Ranti gadis berusia 20 tahun, memiliki otak cerdas dan juga ceplas ceplos ketika sedang berbicara, sejak kecila dia memiliki kehidupan yang sangat tidak beruntung. Karna terlahir dari keluarga amat sangat miskin, bahkan Ranti tidak bisa melanjutkan kuliahnya karna harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap hari Ranti selalu berhayal akan menjadi wanita kaya dan memiliki suami Ceo seperti di novel novel yang ia baca setiap pulang kerja, pasti hidupnya akan sangat bahagia.
Dan apa jadinya jika ternyata hayalan Ranti terwujud, dia masuk ke raga istri Ceo, namun sayangnya dirinya tidak pernah mendapat cinta dari suaminya, karna suaminya yang masih mencintai mendiang kekasihnya.
Apa yang akan di lakukan oleh Ranti, apakah dia akan menyerah ?, atau akan berjuang untuk mendapat cinta suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakiya el Fahira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
'' Apa kamu sudah memastikan dengan benar itu mayat Ranti ?'' tanya William pada menger restoran.
'' Saya sangat yakin Tuan, karna hanya Ranti seorang yang tinggal di kos kosan itu '' jawab si menger Restoran.
Brakkk
'' Siapa Ranti ?!''
William dan si meneger restoran tersentak, saat Roseline membuka pintu dengan kasar, bahkan William bisa melihat raut wajah Roseline yang sangat dingin.
'' Sayang, kamu sudah selesai berkelilingnya '' ujar William bangkit dan menghampiri Roseline.
'' Aku tanya siapa Ranti ? '' tanya Roseline, dirinya penasaran bagaimana William bisa tahu namanya, sedangkan yang ia tahu selama ini William hanya beberapa kali berkunjung ke restorannya.
William mengambil salah satu tangan Roseline lalu dia genggamnya dengan lembut. '' Ranti, dia salah satu pegawai di restoran ini, dan dia sudah meninggal beberapa bulan yang lalu '' jawab William menjeda kalimatnya sebentar. '' Aku juga berhutang nyawa dengannya '' ucap William.
Roseline manikkan satu alisnya heran, berhutang nyawa?, memangnya apa yang pernah dulu ia lakukan pada William.
" Emangnya kapan gue pernah menyelamatkan nyawanya " batin Roseline yang berjiwa Ranti.
'' Apa kamu marah, aku menceritakan wanita lain ?'' tanya William melihat tatapan datar Roseline.
'' Tidak, aku tidak marah '' jawab Roseline.
'' Syukurlah '' William bernafas lega.
'' Aku ingin tahu, waktu itu apa yang sedang terjadi dengan Kak William, kenapa mendiang Ranti bisa menyelamatkanmu ?'' tanya Roseline, dia penarasan karna tidak ingat sama sekali kapan dirinya dulu pernah menyelamatkan William.
'' Aku akan menceritakannya padamu, tapi kita sambil duduk di sana '' ucap William menunjuk ke arah sofa panjang yang berad di pojok ruangan.
Roseline menganggukkan kepalanya dan melangkah ke arah sofa yang di tunjuk oleh William, begitu juga dengan William yang mengikuti langkah sang istri, sedangkan meneger restoran dia berpamitan untuk keluar, karna tidak ingin menganggu bosnya yang ingin mengobrol dengan istrinya.
'' Sekarang cepat Kak William ceritakan '' pinta Roseline yang sudah tidak sabaran.
Sebelum mulai bercerita William menarik nafasnya dalam dalam, untuk menormalkan detak jantungnya, karna dia was was Roseline akan marah dengannya.
Flashback on
Beberapa bulan yang lalu, saat William sudah menyerah mencari keberadaan Audrey yang tak membuahkan hasil, akhirnya William memilih pergi ke Indonesia selain untuk menenangkan fikirannya yang sedang kacau, William juga ingin melihat perkembangan restoran miliknya.
Dan malam hari setelah dua hari berada di Indonesia, William pergi ke club malam yang berada di pusat kota seorang diri, tanpa di temani oleh asisten Hans, dia ingin menyendiri untuk menenangkan fikirannya yang sedang kacau dan berantakan, bahkan William juga melupakan Roseline istrinya yang sudah ia nikahi sebulan yang lalu, dia juga tidak perduli meskipun pelayan Robert memberinya kabar jika Roseline terus menanyakan keberadaannya.
William yang sudah mabuk berat dia pergi meninggalkan club dengan langkah sempoyongan, dan tak lupa William menutup wajahnya dengan masker, yang sudah menjadi kebiasaannya ketika berkunjung ke Indonesia, entah apa alsannya apa yang jelas hanya William yang tahu.
Dan waktu itu William mengemudikan mobilnya sendiri tanpa sopir pirbadinya, namun tak jauh dari lokasi perumahan tempat ia tinggal, William di hadang oleh beberapa preman, dan jadilah William melawan beberapa preman itu seorang diri, namun karna dirinya di bawah pengaruh alkohol membuatnya kualahan menghadapi beberapa preman itu.
Dan saat salah satu dari preman itu hendak menusuk William, dan tiba tiba ada yang menahan pisau yang sudah berjarak beberapa centi dari perut William, dan orang itu menendang preman itu hingga jatuh tersungkur, sedangkan pisau yang tadi di arahkan ke perut William kini berada di genggaman orang itu.
