NovelToon NovelToon
Jevan Dan Para Perempuan

Jevan Dan Para Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Duniahiburan / Showbiz / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.

Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.

Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Penjelasan untuk Jevan

"êtes-vous monsieur Francois LeVans?"

"Oui, c'est moi. et qui êtes-vous?"

"Saya Jevan.... Jevan LeVans"

Pria itu lalu terkejut.

"Nama keluarga kita sama?"

"Ya, tuan"

"Apakah kamu adalah keponakan jauh saya?"

"Sayangnya bukan"

"Maaf, saya sungguh tak sopan. Mari masuk. Saya yakin saya tidak mengenal anda, tapi pasti ada penjelasan untuk itu kan?"

"Iya, tuan"

"Tolong jangan panggil saya tuan"

"Baiklah. Jadi saya harus panggil anda apa? Ayah?"

"Non, itu tak mungkin. Sepertinya oncle lebih baik"

"Baik, oncle"

Jevan mengamati Francois secara detail. Francois berambut pirang dan bermata biru, tidak seperti dirinya yang warna rambutnya coklat, senada dengan warna matanya. Sepertinya ia mulai merasa kecewa walau belum mendengar jawaban dari Francois, karena ibunya juga berambut pirang dan bermata biru, jadi ayah kandungnya sudah pasti memiliki ciri fisik seperti dirinya.

Setelah Jevan masuk ke dalam rumah Francois, Pria itu kemudian pergi ke dapur untuk mengambil minuman untuk Jevan.

"Kamu suka bir dingin?"

"Iya, boleh"

Setelah memberikan minuman kepada Jevan, kini giliran Francois yang mengamati Jevan dengan seksama.

"Jadi... Jevan... "

"Iya, oncle. Tolong izinkan saya untuk menjelaskan maksud kedatangan saya. Pertama, saya ingin bertanya dulu. Apakah anda masih ingat dengan seseorang yang bernama Simone dari Las Vegas?"

"Simone? Dari La Femme?"

"Iya betul. Anda masih ingat?"

"Tentu saja. Si cantik bermata biru dengan kaki jenjang yang indah. Tapi, apakah... Oh God, kamu anaknya Simone ya?"

"Oui, oncle"

"Secara fisik dia memang tak seperti kamu, tapi hidung mancungmu sudah pasti seperti mommy kamu. Apakah kamu kesini karena kamu pikir... Kamu pikir aku adalah ayahmu ya?"

"Baru dugaan, oncle"

"Dan Simone pikir aku adalah ayahmu? Ayah kandung kamu?"

"Sepertinya begitu, oncle"

"Maaf mengecewakanmu, Jevan. Tapi aku bukanlah ayahmu. Bukan hanya karena secara fisik kita berbeda, tapi perlu saya jelaskan kalau waktu itu ketika saya... Mmm... Menghabiskan waktu bersama mommy kamu, saya memang tak memakai pelindung karena saya yakin takkan membuat mommy kamu hamil"

"Eh... Maksud oncle gimana ya?"

"Saya mandul, Jevan. Saya pernah menikaha, tetapi hanya sebentar. Itu semua karena yah, keadaan saya yang seperti ini"

"Saya turut menyesal, oncle"

"Tidak perlu menyesal, saya baik-baik saja kok"

"Maaf kalau saya menggangu oncle, lebih baik saya pamit pulang"

"Jangan buru-buru, kita bisa mengobrol dulu kalau kamu mau"

Sesuatu di dalam suara Francois membuat Jevan curiga. Kemudian Jevan melihat ke sekeliling ruangan dan mendapati beberapa foto Francois bersama dengan seorang wanita, di foto lain ia berfoto bersama dengan seorang pria. Posenya tidak terlihat seperti pose biasa, mereka terlihat dekat dan mesra. Francois kemudian mengikuti arah mata Jevan dan dia lalu tertawa.

"Kamu takut aku akan menggodamu karena melihat foto-fotoku ya?"

"Ah, tidak oncle"

"Jangan takut, Jevan. Aku akan beritahu yang sebenarnya. Oui, aku dulunya adalah seorang bise*sual. Aku pernah menikah dnegan seorang pria, dan juga seorang wanita. Masing-masing hanya berlangsung sebentar. Sekarang aku hanya ingin fokus ke agama. Jadi, jangan khawatir. Kamu aman, Jevan."

"Sorry, oncle. Aku tak bermaksud begitu"

"Tidak apa-apa, Jevan. Begini, kalau kamu masih penasaran apakah saya ayah kandung kamu atau tidak, saya bersedia mengikuti tes DNA jika kamu ingin memastikan"

"Tidak usah, oncle. Saya percaya sama oncle"

"Baiklah kalau begitu. Sebentar, saya ambilkan kartu nama saya dulu. Nanti kalau kamu membutuhkan bantuan saya, maka saya akan bantu kamu"

"Terima kasih, oncle"

"Saya memang pernah memberi mommy kamu nomor telepon saya, tapi memang nomer saya yang dulu sudah tidak aktif. Nomer yang ada di kartu nama saya yang sekarang ini aktif, jadi kamu bisa hubungi saya kapan saja"

"Baik, oncle"

"Kamu memang tampan, Jevan. Kalau kamu memang anak saya, saya pasti akan merasa bangga sama kamu"

"Sayangnya saya bukan anak oncle"

Ucap Jevan sambil tersenyum tapi tak bisa menutupi tatapan sedih di matanya.

