Tristan dan Amira yang berstatus sebagai Guru dan Murid ibarat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Tristan butuh kenikmatan, Amira butuh uang.
Skandal panas keduanya telah berlangsung lama.
Di Sekolah dia menjadi muridnya, malam harinya menjadi teman dikala nafsu sedang meninggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Alyazahras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amira Hamil?
Warning! Khusus 21+
•••
"Untung saja lukanya tidak terlalu dalam. Apa yang terjadi denganmu, Amirah? Kenapa bisa sampai begini?" tanya Tristan setelah mengobati luka di telapak tangan Amira dan membalutnya dengan kasa.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Aku hanya merasa tidak enak badan dan mual saja," jelasnya sambil menatap hampa ke luar jendela.
Tristan menyentuh kening Amira. Tidak terasa panas. Tristan kira Amira demam. Dia merogoh saku celananya dan mengeluarkan sesuatu dari sana, lalu memberikannya pada Amira.
Bungkus pipih itu mendarat di paha Amira. Amira menundukan wajah. Keningnya mengerut saat tahu bungkusan apa yang Tristan berikan.
"Test pack?" ucap Amira setelah mengambil bungkus test pack tersebut.
"Mungkin kata Ibu ada benarnya kamu hamil. Seharusnya dari dua hari yang lalu kamu sudah menstruasi, tapi sampai sekarang belum juga. Entah karena tidak lancar atau memang ... yah, tidak ada salahnya mencoba, kan? Kita pulang sekarang," ujar Tristan sambil menarik sabuk pengaman dan dia memanfaatkan kedekatan wajahnya dengan Amira untuk mengecup pipi Amira, lalu setelahnya dia pasangkan sabuk pengaman dengan baik dan benar.
Muncul kecemasan baru untuk Amira. Dia benar-benar tidak mengingat kapan harusnya menstruasi, tapi kenapa Tristan bisa mengingatnya dengan baik?
Amira kelimpungan mengeluarkan ponselnya. Memastikan apakah ucapan Tristan benar. Dia membuka kalender menstruasi. Bulan kemarin Amira datang bulan tanggal 12-18. Sekarang sudah tanggal 14 dan Amira belum ada tanda-tanda datang bulan.
Matanya terbelalak menatap Tristan.
"Bagaimana kamu tahu aku telat datang bulan?" tanyanya tak menyangka.
Tristan hanya menyunggingkan senyum di balik kemudi. "Apa yang saya tidak tahu mengenai kamu?"
Amira kembali melihat layar ponsel dan bungkus test pack silih berganti. "Tidak mungkin! Aku tidak bisa hamil semudah itu. Lagipula ... me-memangnya bulan kemarin kamu pernah mengeluarkannya di dalam?" tanya Amira malu-malu, tapi dengan nada menuntut.
Tristan terkekeh geli. "Ada, deh."
"Taaaannn!" geram Amira sambil melotot.
"Amirah, meski ejakulasi tidak keluar di dalam, kemungkinan untuk hamil masih ada. Itu disebut juga dengan splash pregnancy karena ada cairan yang keluar sebelum ejakulasi yang mengandung sperma yang bisa menembus masuk dan membuahi sel telur. Minggu depan dipelajaran saya kita bahas seks edukasi, ya," jelasnya sambil mengedipkan sebelah mata.
"Cih," desis Amira sebal sambil memalingkan wajah.
°°°
Mid Level.
Tristan tengah duduk di sofa sambil menunggu Amira ke luar dari toilet. Amira di dalam sedang memastikan apakah dia benar-benar hamil atau tidak dan apakah Tristan memang ceroboh atau tidak bulan kemarin.
Disela menunggu, Tristan melihat ponsel Amira tergeletak asal diatas ranjang. Tiba-tiba saja ponselnya itu berbunyi dan layarnya menyala.
"Amirah?" panggil Tristan.
"Belum," jawabnya dari dalam seakan tahu Tristan akan menanyakan apa selanjutnya.
Tristan beranjak bangun dan beralih duduk di ranjang. Sebelumnya tidak ada rasa penasaran apa pun terhadap sesuatu yang tersembunyi di dalam ponsel Amira, tapi malam ini entah kenapa tiba-tiba saja rasa penasaran itu muncul.
Layar ponsel Amira meredup dan tidak lama mati. Barusan hanya sebuah pesan masuk saja. Tristan urungkan niatnya dan memendam rasa penasaran. Biarkan Amira melakukan sesukanya asal Tristan tidak tahu.
Fokus Tristan kembali tertuju pada Amira. Dia menunggu dan menunggu hasil testpack yang akan Amira umumkan.
"Semoga saja positif," gumamnya tanpa sadar dari hati yang paling dalam.
Tring!
Ponsel Amira lagi-lagi berbunyi. Pesan masuk kembali muncul. Refleks Tristan menoleh ke sumber suara. Dia melihat nomor tidak dikenal mengirimkan sesuatu pada Amira.
'Ra (dengan emoticon love)'
Deg!
Perasaan Tristan mulai tidak baik. Keningnya mengerut tajam. Nomor siapa itu? Pakai emoticon love segala.
Tring!
'Aku dengar kamu sakit. Sakit apa? Sudah baikan sekarang?'
Tristan enggan menyentuh ponsel Amira. Dia hanya melihatnya saja dari layar ponsel yang menyala.
Lagi-lagi ponselnya berbunyi, ada pesan masuk dari nomor yang sama.
'Aku telepon, ya?'
Raut wajah Tristan mulai memerah. Ekspresi wajahnya tidak dapat dikondisikan. Aura disekujur tubuhnya menghitam. Kepalanya mengepulkan asap panas.
Bermain api dengan siapa dia? (Batin Tristan)
Amira ke luar dari kamar mandi dengan langkah perlahan. Dia menyembunyikan test pack dibelakang tubuhnya.
"Tan?" panggil Amira sambil melihat punggung kokoh Tristan yang sedang duduk di tepi ranjang membelakanginya.
Tristan menoleh dengan tatapan penuh amarah. Amira sedikit terheran-heran karena auranya tampak tidak biasa.
Dia melihat ke mana sebelumnya fokus Tristan tertuju. Di atas ranjang sana, tepatnya di samping Tristan, ponsel Amira tergeletak.
Amira langsung berkeringat dingin. Jangan-jangan Tristan baru saja mengecek isi ponselnya. Makanya auranya hitam begini.
"Kamu mau lihat hasil test packnya?" tanya Amira mengalihkan fokus dengan mimik yang berusaha tenang agar Tristan tidak curiga.
...
tp amira tnpa sepengetahuan ibunya dia lnjutin sekolh,,
iya kah thor