'' Sialan!! '' desis preman itu memegang dadanya yang terada nyeri akibat tendangan orang itu yang tak lain adalah Ranti.
'' Heh,, cemen sekali, beraninya keroyokan '' seru Ranti saat itu.
Sedangkan William yang mendengar suara Ranti, dia menggelengkan kepalanya berusaha mengembalikan kesadarannya, dan saat itulah dia melihat Ranti dengan telapak tangannya yang berdarah. William bergegas menghampiri Ranti, dan meraih tangan Ranti yang terluka karna menolongnya.
'' Tangan kamu terluka '' ucap William saat itu menggunakan bahasa negaranya, bukan bahasa Indonesia.
'' Tidak apa apa Tuan '' sahut Ranti yang ikut menggunakan bahasa negara William, karna Ranti menebak jika William bukan penduduk negaranya, di lihat dari kulit, postur tubuh dan juga bola matanya yang berwarna coklat.
Saat William sedang memperhatikan luka di telapak tangan Ranti, beberapa preman itu mulai bergerak untuk menyerang Ranti dan William, dan saat itulah membuat Ranti dan William tersadar dan langsung melawan mereka bersamaan, hingga beberapa menit kemudian beberapa preman itu kabur, karna kualahan melawan Ranti dan William yang menurut mereka sangat kuat.
'' Aku akan membawamu ke rumah sakit '' tukas William tanpa sadar memegang tangan Ranti, hendak membawanya masuk ke dalam mobilnya.
'' Untuk apa Tuan ?'' tanya Ranti menarik tangannya yang di genggam oleh William.
'' Untuk mengobati tanganmu yang terluka '' jawab William.
Ranti tersenyum. '' Akh,,, tidak perlu Tuan, saya akan mengobatinya kalau sudah sampai rumah '' tukas Ranti menolak dengan sangat halus.
'' Tidak bisa begitu, kamu sudah menolong nyawaku, sampai membuat tanganmu terluka, dan sudah seharusnya aku membawamu ke rumah sakit '' timpal William.
'' Tidak apa apa Tuan, sungguh saya tidak apa apa, saya akan mengobatinya sendiri di rumah, tidak perlu sampai di bawa ke rumah sakit '' ujar Ranti, yang sebenarnya karna takut dengan jarum suntik.
William menghela nafasnya. '' Baiklah, kalau begitu biarkan aku yang mengobati lukamu, jika kamu tidak mau ke rumah sakit ''
'' Tapi,, ''
'' Jangan menolak lagi '' potong William.
Ranti akhirnya menganggukkan kepalanya dengan pasrah. '' Baiklah ''
Lalu William membawa Ranti ke mobilnya, dan membuka pintu mobil bagian jok samping kemudi lalu mendudukkan Ranti di sana, dan setelah itu William mengambil kotak obat yang memang selalu tersedia di mobilnya.
William dengan telaten mengobati luka di telapak tangan Ranti, meskipun lukanya tidak lebar namun darah yang keluar lumayan banyak.
Saat sedang fokus membalut luka di telapak tangan Ranti, tiba tiba William tersadar dan merasa aneh pada dirinya sendiri, sejak kapan dirinya bisa bersikap biasa saja pada lawan jenisnya selain Audrey pikirnya, bahkan sekarang William juga merasakan perasaan tenang saat dekat dengan wanita asing yang berada di depannya ini.
'' Siapa nama kamu ?'' tanya William setelah menyelesaikan membalut luka Ranti.
'' Ranti '' jawab Ranti.
'' Kenapa larut malam begini kamu masih berada di jalanan ?'' tanya William lagi.
'' Saya baru pulang dari tempat kerja Tuan '' jawab Ranti.
'' Memangnya kamu kerja dimana ?'' tanya William yang entah kenapa sangat ingin tahu dengan wanita yang sudah menolongnya.
'' Di restoran yang berada di ujung jalan depan sana Tuan '' jawab Ranti.
William terkejut namun hanya beberapa saat, dia tidak menyangka ternyata wanita yang telah menolongnya adalah karyawannya sendiri.
'' Masuklah, aku akan mengantarmu pulang '' ujar William.
'' Ah,, tidak perlu Tuan, saya bisa pulang sendiri, kebetulan rumah saya di gang depan sana, cukup jalan kaki saja '' tolak Ranti yang langsung bangkit berdiri.
'' Kalu begitu aku akan tetap mengantarkanmu pulang dengan jalan kaki '' ujar William.
Dan akhirnya Ranti hanya bisa menurutinya, dan membiarkan William mengantarnya pulang. Kini keduanya jalan kaki dengan berdampingan, menuju ke kos kosan tempat di mana Ranti tinggal.
Dan lima menit kemudian Ranti dan William sudah tiba di depan kos kosan tempat Ranti.
'' Tuan, kalau begitu saya masuk dulu '' ucap Ranti.
'' Hem, masuklah dan cepatlah istirahat, dan ingat lukamu jangan dulu terkena air '' tukas William.
'' Iya Tuan '' sahut Ranti.
'' Aku kembali dulu, dan terimakasih Ranti, karna kamu sudah menyelamatkan nyawaku, aku harap kita bisa bertemu lagi '' ucap William dan Ranti hanya menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
Dan setelah itu William pergi dari kos kosan tempat tinggal Ranti dengan jalan kaki, menuju ke tempat dimana ia meninggalkan mobilnya tadi.
Flashback off