"Tapi kamu bisa menganggap saya sebagai ayah kamu. Pakailah nama keluarga saya, tak usah di ganti lagi. Saya tak keberatan kalau kamu ingin pakai nama keluarga saya"

"Terima kasih, oncle. Anda baik sekali. Saya pamit dulu ya"

"Beritahu saya nama hotelmu ya. Nanti saya akan antar ke bandara kalau kamu mau jalan-jalan sekitar kota Paris"

"Saya rasa waktu saya tak banyak di sini. Besok mungkin saya akan kembali ke Las Vegas. Tapi saya tak keberatan kalau oncle mau antar saya ke bandara"

"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok, Jevan"

"Tentu saja, oncle"

***

Francois menepati janjinya dengan mengantar Jevan ke bandara keesokan harinya. Setelah tiba di bandara, mereka berpelukan dan berjanji akan saling memberi kabar.

'Kabari aku jika suatu hari nanti kamu menikah ya"

"Oncle, aku kan masih muda. Lagipula aku tak tahu kalau aku akan menikah atau tidak mengingat keadaanku"

"Jangan begitu, Jevan. Kamu tak tahu kan masa depanmu akan seperti apa nanti. Jalani hidup sebaik mungkin dan selalu buat keputusan yang baik. Kamu bisa menjadi orang yang lebih baik lagi, tinggal kamunya saja mau atau tidak. Jangan dulu bilang tak mungkin, oui?"

"Oui, oncle. Terima kasih atas nasehatnya. Aku check-in dulu ya"

"Hati-hati di jalan, Jevan. Tolong sampaikan salamku untuk ibumu"

"Baiklah, oncle"

Francois masih melambaikan tangannya sampai Jevan menghilang di kejauhan. Ia sungguh berharap Jevan adalah anaknya, tetapi ia tahu itu tak mungkin.

***

Sebelum pesawat take off, Jevan baru saja akan menonaktifkan ponselnya ketika ponselnya berdering. Seorang pramugari lalu menghampiri Jevan.

"Maaf Pak, tolong nonaktifkan ponsel anda karena kita akan segera berangkat"

Jevan lalu memberikan senyum terbaiknya kepada pramugari tersebut.

"Kita? Maksudnya kamu dan aku? Kedengarannya menyenangkan"

Pramugari tersebut lalu tersenyum malu.

"Bukan itu maksud saya"

"Jadi kamu tak mau ya?"

Jevan pura-pura cemberut dengan ekspresi wajah yang menggemaskan, membuat pramugari tersebut kembali tersenyum malu.

"Baiklah, angkat saja teleponnya kalau memang sangat penting, tapi sebentar saja ya"

"Iya aku janji hanya sebentar, nona"

Setelah pramugari tersebut pergi untuk mengecek penumpang yang lain, Jevan lalu mengangkat telepon.

"Hello mommy"

"Jevan... Kamu lagi dimana, sayang?"

"Di pesawat, aku akan segera pulang mommy"

"Kamu baik-baik saja kan? Mommy khawatir, takut kamu kecewa karena telah bertemu dengan Francois"

"Aku tak bisa cerita sekarang, mommy. Nanti aku ceritakan kalau sudah di rumah ya"

"Baiklah, kamu hati-hati ya. Ingat, jangan ganggu apalagi menggoda pramugari di pesawat ya"

Jevan mengerutkan keningnya karena heran. Mommy-nya seolah tahu kalau ia tadi memang sempat menggoda pramugari yang menegurnya.

"Mommy, sudah dulu ya. Pesawat mau take off. Nanti aku kabari lagi kalau sudah sampai bandara"

"Baiklah, mommy tunggu kabar darimu"

Pramugari yang tadi kemudian kembali ke tempat Jevan untuk mengingatkan Jevan tentang ponselnya.

"Aku sudah selesai menelepon dan ponselku sudah aku set airplane mode" Ucap Jevan sambil menunjukkan ponselnya kepada si pramugari.

"Terima kasih, sir. Sekarang tolong pasang sabuk pengaman anda"

"Jangan panggil aku sir, aku kan belum setua itu... Karen... "

Jevan jelas tahu nama pramugari tersebut karena ia melirik name tag yang di pakai oleh pramugari tersebut.

"Baiklah, kalau begitu saya harus panggil anda apa?"

"Panggil saja Jevan. Ngomong-ngomong, saya tak bisa memasang sabuk pengaman saya. Sepertinya macet. Bisakah kamu membantu saya, Karen?"

"Tentu saja"

Jevan tentu saja berbohong dengan mengatakan sabuk pengamannya macet. Dan pramugari yang bernama Karen itu tahu kalau Jevan berbohong tapi ia tetap mengikuti permainan Jevan. Ketika Karen agak menunduk untuk memasangkan sabuk pengaman Jevan, tiba-tiba Jevan mengecup bibirnya. Untung saja saat itu Jevan duduk sendirian dan jarak penumpang lain agak jauh.

Karen tentu saja terkejut dengan perbuatan Jevan, tapi bukannya meminta maaf Jevan malah menyeringai jahil. Ia yakin penerbangan kembali ke Las Vegas tidak akan membuatnya bosan karena ia menemukan hiburan di atas pesawat dengan menggoda sang pramugari cantik dan se*y bernama Karen.

1
Ryan Hidayat
who???
Out on Corner: jawabannya ada di bab yang aku post hari ini ya 🙏
total 1 replies
anggita
klo lagi gugup... kadang juga bisa gagap😁
Out on Corner: /Grin/
total 1 replies
anggita
like👍+☝☝iklan.
anggita
🔥❤Louisa.. 😘Jevan... Jennie😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!