uko melanjutkan perjalanan mereka dan menemukan sebuah buku panduan. Buku itu menjelaskan bahwa untuk mencapai pintu keluar, mereka harus mengumpulkan delapan kunci yang dijaga oleh monster teror di setiap ruangan.

Saat mereka membuka lantai pertama, mereka memasuki beberapa ruangan dan berhasil mendapatkan dua kunci dengan mudah, tanpa rintangan.

Namun, saat mereka menuju kunci ketiga, makhluk cepat mendekati mereka. Lina dan Uko berbalik, terkejut melihat makhluk itu muncul dengan wajah penuh darah, tanpa bola mata, dan mulut yang robek.

Makhluk itu menyerang dengan cakaran yang sangat cepat, memancarkan energi sihir. Lina dan Uko harus bergerak cepat, menghindari serangan brutalnya.

“Wahhh!” Lina menjerit ketakutan, mempersiapkan senapannya untuk serangan balasan. “Dorrr!” tembakan Lina mengenai kepala makhluk itu, memutuskan kepala makhluk.

Lina melihat bola mata makhluk itu mengeluarkan air mata. “Tolong bebaskan aku...” terdengar bisikan dari makhluk itu.

Makhluk itu beregenerasi dengan cepat, dan serangannya semakin kuat. Lina dan Uko terus menghindar, mencoba mencari pola dalam serangannya. “Uko, terus tahan serangannya.

Aku akan memecahkan teka-teki dari pola serangannya,” kata Lina. “Serangan itu menghancurkan semua area, tapi kenapa dinding di belakang monster ini tidak hancur?” Lina memasuki mode fokus, memasukkan peluru besar ke dalam senapan, dan mengarahkan bidikan ke dinding mulus itu.

Tembakan Lina menembus perut monster dan terus menuju dinding yang dituju. Lina melempar senapannya dan memeluk monster itu.

“Sekarang kamu bebas. Maaf terlambat menyadarinya.” Ketika monster itu ingin beregenerasi, wujudnya yang menyeramkan berubah menjadi roh gadis cantik.

“Enggak, justru kamu yang dipilih takdir untuk menyelamatkanku, Kak,” kata gadis itu, perlahan menghilang bersama cahaya yang meredup.

Lina dan Uko melanjutkan perjalanan dan menemukan dinding yang hancur, mengungkapkan sosok gadis tergantung dengan rantai, memegang pedang dengan erat.

Lina terkejut dan marah. “Gadis ini... siapa yang tega melakukan ini?” Dia merasa sangat kesal pada pelaku keji.

Lina dan Uko memutuskan untuk menguburkan jasad gadis itu dengan layak, memberikan peristirahatan terakhir yang lebih baik.

Dengan ekspresi marah, Lina melanjutkan perjalanan, melibas monster-monster kecil di hadapannya dengan kemarahan yang membara. Mereka mendapatkan kunci keenam.

Namun, saat Lina membuka pintu keenam, pijakan di depan runtuh, menjadi jurang tanpa dasar. Saat Lina berbalik untuk mencari alternatif, Uko mendorongnya ke dalam jurang.

“Uko... kenapa kau melakukan ini?” Lina menatap Uko dengan campuran kebingungan dan kemarahan. Uko hanya menundukkan kepala, tidak mengatakan sepatah kata pun.

Lina jatuh ke sebuah ruang hampa yang gelap, tetapi tiba-tiba, ruangan itu mengalami glitz, berubah menjadi putih dan hampa.

Lina melihat sebuah pedang tertancap di tanah. Dia berusaha mencabutnya, dan begitu pedang itu tercabut, ruangan kembali mengalami glitz, menampilkan sosok teror dengan wajah penuh sayatan luka, tangan terputus, dan memegang pedang.

“Siapa kamu?” teriak Lina, suaranya menggema di ruangan putih. “Aku adalah kebencianmu itu sendiri,” jawab sosok itu dengan tatapan tajam dan penuh kebencian.

Lina, penuh amarah, menyerang sosok itu. Namun, sosok teror itu mengalahkannya dengan telak, menyebabkan Lina muntah darah.

“Rasa kebencian itulah yang membuatku terlahir. Sekarang serahkan dirimu, biarkan aku menggantikan peranmu,” kata sosok itu sambil mencekik Lina dengan tatapan penuh kebencian.

Dalam keadaan putus asa, Lina mendengar bisikan-bisikan yang menyakitkan di dalam pikirannya. “Lina, kau sangat lemah dan rapuh. Lebih baik kau mati saja.” Suara-suara itu terus membisikan, membanjiri pikirannya dengan keraguan.

Namun, sebuah tamparan tak kasat mata menghantam wajahnya, menghancurkan bisikan-bisikan itu.

“Lina yang ku kenal adalah Lina yang tetap tersenyum menghadapi kejamnya dunia,” bisik suara lembut di pikirannya. “Kita akan terus bersama, Lina. Kita taklukkan semuanya dan lihat apa yang ada di balik lautan sana.”

Dengan keyakinan yang baru, Lina bangkit, memegang pedangnya dengan tekad bulat.

“Gaya pertarungan ku bukan seperti itu. Gaya ku adalah membidik sniper dengan senyuman, menghancurkan kejamnya dunia.” Lina menghadapi teror kebencian dengan penuh keyakinan, mengimbangi serangan pedang teror itu dan menemukan celah.

Lina menendang teror itu hingga terhempas jauh, lalu melemparkan pedangnya yang akhirnya tertancap di mulut teror itu.

“Gaya ku adalah membidik sniper dengan senyuman, menghancurkan kejamnya dunia,” kata Lina dengan penuh tekad.

Dia mengeluarkan senapannya dan membidik teror itu dengan penuh presisi. Peluru itu menembus jantung teror, menyebabkan ledakan yang membuat tempat itu dipenuhi bercak darah.

Ruangan itu mengalami glitz lagi, dan Lina mendapati dirinya berada kembali di depan pintu keenam.

Saat pintu terbuka, Lina melihat Uko mendekati seseorang. Lina mengejarnya dan melihat Uko menyatu dengan seseorang yang sangat berharga baginya. “Vukooooo...” teriak Lina, terharu dan penuh emosi saat melihat Vuko di depan matanya.

Uko dan Vuko tampaknya memiliki hubungan yang sangat kuat. Uko menjelaskan bahwa ia sebenarnya adalah bagian dari Vuko yang tersisa di dunia ini, sebuah manifestasi dari keberanian dan semangatnya yang belum sepenuhnya hilang.

“Vuko telah mengorbankan banyak untuk melindungi yang tersisa dari dirinya, dan aku adalah perwujudan dari bagian itu,” jelas Uko dengan penuh rasa haru.

Lina merasakan campuran emosi. Kekecewaan karena pengkhianatan Uko, tetapi juga rasa syukur karena akhirnya bisa bertemu dengan Vuko lagi.

“Aku tidak tahu harus berkata apa,” ucap Lina, air mata menetes dari matanya. “Tapi aku sangat senang bisa bertemu denganmu lagi, Vuko.”

Mereka berjalan menuju dunia yang indah menjauh dari dunia yang sebenarnya terjadi.

1
AteneaRU.
Menarik dari setiap sudut
RIZKYs: 😉 sungguh ini akan semakin menarik
total 1 replies
Ryoma Echizen
Terima kasih thor, cerita ini membuatku semakin mencintai dunia literasi. ❤️
RIZKYs: sungguh hal yang hebat kamu menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini , jgn lupa besok update episode terbaru tentang kelanjutan " pesan terakhirku untuk takdir"/Smirk/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!