Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Hilang.
Dokter senior usai memeriksa keadaan Bang Hanggar. Terlihat jelas Bang Hanggar sungguh tidak baik-baik saja.
"Sebenarnya bagi pria, luka di tubuh masih bisa di tahan. Jika wanita bisa mengekspresikan perasaan dengan tangis, tidak semua pria bisa melakukannya. Kali ini saya katakan, mental Letnan Hanggar sedang tertekan."
Bang Raka mengangguk mengerti. Pasti kejadian yang lalu membuat sahabatnya syok dan terluka apalagi kabar yang beredar menyebutkan bahwa Arlian sudah keguguran.
"Saya paham, dok..!! Terima kasih atas bantuannya. Biar nanti saya yang menjaganya..!!"
...
Bang Hanggar terus mengigau memanggil nama Arlian. Nyatanya tidak hanya selalu wanita yang mengalami kerapuhan jika sudah menyangkut masalah hati.
Tidak pernah sekalipun Bang Raka melihat sahabatnya patah hati hingga seperti ini. Demamnya pun tidak kunjung turun hingga akhirnya dokter terpaksa menambahkan cairan infus agar sahabatnya bisa segera pulih.
Persahabatan yang terjalin di antara mereka sejak lama jelas menimbulkan rasa prihatin dan sakit sendiri di dalam hati Bang Raka.
"Cepat sadar kau Gar, cepat sehat. Jujur aku tidak menyangka kau punya adik perempuan, aku juga tidak menyangka di hatimu menyimpan bara api dan dendam." Kata Bang Raka.
Perlahan mata Bang Hanggar terbuka. Ia melihat Bang Raka menatapnya dengan perasaan cemas.
"Apa yang kau lakukan jika punya kawan tidak bermartabat sepertiku???" Tanya Bang Hanggar dengan ucap lirih.
"Karena aku sangat mencintai adikmu, maka aku tidak akan membunuhmu..!!" Jawab Bang Raka ringan saja.
Senyum tipis keduanya pun tersungging tipis. Bang Raka menepuk lengan Bang Hanggar.
"Tadi ada pesan khusus langsung dari panglima. Beliau sangat prihatin dengan apa yang terjadi di antara dirimu dan Arlian. Di satu sisi penyesalanmu tentu menyentuh hati seorang ayah tapi disisi lain beliau juga mencemaskan keadaan putrinya. Tidak banyak yang bisa beliau lakukan karena ketiga Abang Arlian benar-benar marah padamu, yang pasti beliau juga menghargai keputusan ketiga putranya untuk melindungi Arlian. Jadiii.. beliau mengutusmu pergi untuk misi khusus di dalam negeri. Jangan sampai kau membuat kesalahan fatal 'lagi'..!!" Ucap Bang Raka memberikan informasi pada Bang Hanggar.
"Aku ingin bertemu Arlian."
"Tidak bisa..!! Lawanmu Axcel..!! Pergerakanmu terpantau..!!" Jawab Bang Raka dengan mimik wajah serius dan itu berarti, setiap langkahnya untuk bertemu dengan Arlian semakin terhambat.
\=\=\=
Di sela tugas yang begitu padat, Bang Hanggar menyelipkan waktu untuk sedikit 'menepi' dan mengintip kediaman panglima.
Sungguh ada rindu yang sulit ia utarakan dengan kata-kata. Jika saja kini calon bayinya masih ada, mungkin saat ini Arlian sudah akan melahirkan.
Beberapa saat kemudian pandangan matanya tertuju pada seorang wanita keluar dari kediaman panglima. Jantung Bang Hanggar berdegup kencang melihat Arlian kini berhijab dan tertutup rapat.
"Masya Allah, inikah bidadari yang ku sia-sia dulu?" Bang Hanggar sampai mengusap dadanya seakan tidak sanggup melihat kecantikan dan pesona seorang Arlian.
Bang Hanggar melangkah berniat menghampiri tapi kemudian ponselnya bergetar. Ada panggilan telepon dari Bang Raka.
"Ada apa??" Tanya Bang Hanggar sembari terus memantau Arlian dari kejauhan.
"Dhiva mau melahirkan..!!" Jawab Bang Raka di seberang sana.
"Haaahh?????"
"Dhiva mau melahirkan..!!!! Kamu tuli Gar??? Cepat ke rumah sakit..!!!!" Pinta Bang Raka.
Pandangan mata Bang Hanggar terus tertuju pada Arlian yang sedang memberikan dua buah kotak yang mungkin berisi makanan untuk anggota yang sedang berjaga di pos depan kediaman panglima.
Tak lama Arlian memercing seakan merasakan kesakitan hingga kemudian Bang Bilal yang ada disana sigap menolongnya namun pikiran Bang Hanggar sedang terpecah karena memikirkan Dhiva yang akan segera melahirkan.
-_-_-_-_-
Sekuat tenaga Dhiva mengejan namun tenaganya seakan terkuras habis. Bang Raka yang menemaninya merasa tidak tega hingga air mata bercucuran. Jauh di sudut dinding, Bang Hanggar menunggunya dengan perasaan cemas dan tidak tega.
'Jika saja kamu masih ada, mungkin Papa pun juga sedang menunggu hadirmu seperti ini, sayang..!!"
Perlahan bayi kecil perlahan muncul dari balik 'pintu', bersamaan dengan darah yang begitu deras mengucur.
"Allahu Akbar..!!!" Pekik ketakutan Bang Raka.
Refleks Bang Hanggar memejamkan matanya tak sanggup melihat perjuangan adik perempuannya.
"Dok.. tolong, pasien tak sadarkan diri..!!" Ucap seorang bidan senior.
Bang Raka syok dan panik. Bang Hanggar segera menarik iparnya agar dokter dan bidan bisa segera menangani Dhiva.
"Tenang Raka..?? Suaramu bisa memecah konsentrasi dokter..!!" Kata Bang Hanggar.
"Lepaskan..!! Aku mau lihat keadaan Dhiva..!!" Bang Raka berusaha melepaskan diri dari Bang Hanggar.
Kepanikan terjadi saat dokter menggunakan alat bantu untuk menolong Dhiva. Bang Raka pun meronta-ronta hingga di saat bersamaan, tangis bayi kecil terdengar memeriahkan seisi ruangan seiring dengan denyut jantung Dhiva yang berhenti berdetak disambut nafas yang akhirnya menghilang.
"Dok.. ibu Dhiva........."
"Dhivaaaaaaaa...!!!!!!" Bang Raka berteriak histeris, dekapan Bang Hanggar pun terlepas.
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.